Padang (ANTARA) - Departemen Pendidikan Luar Biasa (PLB), Universitas Negeri Padang (UNP), melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), mendorong guru di Nagari Sulit Air, Kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten SoloK, Provinsi Sumatera Barat, untuk lebih siap mewujudkan pendidikan inklusif. 

“Lewat Program Integrasi Prodi dan Nagari (PIPN), UNP berupaya untuk terus mewujudkan pendidikan inklusif di daerah, salah satunya melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat, yang dilaksanakan di SD Negeri 05 Gando, Nagari Sulit Air”, kata Ketua Tim Pengabdian, Dr. Elsa Efrina, M.Pd., di Padang, Jumat. 

Ia mengatakan kegiatan pengabdian yang digelar berupa loka karya, yang diikuti guru perwakilan dari delapan sekolah yang ada di Kecamatan Sulit Air.  

Kegiatan mengangkat tema Peningkatan Kompetensi Guru dalam Mengidentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus untuk Mewujudkan Pendidikan Inklusif. 

“Kegiatan ini bertujuan membekali para pendidik dengan pengetahuan, dan keterampilan yang lebih baik dalam menangani keberagaman peserta didik di sekolah,” katanya. 

Menurutnya pendidikan inklusif adalah hak semua anak tanpa terkecuali. Oleh karena itu, guru sebagai garda terdepan harus memiliki pemahaman yang memadai dalam mengenali, mendampingi, sekaligus memberikan layanan pendidikan yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus.  

Rangkaian kegiatan ini dilaksanakan selama empat hari, dari tanggal 6 hingga 9 September. 

Pada hari pertama, kegiatan  membahas tentang Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus, yang memberikan pembekalan kepada guru pemahaman dasar terkait anak berkebutuhan khusus. Materi disampaikan yang disampaikan oleh Dr. Rahmahtrisilvia, M.Pd.  

Materi kedua tentang Pendidikan Inklusif yang mengurai prinsip, tujuan, serta strategi penerapan pendidikan inklusif di sekolah, dipaparkan oleh Johandri Taufan, M. Pd.  

Kemudian kegiatan praktek identifikasi anak berkebutuhan khusus, yang disampaikan oleh Arisul Mahdi, M.Pd.  

“Kegiatan berlangsung interaktif, dan para guru peserta terlihat antusias mengikuti rangkaian workshop, aktif berdiskusi, serta bertukar pengalaman tentang tantangan yang mereka hadapi dalam praktik pendidikan sehari-hari. Banyak peserta mengaku mendapatkan wawasan baru yang langsung bisa diterapkan di sekolah masing-masing,” sebutnya. 

Pada hari kedua, guru mempelajari instrumen identifikasi anak berkebutuhan khusus, melalui formulir yang sudah dibagikan dengan didampingi instruktur.  

Sedangkan pada hari ketiga dan keempat, guru secara mandiri menggunakan instrumen untuk mendeteksi anak berkebutuhan khusus di masing-masing sekolah. Guru ditugaskan untuk melakukan identifikasi di sekolah masing-masing, dan mengumpulkan hasil kepada tim pengabdian. 

“Workshop ini sangat bermanfaat, karena kami jadi lebih paham cara mengenali anak yang mungkin memiliki kebutuhan khusus, serta bagaimana langkah awal yang bisa kami lakukan di sekolah,” kata Yalhendra Sunata, guru peserta pelatihan.  

Sementara itu peserta lainnya Yasneti, S.Pd mengatakan mendapatkan pemahaman lebih tentang pendidikan inklusi, selain juga tercerahkan oleh penyampaian materi dari narasumber. 

"Kami mengharapkan sekali pelatihan lebih lanjut terkait pendidikan inklusi ini," katanya. 

Kegiatan yang diketuai Dr. Elsa Efrina, M.Pd., beranggotakan Arisul Mahdi, M.Pd., Dr. Rahmahtrisilvia, M.Pd., Antoni Tsaputra, Ph.D., Endang Sri Handayani, M.Pd., dan Yosa Yulia Nasri, M.Pd.  

Kegiatan pengabdian ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, Sustainable Development Goals (SDG’s) Quality of Education, yaitu dengan meningkatkan kompetensi guru dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif, maka hak atas pendidikan yang berkualitas, setara, dan inklusif bagi semua anak yang dapat lebih nyata diwujudkan. 

Melalui kegiatan ini, diharapkan lahir komitmen bersama antara sekolah, guru, dan masyarakat nagari untuk semakin menguatkan layanan pendidikan inklusif. 

Dengan begitu, setiap anak baik reguler maupun berkebutuhan khusus, dapat memperoleh kesempatan belajar yang adil, bermakna, dan berdaya guna. 

Kegiatan pengabdian ini menjadi bukti nyata kontribusi perguruan tinggi, khususnya Universitas Negeri Padang, dalam mendukung pembangunan pendidikan berbasis nagari. 

Harapannya, kegiatan serupa dapat terus digulirkan di berbagai wilayah sehingga semakin banyak guru yang berdaya dalam melaksanakan pendidikan inklusif.

 PLB FIP UNP dorong guru Nagari Sulit Air lebih siap wujudkan pendidikan inklusif 

Padang, (ANTARA) - Departemen Pendidikan Luar Biasa (PLB), Universitas Negeri Padang (UNP), melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), mendorong guru di Nagari Sulit Air, Kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten SoloK, Provinsi Sumatera Barat, untuk lebih siap mewujudkan pendidikan inklusif.

“Lewat Program Integrasi Prodi dan Nagari (PIPN), UNP berupaya untuk terus mewujudkan pendidikan inklusif di daerah, salah satunya melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat, yang dilaksanakan di SD Negeri 05 Gando, Nagari Sulit Air”, kata Ketua Tim Pengabdian, Dr. Elsa Efrina, M.Pd., di Padang, Jumat.

Ia mengatakan kegiatan pengabdian yang digelar berupa loka karya, yang diikuti guru perwakilan dari delapan sekolah yang ada di Kecamatan Sulit Air. 

Kegiatan mengangkat tema Peningkatan Kompetensi Guru dalam Mengidentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus untuk Mewujudkan Pendidikan Inklusif.

“Kegiatan ini bertujuan membekali para pendidik dengan pengetahuan, dan keterampilan yang lebih baik dalam menangani keberagaman peserta didik di sekolah,” katanya.

Menurutnya pendidikan inklusif adalah hak semua anak tanpa terkecuali. Oleh karena itu, guru sebagai garda terdepan harus memiliki pemahaman yang memadai dalam mengenali, mendampingi, sekaligus memberikan layanan pendidikan yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus. 

Rangkaian kegiatan ini dilaksanakan selama empat hari, dari tanggal 6 hingga 9 September. 

Pada hari pertama, kegiatan  membahas tentang Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus, yang memberikan pembekalan kepada guru pemahaman dasar terkait anak berkebutuhan khusus. Materi disampaikan yang disampaikan oleh Dr. Rahmahtrisilvia, M.Pd. 

Materi kedua tentang Pendidikan Inklusif yang mengurai prinsip, tujuan, serta strategi penerapan pendidikan inklusif di sekolah, dipaparkan oleh Johandri Taufan, M. Pd. 

Kemudian kegiatan praktek identifikasi anak berkebutuhan khusus, yang disampaikan oleh Arisul Mahdi, M.Pd. 

“Kegiatan berlangsung interaktif, dan para guru peserta terlihat antusias mengikuti rangkaian workshop, aktif berdiskusi, serta bertukar pengalaman tentang tantangan yang mereka hadapi dalam praktik pendidikan sehari-hari. Banyak peserta mengaku mendapatkan wawasan baru yang langsung bisa diterapkan di sekolah masing-masing,” sebutnya.

Pada hari kedua, guru mempelajari instrumen identifikasi anak berkebutuhan khusus, melalui formulir yang sudah dibagikan dengan didampingi instruktur. 

Sedangkan pada hari ketiga dan keempat, guru secara mandiri menggunakan instrumen untuk mendeteksi anak berkebutuhan khusus di masing-masing sekolah. Guru ditugaskan untuk melakukan identifikasi di sekolah masing-masing, dan mengumpulkan hasil kepada tim pengabdian.

“Workshop ini sangat bermanfaat, karena kami jadi lebih paham cara mengenali anak yang mungkin memiliki kebutuhan khusus, serta bagaimana langkah awal yang bisa kami lakukan di sekolah,” kata Yalhendra Sunata, guru peserta pelatihan. 

Sementara itu peserta lainnya Yasneti, S.Pd mengatakan mendapatkan pemahaman lebih tentang pendidikan inklusi, selain juga tercerahkan oleh penyampaian materi dari narasumber.

"Kami mengharapkan sekali pelatihan lebih lanjut terkait pendidikan inklusi ini," katanya.

Kegiatan yang diketuai Dr. Elsa Efrina, M.Pd., beranggotakan Arisul Mahdi, M.Pd., Dr. Rahmahtrisilvia, M.Pd., Antoni Tsaputra, Ph.D., Endang Sri Handayani, M.Pd., dan Yosa Yulia Nasri, M.Pd. 

Kegiatan pengabdian ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, Sustainable Development Goals (SDG’s) Quality of Education, yaitu dengan meningkatkan kompetensi guru dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif, maka hak atas pendidikan yang berkualitas, setara, dan inklusif bagi semua anak yang dapat lebih nyata diwujudkan. 

Melalui kegiatan ini, diharapkan lahir komitmen bersama antara sekolah, guru, dan masyarakat nagari untuk semakin menguatkan layanan pendidikan inklusif. 

Dengan begitu, setiap anak baik reguler maupun berkebutuhan khusus, dapat memperoleh kesempatan belajar yang adil, bermakna, dan berdaya guna.

Kegiatan pengabdian ini menjadi bukti nyata kontribusi perguruan tinggi, khususnya Universitas Negeri Padang, dalam mendukung pembangunan pendidikan berbasis nagari. 

Harapannya, kegiatan serupa dapat terus digulirkan di berbagai wilayah sehingga semakin banyak guru yang berdaya dalam melaksanakan pendidikan inklusif.


Pewarta : Melani Friati
Editor : Jefri Doni
Copyright © ANTARA 2025