Padang (ANTARA) - Pertamina Patra Niaga Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) Aviation Fuel Terminal Minangkabau, Sumatera Barat (Sumbar) mengembangkan Kawasan Konservasi Pulau Pieh dan laut sekitarnya sebagai pusat edukasi riset atau penelitian.
"Pertamina menjadikan Kawasan Konservasi Pulau Pieh dan laut sekitarnya sebagai pusat riset dan edukasi bagi masyarakat termasuk mahasiswa untuk pengembangan ilmu pengetahuan," kata Community Development Officer AFT Minangkabau, Wahyu Hamdika di Pulau Bando, Kota Pariaman, Sumbar, Senin.
Wahyu mengatakan pengembangan kawasan konservasi yang berada di bawah naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI tersebut merupakan bagian bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR).
Sebagai pusat kawasan riset dan penelitian, Pertamina memfokuskan pada aspek penetasan telur penyu semi alami yang didukung beberapa program unggulan. Program itu di antaranya Sistem Informasi Pemberdayaan Nagari Berbasis Konservasi atau yang dikenal dengan Si Rancak Ulakan.
Si Rancak Ulakan merupakan aplikasi berbasis web dan android yang menyediakan analisis, profil, informasi, pemantauan dan edukasi serta evaluasi untuk mendukung pengelolaan kawasan konservasi di Pulau Bando.
Kemudian, sebagai pendukung penetasan telur penyu perusahaan pelat merah tersebut menggunakan media yang disebut E-Katuang. Alat berbentuk persegi panjang ini dirancang untuk menetaskan telur penyu lewat pengaturan suhu.
"Lebih hebatnya, E-Katuang ini bisa merekayasa telur penyu betina atau jantan yang kita inginkan berdasarkan pengaturan suhu," ujar Wahyu.
Rekayasa genetik tersebut dilakukan dengan cara mengatur suhu, sirkulasi udara dan tingkat kelembapan di dalam alat inkubator yang menggunakan energi listrik.
Senada dengan itu, Area Manager Comm, Rel dan CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut Susanto August Satria mengatakan pengembangan kawasan konservasi di Pulau Bando merupakan komitmen perusahaan itu dalam mendukung ilmu pengetahuan, riset serta implementasi energi hijau dan bersih yang digagas Indonesia.
Pihaknya berharap kehadiran Pertamina Sumbagut dapat mendukung berbagai program pengembangan Kawasan Konservasi Pulau Pieh dan laut sekitarnya. Termasuk memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat pesisir.
Sementara itu, salah seorang mahasiswa Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Farah Deshan mengatakan sengaja datang ke Kawasan Konservasi Pulau Pieh dan laut sekitarnya untuk mempelajari secara langsung pengentasan penyu secara alami.
Menurut dia, penggunaan E-Katuang yang dilakukan Pertamina Patra Niaga Sumbagut AFT Minangkabau berdampak signifikan terhadap keberhasilan penetasan telur penyu.
"Alat inkubator ini dapat membantu keberhasilan penetasan telur penyu karena kita bisa mengatur suhu dan kelembapannya," ujar dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pertamina kembangkan Kawasan Konservasi Pieh sebagai edukasi riset
"Pertamina menjadikan Kawasan Konservasi Pulau Pieh dan laut sekitarnya sebagai pusat riset dan edukasi bagi masyarakat termasuk mahasiswa untuk pengembangan ilmu pengetahuan," kata Community Development Officer AFT Minangkabau, Wahyu Hamdika di Pulau Bando, Kota Pariaman, Sumbar, Senin.
Wahyu mengatakan pengembangan kawasan konservasi yang berada di bawah naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI tersebut merupakan bagian bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR).
Sebagai pusat kawasan riset dan penelitian, Pertamina memfokuskan pada aspek penetasan telur penyu semi alami yang didukung beberapa program unggulan. Program itu di antaranya Sistem Informasi Pemberdayaan Nagari Berbasis Konservasi atau yang dikenal dengan Si Rancak Ulakan.
Si Rancak Ulakan merupakan aplikasi berbasis web dan android yang menyediakan analisis, profil, informasi, pemantauan dan edukasi serta evaluasi untuk mendukung pengelolaan kawasan konservasi di Pulau Bando.
Kemudian, sebagai pendukung penetasan telur penyu perusahaan pelat merah tersebut menggunakan media yang disebut E-Katuang. Alat berbentuk persegi panjang ini dirancang untuk menetaskan telur penyu lewat pengaturan suhu.
"Lebih hebatnya, E-Katuang ini bisa merekayasa telur penyu betina atau jantan yang kita inginkan berdasarkan pengaturan suhu," ujar Wahyu.
Rekayasa genetik tersebut dilakukan dengan cara mengatur suhu, sirkulasi udara dan tingkat kelembapan di dalam alat inkubator yang menggunakan energi listrik.
Senada dengan itu, Area Manager Comm, Rel dan CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut Susanto August Satria mengatakan pengembangan kawasan konservasi di Pulau Bando merupakan komitmen perusahaan itu dalam mendukung ilmu pengetahuan, riset serta implementasi energi hijau dan bersih yang digagas Indonesia.
Pihaknya berharap kehadiran Pertamina Sumbagut dapat mendukung berbagai program pengembangan Kawasan Konservasi Pulau Pieh dan laut sekitarnya. Termasuk memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat pesisir.
Sementara itu, salah seorang mahasiswa Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Farah Deshan mengatakan sengaja datang ke Kawasan Konservasi Pulau Pieh dan laut sekitarnya untuk mempelajari secara langsung pengentasan penyu secara alami.
Menurut dia, penggunaan E-Katuang yang dilakukan Pertamina Patra Niaga Sumbagut AFT Minangkabau berdampak signifikan terhadap keberhasilan penetasan telur penyu.
"Alat inkubator ini dapat membantu keberhasilan penetasan telur penyu karena kita bisa mengatur suhu dan kelembapannya," ujar dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pertamina kembangkan Kawasan Konservasi Pieh sebagai edukasi riset