Solok (ANTARA) - Tiada kata terlambat, kisah 38 pemuda kembali semangat belajar agama di Kabupaten Solok meski diantara mereka ada yang sudah berusia senja.
Parak Pisang, Jorong Pangalian Kayu Kenagarian Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumbar, saat ini tengah menjadi sorotan karena sebuah perubahan besar terjadi dari sekelompok pemuda dewasa yang berusia dari 17 tahun hingga 60 tahun.
Hari-hari yang biasanya disibukkan selain aktivitas harian bertani, mereka umumnya berkumpul di pos pemuda, berdiang di depan api unggun, main domino, main chip. Kini telah beralih pada kesibukan baru yang lebih bermanfaat.
Sekarang malah sebaliknya, mereka tengah bersemangat belajar bacaan shalat. Tidak sedikit dari para pemuda itu yang merasa tidak percaya dengan pencapaian mereka saat ini.
Sebuah kerinduan yang berpuluh tahun lamanya akhirnya terobati. Di mana hampir 85 persen dari pemuda ini tidak tahu bacaan shalat dan dalam kurun waktu dua bulan belajar, mereka sudah bisa bacaan shalat.
Tepat pada tanggal 4 Maret 2024, Yayasan Gemintang memberikan apresiasi dan penghargaan untuk seluruh pemuda ini karena keberhasilan mereka mematahkan pepatah yang selama ini kita yakini, "belajar di waktu dewasa bagai mengukir di atas air." Ternyata itu tidak berlaku jika kita berniat dan sungguh-sungguh dalam belajar.
"Suami saya sudah 40 tahun lebih umurnya, selama ini dia tidak pernah shalat karena tidak tahu bacaan shalat. Alhamdulillah sekarang dia sangat bersemangat untuk datang ke mushalla," ucap Nofiya salah seorang warga di kampung itu.
Saat suaminya memutuskan untuk belajar shalat, ia juga sudah mulai melaksanakan shalat Jum'at meskipun belum tahu bacaannya.
"Saya masih ingat ketika akan mulai shalat, suami saya sempat menelpon saya hanya untuk menanyakan, kalau shalat Jum'at ini niatnya baca 'ushalli' apa?," kenang Nofiya dengan raut wajah terharu.
Di samping itu, Uwan alias Da Al yang juga mendapat reward jamaah terbaik karena selain telah lancar, ia juga telah beberapa kali menjadi imam pengganti di Mushalla tersebut saat imam utama jatuh demam atau berhalangan hadir.
"Semenjak saya tinggal disini, setelah sekian tahun inilah pertama kalinya saya melaksanakan shalat Jum'at ke masjid," kata dia mengakui.
Banyak kisah mengharukan lainnya dari para pemuda yang kembali tersentuh hatinya untuk belajar mendalami ilmu agama. Khususnya tentang ibadah shalat. Entah dari mana dan bagaimana hidayah itu bisa hadir.
Namun saat ini yang mereka rasakan adalah rasa syukur karena Allah kembali menggerakkan hati dan menumbuhkan rasa cinta mereka untuk kembali belajar agama.
Seperti kisah Kayuik yang dulunya pernah menjadi qori, saat ini perlu mengasah kembali, dan ia juga ikut membantu teman-teman yang lain dalam proses belajar.
Ibu Kayuik pun sangat berharap kegiatan tersebut dapat terus dilanjutkan sehingga para pemuda-pemuda yang tergabung dalam Jamaah Surau Gemintang ini bisa melakukan kegiatan-kegiatan bermanfaat lain ke depannya.
Di samping itu, Junir Rajo Melayu alias Aciak Layu (60) merupakan yang tertua diantara lainnya selain mendapatkan reward sebagai jamaah tersemangat, ia juga dinobatkan sebagai mentor penyemangat oleh Yayasan Gemintang karena usianya yang semakin senja tidak menyurutkan semangatnya untuk mengajak pemuda-pemuda lainnya untuk terus belajar agama.
Untuk mengapresiasi seluruh pemuda tersebut selain mendapatkan piala, semuanya juga diberikan bingkisan sarung untuk seluruh jamaah yang belajar, para pembimbing dan jamaah yang rutin ke mushalla meskipun tidak ikut belajar karena sudah pandai.
Penyerahan penghargaan tersebut dilaksanakan bersamaan dengan tabligh Akbar bersama Ust. Adi Gunawan, Da'i dari Kota Padang. Dimana Ustadz tersebut juga sangat mengapresiasi gerakan yang diadakan oleh para pemuda ini.
Setelah memantapkan belajar bacaan shalat, dzikir mereka juga akan mulai belajar juz amma kembali.
"Kami juga ingin belajar bagaimana cara menyelenggarakan shalat jenazah, teringat kemarin banyak yang kebingungan saat ada salah satu famili kita yang meninggal," terang Junir Rajo Melayu.
Apresiasi yang sebesar-besarnya juga diberikan oleh Yayasan Gemintang kepada Ustadz Rio Joni Putra, selaku imam dan juga pengelola Rumah Qur'an yang diamanahkan oleh Yayasan, beliau dinilai telah berhasil membimbing para pemuda ini belajar bacaan shalat semenjak awal Januari lalu, dalam dua bulan ini mereka nampak begitu bersungguh-sungguh mempelajarinya.
"Kami dari para pemuda ingin belajar shalat dan mengaji, kami merasa iri melihat anak-anak saja bisa menghafal Alquran, harapannya dari Yayasan Gemintang bisa menfasilitasi" ucap Izet dan Yogi perwakilan dari pemuda saat menemui Pembina Yayasan, Bustanil Arifin pada bulan Desember lalu seusai digelarnya Wisuda Tahfizh Rumah Quran Gemintang angkatan I. Tentunya niatan baik tersebut disambut hangat oleh pihak yayasan, melalui pengelola Rumah Qur'an, rencana tersebut dapat dilaksanakan.
Gemintang, kepanjangan dari Generasi Muda Islam Nan Tangguh, merupakan sebuah Yayasan yang berdiri di Kota Padang dengan salah satu programnya yaitu Rumah Quran Gemintang salah satunya berdiri di Alahan Panjang, Solok.
Dengan adanya Rumah Quran ini diharapkan ikut memberikan sumbangsih dalam bidang pendidikan untuk masyarakat terutama anak-anak dan pemuda calon generasi bangsa.
Sebagian besar biaya operasional Yayasan ini disponsori oleh PT Gemintang Zhh Management, penyedia grosiran piala dan gantungan kunci, disamping itu juga didukung oleh sahabat-sahabat setia Gemintang yang ikut menderma seikhlasnya.
Mengingat ramadhan semakin dekat, dan perencanaan MTQ selalu ada disetiap Masjid dan Mushalla, pemesanan piala dapat juga di PT Gemintang sebagai bentuk support terhadap kegiatan dakwah yang tengah di programkan.
Parak Pisang, Jorong Pangalian Kayu Kenagarian Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumbar, saat ini tengah menjadi sorotan karena sebuah perubahan besar terjadi dari sekelompok pemuda dewasa yang berusia dari 17 tahun hingga 60 tahun.
Hari-hari yang biasanya disibukkan selain aktivitas harian bertani, mereka umumnya berkumpul di pos pemuda, berdiang di depan api unggun, main domino, main chip. Kini telah beralih pada kesibukan baru yang lebih bermanfaat.
Sekarang malah sebaliknya, mereka tengah bersemangat belajar bacaan shalat. Tidak sedikit dari para pemuda itu yang merasa tidak percaya dengan pencapaian mereka saat ini.
Sebuah kerinduan yang berpuluh tahun lamanya akhirnya terobati. Di mana hampir 85 persen dari pemuda ini tidak tahu bacaan shalat dan dalam kurun waktu dua bulan belajar, mereka sudah bisa bacaan shalat.
Tepat pada tanggal 4 Maret 2024, Yayasan Gemintang memberikan apresiasi dan penghargaan untuk seluruh pemuda ini karena keberhasilan mereka mematahkan pepatah yang selama ini kita yakini, "belajar di waktu dewasa bagai mengukir di atas air." Ternyata itu tidak berlaku jika kita berniat dan sungguh-sungguh dalam belajar.
"Suami saya sudah 40 tahun lebih umurnya, selama ini dia tidak pernah shalat karena tidak tahu bacaan shalat. Alhamdulillah sekarang dia sangat bersemangat untuk datang ke mushalla," ucap Nofiya salah seorang warga di kampung itu.
Saat suaminya memutuskan untuk belajar shalat, ia juga sudah mulai melaksanakan shalat Jum'at meskipun belum tahu bacaannya.
"Saya masih ingat ketika akan mulai shalat, suami saya sempat menelpon saya hanya untuk menanyakan, kalau shalat Jum'at ini niatnya baca 'ushalli' apa?," kenang Nofiya dengan raut wajah terharu.
Di samping itu, Uwan alias Da Al yang juga mendapat reward jamaah terbaik karena selain telah lancar, ia juga telah beberapa kali menjadi imam pengganti di Mushalla tersebut saat imam utama jatuh demam atau berhalangan hadir.
"Semenjak saya tinggal disini, setelah sekian tahun inilah pertama kalinya saya melaksanakan shalat Jum'at ke masjid," kata dia mengakui.
Banyak kisah mengharukan lainnya dari para pemuda yang kembali tersentuh hatinya untuk belajar mendalami ilmu agama. Khususnya tentang ibadah shalat. Entah dari mana dan bagaimana hidayah itu bisa hadir.
Namun saat ini yang mereka rasakan adalah rasa syukur karena Allah kembali menggerakkan hati dan menumbuhkan rasa cinta mereka untuk kembali belajar agama.
Seperti kisah Kayuik yang dulunya pernah menjadi qori, saat ini perlu mengasah kembali, dan ia juga ikut membantu teman-teman yang lain dalam proses belajar.
Ibu Kayuik pun sangat berharap kegiatan tersebut dapat terus dilanjutkan sehingga para pemuda-pemuda yang tergabung dalam Jamaah Surau Gemintang ini bisa melakukan kegiatan-kegiatan bermanfaat lain ke depannya.
Di samping itu, Junir Rajo Melayu alias Aciak Layu (60) merupakan yang tertua diantara lainnya selain mendapatkan reward sebagai jamaah tersemangat, ia juga dinobatkan sebagai mentor penyemangat oleh Yayasan Gemintang karena usianya yang semakin senja tidak menyurutkan semangatnya untuk mengajak pemuda-pemuda lainnya untuk terus belajar agama.
Untuk mengapresiasi seluruh pemuda tersebut selain mendapatkan piala, semuanya juga diberikan bingkisan sarung untuk seluruh jamaah yang belajar, para pembimbing dan jamaah yang rutin ke mushalla meskipun tidak ikut belajar karena sudah pandai.
Penyerahan penghargaan tersebut dilaksanakan bersamaan dengan tabligh Akbar bersama Ust. Adi Gunawan, Da'i dari Kota Padang. Dimana Ustadz tersebut juga sangat mengapresiasi gerakan yang diadakan oleh para pemuda ini.
Setelah memantapkan belajar bacaan shalat, dzikir mereka juga akan mulai belajar juz amma kembali.
"Kami juga ingin belajar bagaimana cara menyelenggarakan shalat jenazah, teringat kemarin banyak yang kebingungan saat ada salah satu famili kita yang meninggal," terang Junir Rajo Melayu.
Apresiasi yang sebesar-besarnya juga diberikan oleh Yayasan Gemintang kepada Ustadz Rio Joni Putra, selaku imam dan juga pengelola Rumah Qur'an yang diamanahkan oleh Yayasan, beliau dinilai telah berhasil membimbing para pemuda ini belajar bacaan shalat semenjak awal Januari lalu, dalam dua bulan ini mereka nampak begitu bersungguh-sungguh mempelajarinya.
"Kami dari para pemuda ingin belajar shalat dan mengaji, kami merasa iri melihat anak-anak saja bisa menghafal Alquran, harapannya dari Yayasan Gemintang bisa menfasilitasi" ucap Izet dan Yogi perwakilan dari pemuda saat menemui Pembina Yayasan, Bustanil Arifin pada bulan Desember lalu seusai digelarnya Wisuda Tahfizh Rumah Quran Gemintang angkatan I. Tentunya niatan baik tersebut disambut hangat oleh pihak yayasan, melalui pengelola Rumah Qur'an, rencana tersebut dapat dilaksanakan.
Gemintang, kepanjangan dari Generasi Muda Islam Nan Tangguh, merupakan sebuah Yayasan yang berdiri di Kota Padang dengan salah satu programnya yaitu Rumah Quran Gemintang salah satunya berdiri di Alahan Panjang, Solok.
Dengan adanya Rumah Quran ini diharapkan ikut memberikan sumbangsih dalam bidang pendidikan untuk masyarakat terutama anak-anak dan pemuda calon generasi bangsa.
Sebagian besar biaya operasional Yayasan ini disponsori oleh PT Gemintang Zhh Management, penyedia grosiran piala dan gantungan kunci, disamping itu juga didukung oleh sahabat-sahabat setia Gemintang yang ikut menderma seikhlasnya.
Mengingat ramadhan semakin dekat, dan perencanaan MTQ selalu ada disetiap Masjid dan Mushalla, pemesanan piala dapat juga di PT Gemintang sebagai bentuk support terhadap kegiatan dakwah yang tengah di programkan.