Padang (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) menilai ketegangan geopolitik yang terus terjadi selama beberapa waktu terakhir turut memicu penurunan volume ekspor minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dari Ranah Minang.
"Konflik yang terjadi bukan malah menurun tapi intensitasnya justru meningkat sehingga berpengaruh pada kinerja ekspor," kata Kepala BI Perwakilan Provinsi Sumbar Mohamad Abdul Majid Ikram di Padang, Rabu.
Hal tersebut disampaikan Majid sekaitan dengan penurunan permintaan komoditas utama global yang berdampak pada penurunan ekspor minyak kelapa sawit mentah dari Provinsi Sumbar.
Menurut Majid, eskalasi konflik yang masih maupun yang berpotensi akan terjadi di beberapa negara berimbas langsung kepada kinerja ekspor global termasuk di Indonesia. Efeknya, para eksportir khawatir atau ragu untuk mengimpor CPO dalam waktu jangka panjang.
Selain itu, eks Advisor Kantor Perwakilan BI Provinsi Sulawesi Selatan tersebut mengatakan semakin selektifnya pasar luar negeri dalam menerima barang atau komoditas ekspor, juga turut memengaruhi permintaan ekspor CPO dari suatu negara. Hal tersebut dilatarbelakangi kebijakan sebuah negara untuk melindungi komoditas lokal agar tidak tertekan oleh barang atau komoditas impor.
Di satu sisi Majid melihat pemerintah pusat telah menyiapkan skema untuk mengantisipasi apabila komoditas seperti CPO tidak terakomodir oleh pasar ekspor global. Salah satunya yakni hilirisasi produk dengan menghasilkan biodiesel.
Kendati demikian, pemangku kebijakan juga didorong bisa berinovasi dan melakukan hilirisasi produk dan mencari pasar baru, atau tidak hanya mengandalkan negara yang selama ini menjadi sasaran utama ekspor CPO.
Terpisah, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumbar Sugeng Arianto mengatakan secara global daerah itu dalam posisi yang diuntungkan karena naiknya harga komoditas unggulan. Namun, sayangnya, peningkatan harga tersebut justru menurunkan permintaan komoditas CPO sehingga menghambat kinerja ekspor.
Sama halnya dengan BI, Kepala BPS setempat menyarankan agar pemangku kebijakan di Provinsi Sumbar mulai memikirkan solusi untuk mengolah minyak kelapa sawit mentah menjadi produk turunan lain sehingga tetap berkontribusi positif terhadap perekonomian Ranah Minang.
Tambahan informasi, nilai ekspor asal Ranah Minang pada September 2024 lebih dari Rp2,1 triliun atau terjadi penurunan sebesar 43,72 persen dibandingkan ekspor Agustus 2024. Khusus minyak kelapa sawit mentah, BPS mencatat nilai ekspornya mencapai Rp204 miliar.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BI: Ketegangan global turut picu penurunan ekspor CPO Sumbar
"Konflik yang terjadi bukan malah menurun tapi intensitasnya justru meningkat sehingga berpengaruh pada kinerja ekspor," kata Kepala BI Perwakilan Provinsi Sumbar Mohamad Abdul Majid Ikram di Padang, Rabu.
Hal tersebut disampaikan Majid sekaitan dengan penurunan permintaan komoditas utama global yang berdampak pada penurunan ekspor minyak kelapa sawit mentah dari Provinsi Sumbar.
Menurut Majid, eskalasi konflik yang masih maupun yang berpotensi akan terjadi di beberapa negara berimbas langsung kepada kinerja ekspor global termasuk di Indonesia. Efeknya, para eksportir khawatir atau ragu untuk mengimpor CPO dalam waktu jangka panjang.
Selain itu, eks Advisor Kantor Perwakilan BI Provinsi Sulawesi Selatan tersebut mengatakan semakin selektifnya pasar luar negeri dalam menerima barang atau komoditas ekspor, juga turut memengaruhi permintaan ekspor CPO dari suatu negara. Hal tersebut dilatarbelakangi kebijakan sebuah negara untuk melindungi komoditas lokal agar tidak tertekan oleh barang atau komoditas impor.
Di satu sisi Majid melihat pemerintah pusat telah menyiapkan skema untuk mengantisipasi apabila komoditas seperti CPO tidak terakomodir oleh pasar ekspor global. Salah satunya yakni hilirisasi produk dengan menghasilkan biodiesel.
Kendati demikian, pemangku kebijakan juga didorong bisa berinovasi dan melakukan hilirisasi produk dan mencari pasar baru, atau tidak hanya mengandalkan negara yang selama ini menjadi sasaran utama ekspor CPO.
Terpisah, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumbar Sugeng Arianto mengatakan secara global daerah itu dalam posisi yang diuntungkan karena naiknya harga komoditas unggulan. Namun, sayangnya, peningkatan harga tersebut justru menurunkan permintaan komoditas CPO sehingga menghambat kinerja ekspor.
Sama halnya dengan BI, Kepala BPS setempat menyarankan agar pemangku kebijakan di Provinsi Sumbar mulai memikirkan solusi untuk mengolah minyak kelapa sawit mentah menjadi produk turunan lain sehingga tetap berkontribusi positif terhadap perekonomian Ranah Minang.
Tambahan informasi, nilai ekspor asal Ranah Minang pada September 2024 lebih dari Rp2,1 triliun atau terjadi penurunan sebesar 43,72 persen dibandingkan ekspor Agustus 2024. Khusus minyak kelapa sawit mentah, BPS mencatat nilai ekspornya mencapai Rp204 miliar.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BI: Ketegangan global turut picu penurunan ekspor CPO Sumbar