Solok (ANTARA) - Penurunan angka stunting di Kabupaten Solok tergolong fantastis. Hanya butuh waktu kurang dari 3 tahun, prevalensi tengkes di kabupaten ini bisa dipangkas hingga tersisa "hanya" 12,11 persen.

Padahal, berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2021, angka prevalensi stunting di Kabupaten Solok masih tercatat 40,1 persen. Kemudian turun menjadi 24,2 persen pada tahun 2022.

Setahun kemudian, pada tahun 2023, angka stunting tinggal 12,11 persen, jauh melebihi target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Solok 2021--2026.

Pencapaian tersebut membawa Kabupaten Solok meraih predikat terbaik penanganan stunting di Sumatera Barat. Tidak hanya itu, kabupaten ini juga termasuk terbaik tingkat nasional dalam audit stunting.

Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari kerja keras, sinergi, dan kolaborasi yang solid berbagai pihak terkait, selain program-program yang terencana dengan baik dan dilaksanakan dengan penuh komitmen oleh Bupati Solok bersama tim dan para kader posyandu.

Kendati telah berhasil menurunkan angka stunting, kasus tengkes sampai saat ini masih tetap menjadi perhatian serius pemkab setempat karena disadari bahwa masa depan bangsa terletak pada mutu kesehatan generasi penerusnya.


Upaya tekan stunting

Penanganan gizi buruk pada anak memang menjadi fokus Pemkab Solok sehingga berbagai upaya ditempuh untuk menurunkan angka stunting. Langkah awal dilakukan dengan cara pengukuran dan intervensi serentak.

Intervensi serentak merupakan langkah penting dalam upaya penurunan angka prevalensi stunting, yang secara simultan dilakukan dengan penimbangan dan pengukuran semua ibu hamil, balita, dan calon pengantin.

Intervensi juga diberikan sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh balita dan ibu hamil yang diperiksa.

Sekretaris Daerah Kabupaten Solok Medison
memerintahkan seluruh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) maupun organisasi perangkat daerah (OPD) terkait fokus pada upaya penurunan prevalensi stunting. Tim diminta bekerja maksimal dan turun langsung dalam aksi pencegahan serta penurunan prevalensi stunting.

Hasil kerja sama tersebut berbuah manis, angka stunting di Kabupaten Solok terus menurun dari tahun ke tahun. Dengan capaian tersebut, kelak Kabupaten Solok bakal terbebas dari stunting.


Pemberian makanan tambahan

Selain melakukan intervensi serentak, Pemkab Solok juga memulai dengan mendirikan pos gizi dan memantau pemberian makanan tambahan (PMT) kepada balita. Pencegahan stunting juga dimulai dari ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak.

Pemkab Solok dalam menurunkan angka stunting selalu melibatkan seluruh dinas.

Bupati Solok Epyradi Asda bersama Ketua TP-PKK setempat selalu mengingatkan kepada semua OPD dan para pihak agar mengatasi stunting dengan perencanaan dan intervensi yang tepat.


Kader posyandu jadi ujung tombak

Salah satu elemen terbawah yang memiliki andil besar dalam penurunan tengkes di Kabupaten Solok adalah keberadaan posyandu beserta kader-kadernya.

Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Solok Emiko Epyardi Asda menilai posyandu merupakan ujung tombak dalam pencegahan dan penanganan stunting di daerah ini.

Selain itu, sebagai struktur terkecil dan terdepan dari pelayanan kesehatan dari Pemerintah, posyandu bisa menjangkau masyarakat secara langsung hingga ke pelosok.

Posyandu juga dapat memberdayakan para ibu untuk memperhatikan kesehatan anak dan pola konsumsi keluarga.

Kekuatan utama posyandu juga pada kemampuan deteksi awal terkait dengan pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita yang dilakukan secara rutin sehingga bila ada masalah pada pertumbuhan anak pada usia 0-23 bulan, segera dapat terdeteksi.


Rangkul Duta Genre

Bupati Epyardi beserta istri juga memiliki kepedulian tinggi terhadap Genre Kabupaten Solok. Ia menyediakan anggaran dan pembinaan yang dilakukan secara langsung serta mendukung dan mengapresiasi kegiatan remaja GenRe dalam mengampanyekan perilaku anti-Triad KRR (pernikahan di usia anak, seks menyimpang, dan napza). Kiprah Duta Genre Kabupaten Solok ikut berperan menurunkan angka stunting.

Kegiatan remaja GenRe mengampanyekan perilaku anti-Triad KRR dinilai penting karena beberapa kasus ditemukan bayi stunting terlahir dari orang tua yang masih berusia sangat muda.

Atas dukungan itulah Bupati beserta Ketua TP-PKK Kabupaten Solok mendapatkan penghargaan dari BKKBN Sumbar sebagai Ayah dan Bunda GenRe Kategori Pengayom 2024.

Kelak, yang akan melanjutkan perjuangan dan cita-cita bangsa adalah para generasi muda. Oleh karena itu, orang tua harus mempersiapkan segala sesuatu, agar mereka tumbuh dan berkembang serta mampu bersaing di kancah dunia.

“Kemajuan suatu daerah ada di tangan para generasi mudanya," ucapnya.

Juni lalu, Bupati Solok Epyardi Asda bersama Ketua TP-PKK Kabupaten Solok Emiko Epyardi Asda juga meraih penghargaan tingkat nasional, yakni Manggala Karya Kencana (MKK) dari BKKBN.

Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo kepada Bupati Solok. Adapun penghargaan untuk Ketua TP-PKK Kabupaten Solok diserahkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK Woro Sri Hastuti.

Penghargaan tertinggi dari Pemerintah Pusat itu menjadi bukti nyata bahwa Pemkab Solok di bawah kepemimpinan Bupati Epyardi Asda berpartisipasi aktif menjalankan program pengendalian penduduk, seperti keluarga berencana, percepatan penurunan stunting, dan perencanaan keluarga.

Sukses Kabupaten Solok memangkas drastis prevalensi stunting dalam waktu relatif singkat itu membuktikan bahwa perencanaan matang disertai dengan kesungguhan menjalankan program bisa membuahkan hasil optimal.

Hasil kerja keras tersebut juga membawa optimisme bahwa Kabupaten Solok bakal nihil kasus stunting tinggal menunggu waktu saja. Dan, itu tak lama lagi.

Editor: Achmad Zaenal M



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kiat Pemkab Solok turunkan cepat kasus stunting

Pewarta : Rahmatul Laila
Editor : Siri Antoni
Copyright © ANTARA 2024