Pariaman (ANTARA) -
Perajin sulaman peniti di Kota Pariaman, Sumatera Barat menyasar pembeli dari kalangan kaum milenial dengan menciptakan karya sulaman dengan motif yang diminati generasi muda agar penjualannya meningkat sekaligus mengedukasi pemuda mencintai kebudayaan daerah.
"Sekarang setidaknya 25 persen pembeli berasal dari usia sekitar 20 tahunan sedangkan sisanya yang sudah usia 30 tahunan ke atas atau sudah menikah," kata pemilik usaha sulaman peniti Sulaman Indah Mayang, Fitrinawati di Pariaman, Kamis.
Ia mengatakan sulaman yang biasanya ramai dengan motif membuat generasi muda enggan menggunakan pakaian bersulaman namun untuk menarik minat generasi muda pengrajin di daerah membuat pakaian yang motif sulamannya yang sedikit.
Dengan motif yang sedikit tersebut, lanjutannya tidak saja terkesan sederhana dan menarik namun juga harganya pun relatif murah karena proses pembuatannya yang mudah dan cepat.
"Bahkan sekarang laki-laki pun menggunakan pakaian yang ada sulamannya, seperti di baju koko. Anak saya wisuda pun bajunya ada sulamannya walaupun sedikit jadi terlihat manis," katanya.
Menurutnya menyulam harus terus dipertahankan sebagai salah satu kebudayaan daerah dengan mewariskannya kepada generasi muda baik dengan melatih perajin muda maupun menarik minat pembeli dari kalangan generasi muda.
Namun, lanjutnya saat ini orang cenderung membeli produk bordir dibandingkan dengan sulaman karena harga yang ditawarkan relatif murah dibandingkan sulaman.
Padahal, kata dia sulaman memiliki kualitas, proses seni, dan makna di setiap motifnya yang melambangkan karakter daerah sehingga setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri setiap sulamannya.
Namun ia optimis sulaman dapat terus berkembang dengan gencar mempromosikan ke berbagai pihak melalui berbagai media untuk menarik minat pembeli.
Ia menyebutkan setidaknya harga produk sulaman yang dijual di tokonya yang berada di depan Stasiun Naras Pariaman tersebut berkisar ratusan ribuan hingga jutaan rupiah tergantung dari motif dan benang yang digunakan.
Ia menambahkan dalam memenuhi permintaan pelanggannya dirinya bekerjasama dengan perajin sulaman yang berada di daerah itu.
Sementara itu, salah seorang perajin sulaman peniti atau kapalo samek di daerah itu Ernawarti mengatakan dirinya sudah puluhan tahun menjadi perajin sulaman yang kemampuan itu didapatkan dari orang tua secara turun temurun.
"Kalau untuk kaya sebagai perajin tidak bisa, tapi kami bisa membantu perekonomian keluarga, sambil duduk-duduk kami bisa menghasilkan uang," ujar dia.
Ia menyampaikan dari hasil sebagai perajin sulaman dirinya dapat menyekolahkan anaknya dan serta memenuhi kebutuhan keluarga lainnya.
Ia menambahkan dirinya juga telah mengajarkan kepada anak-anaknya cara menyulam agar terjadi regenerasi perajin sulaman.
Sebelumnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Pariaman, Sumatera Barat mengharapkan sulaman peniti yang merupakan kerajinan Minangkabau khas daerah setempat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
"Kedepan hasil dari Baju Kuruang Sulaman Kapalo Penitik akan menjadi karya-karya yang mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Penjabat Wali Kota Pariaman Roberia di Pariaman.
Ia mengatakan hal tersebut karena Pemkot Pariaman akan menjadikan salah satu kerajinan di daerah itu menjadi pakaian dinas aparatur sipil negara (ASN) di kota Tabuik tersebut.