Padang (ANTARA) - Pernahkah melihat wadah makan atau minum dari bahan plastik dengan label BPA free? Mengapa sebaiknya memilih wadah makan atau minum dengan label tersebut?
Saat ini plastik menjadi bahan sudah melekat digunakan sebagai wadah makan atau minum. Banyak anak-anak maupun orang dewasa menyimpan makanan dan minuman ke dalam wadah plastik dan tak jarang wadah tersebut diisi dengan makanan atau minuman yang masih panas. Salah satu bahan plastik yang umum digunakan sebagai wadah tersebut yaitu plastik polikarbonat (polycarbonate/PC).
Plastik dari bahan PC dapat dijumpai pada berbagai wadah pangan seperti piring, botol air minum, dan cuttleries. Biasanya perabotan plastik yang berasal dari bahan PC diberi label segitiga dengan nomor 7 yang menandakan simbol daur ulang. Bahan utama pembuatan plastik PC yaitu bisphenol-A (BPA). Bisphenol A (BPA) merupakan bahan kimia yang digunakan pada lapisan beberapa kemasan makanan dan minuman untuk melindungi makanan dari kontaminasi dan memperpanjang umur simpan. BPA juga juga digunakan dalam produk non-makanan yang tujuannya menghindari korosif.
Di sisi lain, BPA memiliki sifat merugikan bagi kesehatan. Sejumlah kecil BPA dapat bermigrasi ke makanan dan minuman dari wadah yang dibuat BPA. Hal ini diperkuat dari beberapa penelitian bahwa kandungan BPA dalam jumlah tertentu dapat membahayakan kesehatan apabila mencemari makanan dan minuman yang dikonsumsi. Paparan BPA menjadi perhatian karena kemungkinan efek kesehatan pada otak dan kelenjar prostat janin, bayi dan anak-anak.
BPA pada plastik PC memiliki sifat merugikan apabila terjadi migrasi dari kemasan ke dalam bahan pangan. Apabila terkonsumsi dalam jumlah yang tinggi, BPA dapat menyebabkan efek “mimic” (menyerupai) estrogen tubuh sehingga mengganggu fungsi hormon dan dapat merusak kromosom pada ovarium maupun kadar sperma manusia. Efek merugikan lainnya yaitu BPA sebagai senyawa endocrine disruptors dapat mengganggu biosintesis dan sekresi pada tubuh. Oleh karena itu, meskipun banyak digunakan untuk bahan rumah tangga, penggunaan PC pada kemasan pangan terutama pada botol susu bayi dan air minum sudah banyak dihindari karena alasan kesehatan.
BPOM telah menetapkan Peraturan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan. Peraturan ini mengatur persyaratan keamanan kemasan pangan termasuk batas maksimal migrasi BPA maksimal 0,6 ppm dari kemasan berbahan polikarbonat (PC) untuk peralatan makan-minum dan botol minuman serta 0,3 ppm untuk botol susu bayi (BPOM RI 2012). Selain itu, EFSA menjelaskan bahwa nilai Tolerance Daily Intake (TDI) BPA sebesar 0,05μg/kgBB dalam satu hari (Lubis et al 2021).
Berdasarkan tinjauan keamanan berkelanjutan, banyak industri pembuatan wadah makanan dan minuman yang terbuat dari plastik saat ini telah menambahkan informasi kemasan BPA free. Alternatif lain yaitu memilih bahan plastik non PC. Hal ini dilakukan untuk mendukung keamanan BPA pada penggunaan yang saat ini disetujui dalam wadah dan kemasan makanan
BPA aman pada tingkat yang sangat rendah yang terjadi pada beberapa makanan. Namun jika khawatir tentang BPA, Anda dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi paparan yaitu: 1)menggunakan produk dengan label bebas BPA atau BPA free; 2) menghindari penyimpanan atau pemanasan makanan dengan wadah plastik karena panas dapat meningkatkan migrasi BPA ke dalam makanan; 3)menggunakan alternatif wadah seperti kaca, porselen, atau baja yang tahan karat untuk makanan dan cairan panas daripada wadah plastik; 4) mencuci wadah sebelum digunakan; 5) memilih botol bayi dengan label BPA free; 6) mengurangi penggunaan makanan kaleng yang mengandung BPA; dan 7) menghentikan penggunaan wadah plastik yang sudah tergores atau rusak.
Setelah memahami keamanan serta risiko wadah pada makanan dan minuman, konsumen dapat lebih bijak dan sadar dalam pemilihan wadah kemasan yang aman untuk kesehatan.
Penulis merupakan Mahasiswi Magister Ilmu Pangan IPB University
Saat ini plastik menjadi bahan sudah melekat digunakan sebagai wadah makan atau minum. Banyak anak-anak maupun orang dewasa menyimpan makanan dan minuman ke dalam wadah plastik dan tak jarang wadah tersebut diisi dengan makanan atau minuman yang masih panas. Salah satu bahan plastik yang umum digunakan sebagai wadah tersebut yaitu plastik polikarbonat (polycarbonate/PC).
Plastik dari bahan PC dapat dijumpai pada berbagai wadah pangan seperti piring, botol air minum, dan cuttleries. Biasanya perabotan plastik yang berasal dari bahan PC diberi label segitiga dengan nomor 7 yang menandakan simbol daur ulang. Bahan utama pembuatan plastik PC yaitu bisphenol-A (BPA). Bisphenol A (BPA) merupakan bahan kimia yang digunakan pada lapisan beberapa kemasan makanan dan minuman untuk melindungi makanan dari kontaminasi dan memperpanjang umur simpan. BPA juga juga digunakan dalam produk non-makanan yang tujuannya menghindari korosif.
Di sisi lain, BPA memiliki sifat merugikan bagi kesehatan. Sejumlah kecil BPA dapat bermigrasi ke makanan dan minuman dari wadah yang dibuat BPA. Hal ini diperkuat dari beberapa penelitian bahwa kandungan BPA dalam jumlah tertentu dapat membahayakan kesehatan apabila mencemari makanan dan minuman yang dikonsumsi. Paparan BPA menjadi perhatian karena kemungkinan efek kesehatan pada otak dan kelenjar prostat janin, bayi dan anak-anak.
BPA pada plastik PC memiliki sifat merugikan apabila terjadi migrasi dari kemasan ke dalam bahan pangan. Apabila terkonsumsi dalam jumlah yang tinggi, BPA dapat menyebabkan efek “mimic” (menyerupai) estrogen tubuh sehingga mengganggu fungsi hormon dan dapat merusak kromosom pada ovarium maupun kadar sperma manusia. Efek merugikan lainnya yaitu BPA sebagai senyawa endocrine disruptors dapat mengganggu biosintesis dan sekresi pada tubuh. Oleh karena itu, meskipun banyak digunakan untuk bahan rumah tangga, penggunaan PC pada kemasan pangan terutama pada botol susu bayi dan air minum sudah banyak dihindari karena alasan kesehatan.
BPOM telah menetapkan Peraturan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan. Peraturan ini mengatur persyaratan keamanan kemasan pangan termasuk batas maksimal migrasi BPA maksimal 0,6 ppm dari kemasan berbahan polikarbonat (PC) untuk peralatan makan-minum dan botol minuman serta 0,3 ppm untuk botol susu bayi (BPOM RI 2012). Selain itu, EFSA menjelaskan bahwa nilai Tolerance Daily Intake (TDI) BPA sebesar 0,05μg/kgBB dalam satu hari (Lubis et al 2021).
Berdasarkan tinjauan keamanan berkelanjutan, banyak industri pembuatan wadah makanan dan minuman yang terbuat dari plastik saat ini telah menambahkan informasi kemasan BPA free. Alternatif lain yaitu memilih bahan plastik non PC. Hal ini dilakukan untuk mendukung keamanan BPA pada penggunaan yang saat ini disetujui dalam wadah dan kemasan makanan
BPA aman pada tingkat yang sangat rendah yang terjadi pada beberapa makanan. Namun jika khawatir tentang BPA, Anda dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi paparan yaitu: 1)menggunakan produk dengan label bebas BPA atau BPA free; 2) menghindari penyimpanan atau pemanasan makanan dengan wadah plastik karena panas dapat meningkatkan migrasi BPA ke dalam makanan; 3)menggunakan alternatif wadah seperti kaca, porselen, atau baja yang tahan karat untuk makanan dan cairan panas daripada wadah plastik; 4) mencuci wadah sebelum digunakan; 5) memilih botol bayi dengan label BPA free; 6) mengurangi penggunaan makanan kaleng yang mengandung BPA; dan 7) menghentikan penggunaan wadah plastik yang sudah tergores atau rusak.
Setelah memahami keamanan serta risiko wadah pada makanan dan minuman, konsumen dapat lebih bijak dan sadar dalam pemilihan wadah kemasan yang aman untuk kesehatan.
Penulis merupakan Mahasiswi Magister Ilmu Pangan IPB University