Lubukbasung (ANTARA) - Dinas Pertanian Kabupaten Agam, Sumatera Barat menemukan penyakit mulut dan kuku (PMK) sebanyak 99 kasus pada ternak, khususnya sapi dan satu ekor mati selama 2024.
"Kita menemukan 99 kasus PMK tersebar di 16 kecamatan di Agam selama 2024," kata Kepala Dinas Pertanian Agam Arief Restu didampingi Kepala Bidang Keswan dan Kesmavet Dinas Pertanian Agam Sri Hilmayeni di Lubuk Basung, Rabu.
Ia mengatakan dari 99 kasus itu, satu ekor sapi mati akibat PMK, lima ekor dilakukan potong paksa dan 93 ekor dinyatakan sembuh.
Pada akhir November sampai awal Desember 2024, tambahnya ditemukan puluhan kasus PMK di Kecamatan Canduang, Baso dan Ampek Angkek.
Setelah itu dilakukan pengobatan oleh tim medis dan paramedis UPTD Puskeswan di daerah itu, sehingga sapi tersebut sudah sembuh.
"Kita langsung menurunkan tim medis dan paramedis UPTD Puskeswan untuk melakukan pengobatan. Ada lima UPTD Puskeswan tersebar di 16 kecamatan di Agam yang siap diturunkan dalam penanganan PMK," katanya.
Ia menambahkan ada empat penyebab utama penularan PMK yakni kontak langsung dari hewan sakit ke hewan sehat.
Kemudian penularan dari manusia melalui virus yang ikut menempel pada atribut peternak, seperti baju, sepatu, alat kandang dan lain -lain.
Virus PMK juga bisa menyebar melalui produk hewan seperti pakan sisa. PMK dapat menyebar melalui udara.
Untuk itu diperlukan biosekuriti dalam upaya pencegahan penyebaran PMK yang harus ditaati baik itu oleh petugas maupun peternak.
“Ternak yang terjangkit PMK harus segera di isolasi atau dipindahkan jauh dari lokasi kandang ternak lainnya,” katanya.
Peternak juga harus memastikan sanitasi lingkungan sekitar kandang terjaga kebersihannya dan melakukan desinfeksi atau penyemprotan menggunakan desinfektan terhadap barang yang dapat menjadi media penyebaran PMK.
“Saat ini, vaksin PMK tidak tersedia di unit-unit pelayanan Puskeswan, sehingga peternak harus bisa mencegah dan melakukan pengobatan secara mandiri dengan didampingi oleh petugas,” katanya.