Lubukbasung (ANTARA) -
Penyuluh Perikanan Kecamatan Tanjungraya, Asrul Deni Putra di Lubukbasung, Minggu, mengatakan kematian 200 ton ikan itu tersebar di dua nagari yakni, Nagari Tanjung Sani sebanyak 50 ton dan Nagari Koto Kaciak 150 ton.
Di Nagari Tanjung Sani tersebar di Jorong Muko Jalan, Jorong Batu Nanggai, Jorong Galapuang dan Jorong Pandan.
"Ini data sementara yang saya peroleh dari petani dan ikan itu berasal dari ratusan petak keramba jaring apung milik 150 orang," katanya.
Ia mengatakan ikan jenis nila dan mas itu mati akibat angin kencang disertai curah hujan tinggi melanda daerah itu.
Akibatnya, terjadi pembalikan air di dasar danau vulkanik itu, sehingga oksigen berkurang.
Setelah itu, ikan di dalam keramba jaring apung mengalami pusing dan mati.
"Beberapa jam, bangkai ikan mengapung ke permukaan danau," katanya.
Ia mengimbau petani untuk segera memanen ikan dan memindahkan ke kolam air tenang, agar tidak mati karena curah hujan masih tinggi dan beresiko untuk kematian ikan.
Sebelumnya, Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam mengimbau agar petani untuk menunda menebar bibit ikan dari September sampai Januari.
Pada bulan itu, tambahnya, curah hujan disertai angin kencang berpotensi melanda daerah itu, sehingga oksigen akan berkurang dan ikan akan mati.
"Kita telah memasang papan imbauan di sekitar Danau Maninjau," katanya. (*)
Sekitar 200 ton ikan jenis nila dan mas di keramba jaring apung Danau Maninjau, kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat mati mendadak akibat angin kencang disertai curah hujan tinggi melanda daerah itu pada Senin (6/12).
Penyuluh Perikanan Kecamatan Tanjungraya, Asrul Deni Putra di Lubukbasung, Minggu, mengatakan kematian 200 ton ikan itu tersebar di dua nagari yakni, Nagari Tanjung Sani sebanyak 50 ton dan Nagari Koto Kaciak 150 ton.
Di Nagari Tanjung Sani tersebar di Jorong Muko Jalan, Jorong Batu Nanggai, Jorong Galapuang dan Jorong Pandan.
"Ini data sementara yang saya peroleh dari petani dan ikan itu berasal dari ratusan petak keramba jaring apung milik 150 orang," katanya.
Ia mengatakan ikan jenis nila dan mas itu mati akibat angin kencang disertai curah hujan tinggi melanda daerah itu.
Akibatnya, terjadi pembalikan air di dasar danau vulkanik itu, sehingga oksigen berkurang.
Setelah itu, ikan di dalam keramba jaring apung mengalami pusing dan mati.
"Beberapa jam, bangkai ikan mengapung ke permukaan danau," katanya.
Ia mengimbau petani untuk segera memanen ikan dan memindahkan ke kolam air tenang, agar tidak mati karena curah hujan masih tinggi dan beresiko untuk kematian ikan.
Sebelumnya, Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam mengimbau agar petani untuk menunda menebar bibit ikan dari September sampai Januari.
Pada bulan itu, tambahnya, curah hujan disertai angin kencang berpotensi melanda daerah itu, sehingga oksigen akan berkurang dan ikan akan mati.
"Kita telah memasang papan imbauan di sekitar Danau Maninjau," katanya. (*)