Halaban (ANTARA) - PT Anugrah Halaban Sepakat, bisnis crusher besar di daerah Halaban Kabupaten Limapuluh Kota resmi jadi pelanggan PLN, pada 19 Desember 2022. Pelanggan industri ini bergabung dengan daya 240 kVA.
Petala Wijaya, pemilik chusher mengatakan, rencana dediselisasi atau beralih dari pembangkit sendiri ke suplai energi listrik PLN ini telah lama direncanakan mempertimbangkan penggunaan listrik PLN cenderung lebih menguntungkan dibandingkan penggunaan pembangkit sendiri.
‘’Operasi pabrik sempat terhenti beberapa periode belakangan, dampak dari pandemi COVID-19. Padahal investasi awal untuk penyambungan listrik cukup besar. Maka kami sempat memutuskan untuk menunda penyambungan listrik ke PLN. Kini pabrik sudah beroperasi kembali dan kami siap menjadi pelanggan PLN,’’ jelas Petala.
Menurut Petala, beralih ke PLN menjanjikan efisiensi hingga 60 persen. Sebelumnya, pabrik ini beroperasi dengan pembangkit berkapasitas 250 kVA berbahan baku solar.
‘’Dengan pembangkit tersebut kami membutuhkan solar sekitar 10.000 liter untuk 1 bulan beroperasi. Biaya yang dibutuhkan sekitar Rp190 Juta. Itu belum ditambahkan dengan biaya perawatan dan operasional lainnya,’’ lanjutnya.
Suplai listrik dari PLN akan sangat bermanfaat bagi operasional Anugrah Halaban Sepakat untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya operasional.
‘’Dengan beralih ke listrik PLN kami tidak perlu berulang kali melakukan pembelian solar. Apalagi solar saat ini sulit. PLN membuat semua lebih mudah. Semua suplai dari PLN, operasional dari PLN, bebas biaya perawatan pembangkit mandiri. Kami hanya tinggal melakukan pembayaran tiap bulan. Membuat kinerja pabrik lebih produktif dan efisien,’’ sebut Petala kemudian.
Wilsriza, Manager PLN UP3 Payakumbuh mengatakan, PLN berkomitmen untuk mendukung kegiatan usaha dalam rangka bersumbangsih pada pertumbuhan ekonomi. Industri crusher adalah industri yang sedang menggeliat di wilayah kerja PLN UP3 Payakumbuh yang patut menjadi bagian dari komitmen ini.
‘’Selain siap dengan permintaan dieselisasi dalam kapasitas daya berapapun, PLN pun siap memastikan kawasan industri crusher disuplai dengan jaringan yang andal. Jadi harapannya industri serupa atau industri-industri lainnya yang belum beralih ke PLN dapat yakin untuk beralih ke PLN,’’ lanjut Wilsriza.
Industri crusher, sambung Wilsriza, membutuhkan jaringan andal karena operasional mesin yang membutuhkan listrik tanpa jeda.
‘’Kami paham bahwa industri ini butuh jaringan yang sangat andal dan PLN siap mendukung kebutuhan tersebut. Padam lebih dari beberapa detik saja tentu akan merugikan, karena jika listrik padam, mesin pengolah batu harus disetting ulang dari awal,’’ sampainya.
Petala pun memuji pelayanan PLN dan berharap pelayanan terbaik PLN dapat terus didistribusikan kepada pabriknya. ‘’Terima kasih kepada semua tim PLN untuk pelayanan terbaiknya. Selama ini kami mendapatkan komunikasi yang sangat terbuka, instens, dan jelas. Penyambungan listrik selesai cepat. Padahal penyambungan baru sempat tertunda lama, tapi tim dari PLN tetap sabar dan totalitas sekali dalam pelayanan. Jaya terus PLN,’’ ungkapnya.*
Petala Wijaya, pemilik chusher mengatakan, rencana dediselisasi atau beralih dari pembangkit sendiri ke suplai energi listrik PLN ini telah lama direncanakan mempertimbangkan penggunaan listrik PLN cenderung lebih menguntungkan dibandingkan penggunaan pembangkit sendiri.
‘’Operasi pabrik sempat terhenti beberapa periode belakangan, dampak dari pandemi COVID-19. Padahal investasi awal untuk penyambungan listrik cukup besar. Maka kami sempat memutuskan untuk menunda penyambungan listrik ke PLN. Kini pabrik sudah beroperasi kembali dan kami siap menjadi pelanggan PLN,’’ jelas Petala.
Menurut Petala, beralih ke PLN menjanjikan efisiensi hingga 60 persen. Sebelumnya, pabrik ini beroperasi dengan pembangkit berkapasitas 250 kVA berbahan baku solar.
‘’Dengan pembangkit tersebut kami membutuhkan solar sekitar 10.000 liter untuk 1 bulan beroperasi. Biaya yang dibutuhkan sekitar Rp190 Juta. Itu belum ditambahkan dengan biaya perawatan dan operasional lainnya,’’ lanjutnya.
Suplai listrik dari PLN akan sangat bermanfaat bagi operasional Anugrah Halaban Sepakat untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya operasional.
‘’Dengan beralih ke listrik PLN kami tidak perlu berulang kali melakukan pembelian solar. Apalagi solar saat ini sulit. PLN membuat semua lebih mudah. Semua suplai dari PLN, operasional dari PLN, bebas biaya perawatan pembangkit mandiri. Kami hanya tinggal melakukan pembayaran tiap bulan. Membuat kinerja pabrik lebih produktif dan efisien,’’ sebut Petala kemudian.
Wilsriza, Manager PLN UP3 Payakumbuh mengatakan, PLN berkomitmen untuk mendukung kegiatan usaha dalam rangka bersumbangsih pada pertumbuhan ekonomi. Industri crusher adalah industri yang sedang menggeliat di wilayah kerja PLN UP3 Payakumbuh yang patut menjadi bagian dari komitmen ini.
‘’Selain siap dengan permintaan dieselisasi dalam kapasitas daya berapapun, PLN pun siap memastikan kawasan industri crusher disuplai dengan jaringan yang andal. Jadi harapannya industri serupa atau industri-industri lainnya yang belum beralih ke PLN dapat yakin untuk beralih ke PLN,’’ lanjut Wilsriza.
Industri crusher, sambung Wilsriza, membutuhkan jaringan andal karena operasional mesin yang membutuhkan listrik tanpa jeda.
‘’Kami paham bahwa industri ini butuh jaringan yang sangat andal dan PLN siap mendukung kebutuhan tersebut. Padam lebih dari beberapa detik saja tentu akan merugikan, karena jika listrik padam, mesin pengolah batu harus disetting ulang dari awal,’’ sampainya.
Petala pun memuji pelayanan PLN dan berharap pelayanan terbaik PLN dapat terus didistribusikan kepada pabriknya. ‘’Terima kasih kepada semua tim PLN untuk pelayanan terbaiknya. Selama ini kami mendapatkan komunikasi yang sangat terbuka, instens, dan jelas. Penyambungan listrik selesai cepat. Padahal penyambungan baru sempat tertunda lama, tapi tim dari PLN tetap sabar dan totalitas sekali dalam pelayanan. Jaya terus PLN,’’ ungkapnya.*