Padang (ANTARA) - Berangkat pada Jumat pukul 09.25 WIB pada pekan ke empat Februari 2021 dari Terminal Pulo Gebang Cakung Jakarta Timur Ghafar memilih pulang kampung ke Bukittinggi, Sumatera Barat menggunakan bus umum.
Hampir setahun lebih ia tak pulang menjenguk orang tua akibat pandemi COVID-19. Bahkan pada Idul Fitri 2020 ia terpaksa berlebaran di Ibu Kota karena situasi tak kondusif untuk mudik.
Selepas menyelesaikan kuliah lima tahun lalu di Yogyakarta ia mendapatkan pekerjaan di Jakarta. Setiap tahun ia rutin pulang kampung terutama saat Idul Fitri.
Biasanya ia pulang menggunakan pesawat udara dengan pertimbangan lebih cepat dan efisien. Namun kini untuk naik pesawat harus mengikuti prosedur tes rapid antigen membuktikan bebas COVID-19.
Sebelumnya Ghafar mendapatkan informasi dari sesama teman perantau Minang bahwa pulang kampung menggunakan bus umum sekarang lebih menyenangkan.
Selain karena armada bus yang baru dan nyaman jarak tempuh juga lebih cepat hanya 30 jam saja sejak hadirnya tol Trans Sumatera.
Selepas SMA ia pernah menjajal bus Padang-Jakarta saat hendak berangkat kuliah. Ketika itu pada 2010 butuh waktu hingga 36 jam sampai di ibu kota.
Ia pun mencari informasi soal bus ke Bukittinggi dan berdasarkan rekomendasi salah seorang teman ia memilih salah satu armada Royal Class dengan harga tiket Rp550 ribu.
Ternyata memang benar naik bus sekarang jauh lebih nyaman. Bus yang ia tumpangi memiliki kapasitas 30 penumpang.
Tiga jam berangkat dari Terminal Pulo Gebang digeber dengan kecepatan hingga 120 kilometer per jam, tepat jam 12.30 WIB bus telah sampai di Dermaga Eksekutif Pelabuhan Merak untuk menyeberang Selat Sunda menuju Sumatera .
Tak berapa lama menunggu dengan total lama perjalanan menyeberang dua jam bus , kapal yang mengangkut bus pun berlabuh di Pelabuhan Bakauheni Lampung.
Selepas keluar dari pelabuhan tepat pukul 16.20 WIB bus pun memasuki Tol Trans Sumatera yaitu rute Bakauheni-Terbanggi Besar.
Ruas ini telah beroperasi sejak 2019 dengan panjang 140 kilometer. Apalagi Dermaga 6 Pelabuhan Bakauheni telah langsung terkoneksi dengan ruas tol sehingga pengendara bisa langsung melaju.
Suasana tol Trans Sumatera sore itu cukup lengang dan hanya didominasi truk ekspedisi, sedangkan bus dan kendaraan pribadi cukup jarang.
Membelah daratan Sumatera dengan kecepatan hingga 120 kilometer per jam bus melaju gagah dan nyaman mendahului truk yang melaju pelan.
Kiri kanan jalan terhampar pemandangan areal persawahan hingga perbukitan yang masih hijau. Tepat pukul 17.45 WIB bus sampai di pintu keluar Tol Gunung Sugih Lampung untuk beristirahat dan makan di daerah Bandar Jaya Lampung.
Senja itu ia menikmati sepiring nasi panas dengan lauk rendang di rumah makan Padang tempat bus singgah.
Matahari tergelincir malam menjelang, ssai melaksanakan shalat Maghrib bus yang ditumpangi Ghafar berangkat dan kembali masuk Tol Trans Sumatera lewat pintu tol Gunung Sugih.
Bus bergerak cepat di Tol Trans Sumatera menuju Palembang melewati sejumlah ruas yaitu Terbanggi Besar-Pematang Panggang sepanjang 112 kilometer.
Kendati malam hari penerangan di jalan tol amat baik dan terang dengan lampu penerangan jalan umum di sisi kiri dan kanan.
Tepat pukul 10.30 WIB bus keluar tol dan mulai masuk jalan lintas timur yang menghubungkan Jambi-Palembang. Ternyata hanya butuh waktu empat jam dari Lampung menuju Palembang dengan kehadiran Tol Trans Sumatera.
Sebelumnya melewati jalan nasional yang ada di Provinsi paling cepat butuh waktu 12 jam.
Bus terus bergerak membelah malam dan pada pukul. Para penumpang sebagian tertidur pulas karena suspensi yang nyaman kendati pada beberapa titik ditemui jalan rusak.
Pada Sabtu pukul 05.00 WIB bus telah berada di daerah Muaro Bulian Jambi untuk beristirahat dan shalat Subuh.
Selepas itu bus bergerah menyurus lintas timur menuju Dharmasraya pintu gerbang Sumbar di daerah timur dan pada pukul 11.00 WIB telah masuk Sumbar.
Selepas berhenti makan siang di Sijunjung akhirnya pukul 17.30 Ghafar tiba di Bukittinggi kampung halaman tercinta. Benar apa yang disampaikan temannya bahwa naik bus sekarang lebih nyaman dan cepat.
Ia ingat pada 2010 naik bus ke Jakarta baru akan tiba menjelang dini hari di hari ketiga.
Interchange Kayu Agung Jalan Tol Trans Sumatera pada malam Hari. (Antara/Hutama Karya)
Sejarah
Inisiatif pembangunan Jalan Tol Trans SUumatera berawak dari pertemuan Menteri Badan Usaha Milik Negara yang ketika itu dijabat Dahlan Iskan dengan para gubernur se-Sumatera pada 2012.
Pertemuan itu membahas percepatan pembangunan jalan tol di Sumatera. Seiring berjalannya waktu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 100/2014 tentang "Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatra"
Dalam Perpres itu pemerintah menugaskan PT Hutama Karya untuk melakukan pendanaan, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian, dan pemeliharaan pada empat ruas jalan tol yang meliputi ruas Jalan Tol Medan-Binjai, ruas Jalan Tol Palembang-Simpang Indralaya, ruas Jalan Tol Pekanbaru-Dumai, dan ruas Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar.
Perpres tersebut kemudian direvisi oleh Presiden Joko Widodo melalui Perpres No. 117/2015 tentang "Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera" yang menambah penugasan kepada PT Hutama Karya sehingga menjadi total 24 ruas tol di Sumatera mencapai 2.704 kilometer menghubungkan Lampung-Banda Aceh dan akan beroperasi penuh pada 2024.
Sejak beroperasinya Jalan Tol Trans Sumatera dari Lampung hingga Palembang para pengusaha bus jurusan Padang-Jakarta merasakan langsung manfaatnya.
Jika sebelum ada tol Padang-Jakarta ditempuh dalam waktu hingga 48 jam sekarang bisa sampai hanya dalam waktu 26 hingga 30 jam.
Selain itu kebijakan tes usap antigen bagi calon penumpang pesawat udara membuat warga yang hendak bepergian ke Jakarta lebih memilih menaiki bus karena prosedur yang terbilang rumit menyebabkan bus jurusan Padang-Jakarta ramai penumpang.
"Sebelumnya dalam sehari armada yang diberangkatkan ke Jakarta cuma tiga bus, sekarang bisa sampai delapan bus," kata salah seorang sopir Bus NPM jurusan Padang-Jakarta Agus.
Jembatan Tulang Bawang Jalan Tol Trans Sumatera (Antara/Hutama Karya)
Strategis
Pakar Transportasi Publik Universitas Andalas (Unand) Padang Yossyafra Phd menilai pembangunan jalan tol trans Sumatera bernilai strategis bagi pergerakan barang karena jika menggunakan jalan nasional provinsi waktu tempuhnya lebih lama.
"Ada barang-barang yang perlu lebih cepat sampai dengan adanya jalan tol dari sisi logistik manfaatnya cukup besar," kata dia.
Menurutnya benefit yang paling besar dari kehadiran tol Trans Sumatera adalah pergerakan barang kalau untuk orang secara keseluruhan hanya pada segmen tertentu yang bermanfaat
"Untuk orang hanya pada spot tertentu misalnya menghubungkan Padang dengan Pekanbaru atau Medan dengan Banda Aceh," karena dapat mengurangi waktu tempuh pergerakan orang," ujarnya.
Akan tetapi ia melihat yang perlu diperhatikan karena tol adalah jalan berbayar berapa besaran biaya yang diberlakukan kepada pengguna baik barang maupun orang.
Ia memberi contoh untuk saat ini dari Lampung sampai Palembang karena sudah selesai dikerjakan memberikan benefit yang cukup besar terutama waktu tempuh.
"Biasanya bisa 12 jam sekarang bisa empat jam saja," kata dia.
Khusus bagi Sumbar manfaat yang bisa didapat dari pembangunan jalan tol Padang-Pekanbaru adalah memberi keuntungan dalam pengangkutan.
"Selama ini kebutuhan pangan Pekanbaru banyak dipasok dari Sumbar, keberadaan tol bermanfaat bagi angkutan logistik dari Sumbar ke Riau," katanya.
Sebaliknya warga Riau yang hendak berwisata ke Sumbar juga akan lebih mudah cukup dua sampai tiga jam saja dari sebelumnya enam jam.
"Artinya kunjungan wisata ke Sumbar akan menjadi lebih banyak dari sebelumnya dan ini memberi manfaat bagi sektor pariwisata," ujarnya.
Pada sisi lain ia melihat jalan tol ada kelebihan dan ada kekurangan.
"Kekurangannya adalah warga yang tanahnya harus digusur atau pengurangan omset pedagang karena peralihan arus kendaraan," ujarnya.
Akan tetapi ia mengajak semua pihak melihat persoalan ini secara menyeluruh bahwa untuk kecepatan waktu tempuh dan pergerakan logistik kian baik.
Pada intinya tol adalah alternatif bukan jalur utama saat orang ingin memilih menempuh perjalanan yang lebih cepat dari sisi waktu dan seberapa biaya yang dikeluarkan.
Hampir setahun lebih ia tak pulang menjenguk orang tua akibat pandemi COVID-19. Bahkan pada Idul Fitri 2020 ia terpaksa berlebaran di Ibu Kota karena situasi tak kondusif untuk mudik.
Selepas menyelesaikan kuliah lima tahun lalu di Yogyakarta ia mendapatkan pekerjaan di Jakarta. Setiap tahun ia rutin pulang kampung terutama saat Idul Fitri.
Biasanya ia pulang menggunakan pesawat udara dengan pertimbangan lebih cepat dan efisien. Namun kini untuk naik pesawat harus mengikuti prosedur tes rapid antigen membuktikan bebas COVID-19.
Sebelumnya Ghafar mendapatkan informasi dari sesama teman perantau Minang bahwa pulang kampung menggunakan bus umum sekarang lebih menyenangkan.
Selain karena armada bus yang baru dan nyaman jarak tempuh juga lebih cepat hanya 30 jam saja sejak hadirnya tol Trans Sumatera.
Selepas SMA ia pernah menjajal bus Padang-Jakarta saat hendak berangkat kuliah. Ketika itu pada 2010 butuh waktu hingga 36 jam sampai di ibu kota.
Ia pun mencari informasi soal bus ke Bukittinggi dan berdasarkan rekomendasi salah seorang teman ia memilih salah satu armada Royal Class dengan harga tiket Rp550 ribu.
Ternyata memang benar naik bus sekarang jauh lebih nyaman. Bus yang ia tumpangi memiliki kapasitas 30 penumpang.
Tiga jam berangkat dari Terminal Pulo Gebang digeber dengan kecepatan hingga 120 kilometer per jam, tepat jam 12.30 WIB bus telah sampai di Dermaga Eksekutif Pelabuhan Merak untuk menyeberang Selat Sunda menuju Sumatera .
Tak berapa lama menunggu dengan total lama perjalanan menyeberang dua jam bus , kapal yang mengangkut bus pun berlabuh di Pelabuhan Bakauheni Lampung.
Selepas keluar dari pelabuhan tepat pukul 16.20 WIB bus pun memasuki Tol Trans Sumatera yaitu rute Bakauheni-Terbanggi Besar.
Ruas ini telah beroperasi sejak 2019 dengan panjang 140 kilometer. Apalagi Dermaga 6 Pelabuhan Bakauheni telah langsung terkoneksi dengan ruas tol sehingga pengendara bisa langsung melaju.
Suasana tol Trans Sumatera sore itu cukup lengang dan hanya didominasi truk ekspedisi, sedangkan bus dan kendaraan pribadi cukup jarang.
Membelah daratan Sumatera dengan kecepatan hingga 120 kilometer per jam bus melaju gagah dan nyaman mendahului truk yang melaju pelan.
Kiri kanan jalan terhampar pemandangan areal persawahan hingga perbukitan yang masih hijau. Tepat pukul 17.45 WIB bus sampai di pintu keluar Tol Gunung Sugih Lampung untuk beristirahat dan makan di daerah Bandar Jaya Lampung.
Senja itu ia menikmati sepiring nasi panas dengan lauk rendang di rumah makan Padang tempat bus singgah.
Matahari tergelincir malam menjelang, ssai melaksanakan shalat Maghrib bus yang ditumpangi Ghafar berangkat dan kembali masuk Tol Trans Sumatera lewat pintu tol Gunung Sugih.
Bus bergerak cepat di Tol Trans Sumatera menuju Palembang melewati sejumlah ruas yaitu Terbanggi Besar-Pematang Panggang sepanjang 112 kilometer.
Kendati malam hari penerangan di jalan tol amat baik dan terang dengan lampu penerangan jalan umum di sisi kiri dan kanan.
Tepat pukul 10.30 WIB bus keluar tol dan mulai masuk jalan lintas timur yang menghubungkan Jambi-Palembang. Ternyata hanya butuh waktu empat jam dari Lampung menuju Palembang dengan kehadiran Tol Trans Sumatera.
Sebelumnya melewati jalan nasional yang ada di Provinsi paling cepat butuh waktu 12 jam.
Bus terus bergerak membelah malam dan pada pukul. Para penumpang sebagian tertidur pulas karena suspensi yang nyaman kendati pada beberapa titik ditemui jalan rusak.
Pada Sabtu pukul 05.00 WIB bus telah berada di daerah Muaro Bulian Jambi untuk beristirahat dan shalat Subuh.
Selepas itu bus bergerah menyurus lintas timur menuju Dharmasraya pintu gerbang Sumbar di daerah timur dan pada pukul 11.00 WIB telah masuk Sumbar.
Selepas berhenti makan siang di Sijunjung akhirnya pukul 17.30 Ghafar tiba di Bukittinggi kampung halaman tercinta. Benar apa yang disampaikan temannya bahwa naik bus sekarang lebih nyaman dan cepat.
Ia ingat pada 2010 naik bus ke Jakarta baru akan tiba menjelang dini hari di hari ketiga.
Sejarah
Inisiatif pembangunan Jalan Tol Trans SUumatera berawak dari pertemuan Menteri Badan Usaha Milik Negara yang ketika itu dijabat Dahlan Iskan dengan para gubernur se-Sumatera pada 2012.
Pertemuan itu membahas percepatan pembangunan jalan tol di Sumatera. Seiring berjalannya waktu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 100/2014 tentang "Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatra"
Dalam Perpres itu pemerintah menugaskan PT Hutama Karya untuk melakukan pendanaan, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian, dan pemeliharaan pada empat ruas jalan tol yang meliputi ruas Jalan Tol Medan-Binjai, ruas Jalan Tol Palembang-Simpang Indralaya, ruas Jalan Tol Pekanbaru-Dumai, dan ruas Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar.
Perpres tersebut kemudian direvisi oleh Presiden Joko Widodo melalui Perpres No. 117/2015 tentang "Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera" yang menambah penugasan kepada PT Hutama Karya sehingga menjadi total 24 ruas tol di Sumatera mencapai 2.704 kilometer menghubungkan Lampung-Banda Aceh dan akan beroperasi penuh pada 2024.
Sejak beroperasinya Jalan Tol Trans Sumatera dari Lampung hingga Palembang para pengusaha bus jurusan Padang-Jakarta merasakan langsung manfaatnya.
Jika sebelum ada tol Padang-Jakarta ditempuh dalam waktu hingga 48 jam sekarang bisa sampai hanya dalam waktu 26 hingga 30 jam.
Selain itu kebijakan tes usap antigen bagi calon penumpang pesawat udara membuat warga yang hendak bepergian ke Jakarta lebih memilih menaiki bus karena prosedur yang terbilang rumit menyebabkan bus jurusan Padang-Jakarta ramai penumpang.
"Sebelumnya dalam sehari armada yang diberangkatkan ke Jakarta cuma tiga bus, sekarang bisa sampai delapan bus," kata salah seorang sopir Bus NPM jurusan Padang-Jakarta Agus.
Strategis
Pakar Transportasi Publik Universitas Andalas (Unand) Padang Yossyafra Phd menilai pembangunan jalan tol trans Sumatera bernilai strategis bagi pergerakan barang karena jika menggunakan jalan nasional provinsi waktu tempuhnya lebih lama.
"Ada barang-barang yang perlu lebih cepat sampai dengan adanya jalan tol dari sisi logistik manfaatnya cukup besar," kata dia.
Menurutnya benefit yang paling besar dari kehadiran tol Trans Sumatera adalah pergerakan barang kalau untuk orang secara keseluruhan hanya pada segmen tertentu yang bermanfaat
"Untuk orang hanya pada spot tertentu misalnya menghubungkan Padang dengan Pekanbaru atau Medan dengan Banda Aceh," karena dapat mengurangi waktu tempuh pergerakan orang," ujarnya.
Akan tetapi ia melihat yang perlu diperhatikan karena tol adalah jalan berbayar berapa besaran biaya yang diberlakukan kepada pengguna baik barang maupun orang.
Ia memberi contoh untuk saat ini dari Lampung sampai Palembang karena sudah selesai dikerjakan memberikan benefit yang cukup besar terutama waktu tempuh.
"Biasanya bisa 12 jam sekarang bisa empat jam saja," kata dia.
Khusus bagi Sumbar manfaat yang bisa didapat dari pembangunan jalan tol Padang-Pekanbaru adalah memberi keuntungan dalam pengangkutan.
"Selama ini kebutuhan pangan Pekanbaru banyak dipasok dari Sumbar, keberadaan tol bermanfaat bagi angkutan logistik dari Sumbar ke Riau," katanya.
Sebaliknya warga Riau yang hendak berwisata ke Sumbar juga akan lebih mudah cukup dua sampai tiga jam saja dari sebelumnya enam jam.
"Artinya kunjungan wisata ke Sumbar akan menjadi lebih banyak dari sebelumnya dan ini memberi manfaat bagi sektor pariwisata," ujarnya.
Pada sisi lain ia melihat jalan tol ada kelebihan dan ada kekurangan.
"Kekurangannya adalah warga yang tanahnya harus digusur atau pengurangan omset pedagang karena peralihan arus kendaraan," ujarnya.
Akan tetapi ia mengajak semua pihak melihat persoalan ini secara menyeluruh bahwa untuk kecepatan waktu tempuh dan pergerakan logistik kian baik.
Pada intinya tol adalah alternatif bukan jalur utama saat orang ingin memilih menempuh perjalanan yang lebih cepat dari sisi waktu dan seberapa biaya yang dikeluarkan.