Padang (ANTARA) - Jauh sebelum Presiden RI Prabowo Subianto merangsang semangat pertanian lewat misi ketahanan pangannya, seorang Polisi di Padang, Sumatra Barat (Sumbar) sudah melakukannya dengan sungguh-sungguh.

Polisi tersebut adalah Aiptu Adeka Putra yang kini berdinas di Direktorat Intelijen dan Kemanaan Kepolisian Daerah (Polda) Sumbar.

Rumah laki-laki berusia 39 tahun itu berada di Ampang Karang Ganting nomor 40, Kelurahan Ampang, Kecamatan Kuranji, Kota Parang.

Jika berkunjung ke rumah Adeka, maka  mata para tamu akan disambut oleh pemandangan hijau dan rimbun yang memenuhi pekarangan. Letaknya persis berada di balik pagar.

Beraneka jenis tanaman tampak berjejer di bentangan pekarangan rumah, mulai dari lengkeng, kelapa, anggur Meksiko, terung, dan lainnya.

Namun yang paling dominan adalah tanaman cabai yang ditanam ke dalam  plastik hitam (Polybag), Adeka menyusunnya secara memanjang agar pekarangan tetap rapi.

Jumlahnya tidak kurang dari seratus batang. Daunnya hijau dan tampak sehat,  pada setiap batangnya terdapat satu bilah bambu yang berfungsi sebagai penopang batang.

Adeka berkisah kalau aktivitas bercocok-tanamnya itu sudah berjalan lebih dari satu tahun sampai sekarang, terhitung sejak awal 2023.

Awalnya Polisi angkatan 2003 gelombang dua itu sedang duduk di teras rumah seperti biasa, kemudian melihat pekarangan kosong yang ada di hadapan mata.

Bapak dari tiga anak itu tergelitik, saat menyadari betapa sia-sianya jika pekarangan  5X7 meter itu dibiarkan "melompong" begitu saja. Tanpa tanaman, hanya rumput liar.

Sementara itu Adeka menyadari betul bahwa dirinya punya hobi bercocok-tanam sejak dulu, sebab dirinya ia adalah laki-laki yang tumbuh dan besar di area perkampungan.

Maka daripada menyia-nyiakan pekarangan rumahnya begitu saja, ia ingin menanam sesuatu di sana-sambil menyalurkan hobi.

"Niat awal saya sebenarnya sederhana, yaitu mengisi pekarangan rumah yang kosong. Tapi seiring berjalannya waktu ternyata memberikan banyak manfaat," kata Adeka kepada Antara.

Sekalipun di tengah keterbatasan lahan, kerja keras yang dilakukan oleh laki-laki berusia 39 tahun tersebut telah membuahkan hasil yang "lezat".

Karena sejak penanaman sampai sekarang, Adeka bersama isterinya Farlina Ilwasni sudah melakukan pemetikan buah sebanyak tujuh kali. Jumlah setiap kali panen  mencapai 1,5 kilogram. 

Jika dilihat dari kacamata ekonomi mungkin jumlah itu tidak seberapa, tapi jika dilihat dari sisi manfaat, maka cabai 1,5 kilogram itu bisa menutupi kebutuhan memasak sang isteri.

Berkat cabai hasil dari kebun sendiri, Adeka bisa mengurangi pengeluaran  yang biasanya digunakan sang isteri untuk membeli "Si Pedas".

Cabai dari kebun Adeka pun tidak hanya dinikmati oleh keluarga mereka, beberapa kali hasil panen juga diberikan kepada keluarga atau kerabat terdekat.

Adeka mengaku tidak pernah merasa gengsi selama menggarap perkebunan selama satu tahun belakangan, sekalipun latar belakangnya adalah seorang Polisi.

Baginya bertani adalah suatu pekerjaan yang mulia dan terhormat, sehingga tidak ada yang perlu digengsikan.

Salah satu sosok yang menginspirasi Adeka untuk bertanam cabai adalah Pak Yun, tetangga belakang rumah yang juga seorang petani cabai.

Adeka sering melihat kebun cabai milik tetangganya itu ketika lewat, dan selalu takjub karena melihat cabai-cabai yang tampak sehat dan segar.

Padahal ia tahu persis bahwa menanam cabai tidak bisa sembarangan, butuh penanganan serta perawatan yang lebih agar tanamannya sehat sebagaimana harapan.

Maka Adeka pun berguru kepada Pak Yun untuk beberapa kali, demi memperoleh ilmu sebagai modal bertanam di pekarangan rumah.

Untungnya Pak Yun adalah laki-laki yang bersahaja dan tidak pelit ilmu, ia bersedia berbagi pengetahuannya dengan Adeka yang baru akan mencoba bertanam.

Tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan, Adeka juga ditemani oleh Pak Yun ketika membeli serta memilih bibit cabai yang baik.

Setelah itu, hari demi hari Adeka jalani dengan merawat tanaman di pekarangan rumah, di sela-sela kesibukannya sebagai Anggota Kepolisian.

Jika sedang libur atau lepas dinas, maka aktivitas di kebun bisa dilakukan seharian. Namun jika pagi dinas, maka berkebun dilakukan pada sore hari.

"Intinya harus pandai-pandai membagi waktu. Lagipula kebun berada di rumah sendiri, bukan di ladang, sehingga tidak begitu ribet," katanya. 

Jika kebetulan pekerjaan di kantor sedang banyak, maka sang isteri Farlina Ilwasni juga turun tangan mengambil alih karena mereka tidak menggaji orang lain.

Kebun di dalam pekarangan itu murni digarap oleh Adeka dan isterinya, tanpa ada campur tangan dari pihak lain.

Mendukung Asca Cita Prabowo

Munculnya misi ketahanan pangan yang dicanangkan Presiden Prabowo lewat program "Asca Cita" disambut dengan   baik oleh Adeka Putra.

Menurutnya program itu diharapkan  mampu mewujudkan ketahanan pangan nasional dengan menggerakkan sektor perkebunan, pertanian, dan lainnya.

"Hadirnya program ini bisa menguatkan tekad bagi orang-orang seperti saya, yang punya minat di bidang pertanian atau perkebunan seperti saya," jelasnya.

Sekalipun tidak bisa menggarap lahan dalam skala yang besar, setidaknya dukungan ketahanan pangan itu bisa digerakkan di lingkup terkecil yakni keluarga.

Kesuksesan bertanam cabai di pekarangan rumah juga telah memotivasi Adeka untuk menggarap ladang di  lahan terbuka.

Ladangnya masih berada di Kota Padang, dan juga ditanami dengan komoditas tanaman cabai. 

Hanya saja ia tidak bisa menggarapnya seorang diri mengingat luasnya areal, sehingga mempekerjakan orang lain.

Ia berharap secara umum misi yang diusung Presiden itu juga bisa menghapus stigma terhadap sektor pertanian yang kadang dianggap ketinggalan atau kuno oleh sebagian orang.

Adeka berprinsip bercocok-tanam adalah pekerjaan yang mulia karena lewat itulah insan dapat menghidupi alam, sekaligus juga hidup dari alam.

Kerja Kolektif Kunci Ketahanan Pangan

Menteri Koordinator Bidang Pangan RI Zulkifli Hasan menyebutkan swasembada pangan yang ditargetkan terjadi pada 2028, kuncinya adalah kerja kolektif semua pihak dari pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, pemerintah pusat, kementerian dan lembaga serta sektor swasta.

"Oleh karena itu program pemerintah harus swasembada pangan 2028 dan itu kata kuncinya adalah kerja sama, ada bupati, gubernur, juga kementerian terkait," kata Zulkifli dalam peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) 2024 tingkat Jabar di Bandung, Sabtu.

Zulkifli menegaskan bahwa pemerintah pusat saat ini tengah berupaya menekan angka kelaparan bagi anak-anak di Indonesia, untuk mewujudkan Indonesia swasembada pangan pada 2028.

"Memang dunia berusaha agar tidak ada anak-anak yang kelaparan, tapi kenyataannya dari 2019 hingga 2023 meningkat. Pada 2019 itu 7,9 persen yang kelaparan, sekarang 9 persen, ada sekitar 733 juta orang yang kekurangan," ucapnya.

Zulkifli menyebut Kementerian Koordinator Bidang Pangan hadir untuk mengoordinasikan terkait program swasembada pangan 2028.

"Insya Allah, kalau kita bareng-bareng, bekerja sama dan sekarang Pak Prabowo membentuk Kementerian Koordinator Bidang Pangan untuk mengoordinasikan. Saya meyakini, kalau kita kerja sama pada 2028 bisa swasembada pangan," ujar Zulkifli.
 

Pewarta : Fathul Abdi
Editor : Siri Antoni
Copyright © ANTARA 2024