Solok (ANTARA) - Kudapan tradisional kareh-kareh khas Nagari Tanjung Balit, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumbar diminati masyarakat saat Hari Raya Idul Ifitri 1442 Hijriah.
Salah seorang penjual kue kareh-kareh, Zulfa Yenti (62) ,di Tanjung Balit, Sabtu mengaku penjualan kudapan itu saat Lebaran meningkat daripada hari biasanya. Banyak warga memesan untuk kue untuk Lebaran itu dan menjadi oleh-oleh bagi para perantau.
"Bisanya banyak yang mesan kareh-kareh untuk oleh-oleh dikirim ke rantau," ujar dia.
Kue kareh-kareh kudapan khas Minangkabau di daerah Alahan Panjang memiliki tekstur renyah yang terbuat dari adonan tepung beras dan gula. Kata "kareh" berasal dari bahasa Minangkabau yang berarti keras. Kue ini berbentuk sarang burung yang berlapis-lapis dan berwarna merah kecokelatan dengan rasa manis.
Yenti menyebutkan harga kareh-kareh saat ini naik menjadi Rp6.000 dari biasanya Rp4.000, karena harga bahan juga naik di pasaran.
Selain di sekitar daerah Sumbar, Yenti juga menjual kue tersebut ke Jakarta, Kalimantan, dan beberapa daerah lainnya sebagai oleh-oleh untuk perantau.
Ia mengaku sudah puluhan tahun menggeluti usaha itu. Keahlian membuat kue kareh-kareh didapatkan dari orang tuanya.
"Usaha ini sudah ada sejak tahun sembilan puluhan dan menjadi usaha turun-temurun, mulai dari nenek saya sampai ke anak-anak saya sekarang," kata dia.
Selama Lebaran, Yenti mampu membuat 100 hingga 300 kareh-kareh, sedangkan omzetnya Rp1 juta hingga Rp2 juta per hari.
Ia berencana mengembangkan usaha itu di Alahan Panjang. Ia juga sering ikut berbagai pelatihan usaha kuliner untuk UMKM yang diadakan Dinas Koperindag Kabupaten Solok.
Ia mengakui butuh keahlian khusus dalam membuat kue kareh-kareh. Proses pembuatan kue kareh-kareh rumit dan harus teratur. Pembuatan kue kareh-kareh harus dilakukan dengan tekun dan butuh kesabaran agar bentuk kue tampak bagus.
Saat ini, hanya sedikit ditemukan para pembuat kue kareh-kareh. Bahkan, banyak masyarakat yang memilih membeli kue tersebut ketimbang membuat sendiri.
"Selain proses pembuatannya yang rumit karena masih tradisional, saat ini masyarakat memang lebih banyak yang suka praktis," ujar dia.
Salah seorang pembeli, Mariana (45), memesan kudapan kareh-kareh untuk dikirim ke anaknya di rantau.
"Lebaran kali ini anak saya tidak bisa pulang kampung karena COVID-19. Saya hanya bisa mengirimkan makanan, salah satunya berupa kudapan kareh-kareh," ucapnya.
Salah seorang penjual kue kareh-kareh, Zulfa Yenti (62) ,di Tanjung Balit, Sabtu mengaku penjualan kudapan itu saat Lebaran meningkat daripada hari biasanya. Banyak warga memesan untuk kue untuk Lebaran itu dan menjadi oleh-oleh bagi para perantau.
"Bisanya banyak yang mesan kareh-kareh untuk oleh-oleh dikirim ke rantau," ujar dia.
Kue kareh-kareh kudapan khas Minangkabau di daerah Alahan Panjang memiliki tekstur renyah yang terbuat dari adonan tepung beras dan gula. Kata "kareh" berasal dari bahasa Minangkabau yang berarti keras. Kue ini berbentuk sarang burung yang berlapis-lapis dan berwarna merah kecokelatan dengan rasa manis.
Yenti menyebutkan harga kareh-kareh saat ini naik menjadi Rp6.000 dari biasanya Rp4.000, karena harga bahan juga naik di pasaran.
Selain di sekitar daerah Sumbar, Yenti juga menjual kue tersebut ke Jakarta, Kalimantan, dan beberapa daerah lainnya sebagai oleh-oleh untuk perantau.
Ia mengaku sudah puluhan tahun menggeluti usaha itu. Keahlian membuat kue kareh-kareh didapatkan dari orang tuanya.
"Usaha ini sudah ada sejak tahun sembilan puluhan dan menjadi usaha turun-temurun, mulai dari nenek saya sampai ke anak-anak saya sekarang," kata dia.
Selama Lebaran, Yenti mampu membuat 100 hingga 300 kareh-kareh, sedangkan omzetnya Rp1 juta hingga Rp2 juta per hari.
Ia berencana mengembangkan usaha itu di Alahan Panjang. Ia juga sering ikut berbagai pelatihan usaha kuliner untuk UMKM yang diadakan Dinas Koperindag Kabupaten Solok.
Ia mengakui butuh keahlian khusus dalam membuat kue kareh-kareh. Proses pembuatan kue kareh-kareh rumit dan harus teratur. Pembuatan kue kareh-kareh harus dilakukan dengan tekun dan butuh kesabaran agar bentuk kue tampak bagus.
Saat ini, hanya sedikit ditemukan para pembuat kue kareh-kareh. Bahkan, banyak masyarakat yang memilih membeli kue tersebut ketimbang membuat sendiri.
"Selain proses pembuatannya yang rumit karena masih tradisional, saat ini masyarakat memang lebih banyak yang suka praktis," ujar dia.
Salah seorang pembeli, Mariana (45), memesan kudapan kareh-kareh untuk dikirim ke anaknya di rantau.
"Lebaran kali ini anak saya tidak bisa pulang kampung karena COVID-19. Saya hanya bisa mengirimkan makanan, salah satunya berupa kudapan kareh-kareh," ucapnya.