Bukittinggi (ANTARA) -
Pemkot Bukittinggi, Sumatera Barat melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) menegaskan sisa galian proyek awning yang ada di Jenjang Minang dikerjakan dalam minggu ini setelah adanya penundaan pengerjaan secara keseluruhan sebelumnya.
Galian pengairan yang membelah Jenjang Minang yang semula dimaksudkan sebagai bagian dari Proyek Awning Night Market Jalan Minangkabau itu meninggalkan lubang sepanjang sekitar 25 meter yang hanya ditutup seadanya oleh pelaksana proyek yang ditunjuk.
"Sesuai kondisi yang ada itu, kami sudah minta ke rekanan sejak seminggu lalu diselesaikan dan dibersihkan, pengerjaannya tidak akan lama, paling seminggu selesai," kata Kepala Dinas PUPR Kota Bukittinggi, Ebyuleris di Bukittinggi, Senin.
Ia menegaskan sisa pekerjaan itu akan diselesaikan secepat mungkin meskipun pihak rekanan mengatakan terhalang dengan beberapa alasan.
"Pasti ditimbun, rekanan menyebut alasannya karena sedang mencari material dan hujan, kami sudah minta jika tidak bisa dikerjakan siang hari, lakukan di malam hari agar aktivitas pedagang dan pengguna jalan tidak terganggu," katanya.
Ia mengatakan, penyelesaian sisa pekerjaan itu harus cepat dilakukan karena debit air yang mengaliri saluran dikhawatirkan mampu merusak material Jenjang Minang bahkan toko pedagang di sekitarnya.
"Dampaknya pada runtuh material, polongan saluran diperbaiki kemudian ditimbun, alasan teknis penundaan tidak ada sebenarnya, karena selain merugikan pemilik toko sekitar Jenjang Minang dan pemakai jalan, kerugian juga berdampak pada rekanan akhirnya," kata Ebyurelis.
Ia mengatakan seiring dengan penundaan Proyek Awning oleh Wali Kota Erman Safar sejak Rabu (19/10) lalu, saluran air di Jenjang Minang juga menjadi perhatian Dinas PUPR untuk diperbaiki.
"Sebenarnya tidak ada kaitan dengan proyek awning, saluran ini memang akan direhabilitasi juga, pedagang sudah mengeluhkan air yang melimpah karena lubang terusannya tidak memadai," ujarnya.
Ebyurelis menambahkan, jika rekanan pelaksana proyek tidak juga mengatasi masalah ini, maka Dinas PUPR akan mengambil alih penyelesaiannya agar tidak menimbulkan keresahan di sekitar Jenjang Minang.
Pedagang Jenjang Minang yang berjumlah 10 toko menyambut baik pengerjaan penyelesaian tersebut karena mengganggu aktivitas jual beli mereka sejak dilakukan penggalian.
"Kami sudah melaporkan ke lurah juga sebelumnya, semoga cepat diselesaikan, selain mempengaruhi jual beli, juga membahayakan, penting juga memperbaikinya agar lebih lebar karena arus air dari atas sangat besar, bahkan sering membanjiri toko kami," kata seorang pedagang, Ridwan (33).
Ia mengatakan beberapa waktu lalu harus terpaksa membongkar salah satu lubang saluran yang tersumbat saat hujan lebat agar air terus mengalir.
Jenjang Minang merupakan salah satu spot menarik penghubung Jalan Minangkabau dengan Kampung Cina Bukittinggi, jenjang ini sudah dibangun sejak 1908 jaman Hindia Belanda.