Padang (ANTARA) -
Dari balik bangunan megah berlantai enam di Jalan Bypass km 7 Pisang, Padang para tenaga medis di Semen Padang Hospital berjibaku merawat pasien yang terpapar Corona Virus Disease (COVID-19).
Sejak ditetapkannya Semen Padang Hospital sebagai salah satu rumah sakit yang menampung pasien COVID-19 pada April 2020, para tenaga medis berjuang tak hanya menyembuhkan pasien, namun juga bertarung agar mereka tetap selamat dan sehat menjalani tugas dan tidak ikut tertular.
Dari balik baju hazmat yang panas dan sesak, dedikasi mereka layak diapresiasi karena dalam jangka waktu minimal lima jam harus menahan diri untuk tidak buang air kecil, makan dan minum hingga beribadah.
Tak sebatas itu para tenaga medis merupakan garda depan yang juga rawan tertular yang berujung pada kematian apalagi jika bertemu dengan pasien yang tidak jujur memberikan keterangan.
Belum lagi pandangan dan penerimaan di masyarakat yang masih belum sepenuhnya siap menerima sehingga tak jarang mereka mendapatkan pengucilan.
Siang itu Gian Divel Yevosriera salah seorang perawat di Semen Padang Hospital siap memulai aktivitas rutinnya di IGD.
Rutinitasnya menjadi lebih padat dibandingkan sebelum COVID-19 dan yang pertama kali harus dilakukan adalah memasang Alat Perlindungan Diri mulai dari hazmat, masker, sarung tangan, face shield hingga sepatu khusus.
"Selama pakai APD kami yang bertugas harus siap untuk menahan panas baju APD yang berlapis, menahan haus, lapar hingga menahan keinginan untuk ke toilet," ujarnya.
Sebab APD yang dipakai tak bisa dilepas pasang, begitu selesai harus segera dibuang sehingga harus bertahan minimal lima jam.
Untuk mengatasi berbagai keinginan seperti haus, lapar, ingin ke toilet ataupun beribadah, ia dan petugas medis lainnya biasanya melakukan semua kegiatan itu sebelum memakan APD lengkap.
Jika memang tidak sanggup untuk menggunakannya lebih lama, maka ia meminta gantian dengan rekan kerjanya.
Pandemi COVID-19 membuat Gian dan teman-teman menjadi sangat sibuk agar tidak jatuh korban lebih banyak.
Keberadaan para tenaga kesehatan tersebut menjadi garda terdepan dalam penanganan virus tersebut saat pasien datang.
Di sisi lain, meski berprofesi sebagai tenaga medis, salah satu risiko terbesar yang harus dihadapi adalah tertular COVID-19.
Sebab kendati menggunakan APD lengkap saat di zona kuning dan merah di rumah sakit, namun tak menjamin tidak akan tertular dalam kondisi lainnya, terutama ketika ia sedang tidak menggunakan APD lengkap.
"Penularan juga dapat terjadi melalui masyarakat yang berbohong saat melakukan screening. Hal ini tentunya tidak hanya membahayakan diri sendiri namun juga nakes yang bertugas," katanya.
Untuk mengantisipasi hal itu Gian amat ketat bertemu dengan orang lain apalagi dari daerah yang angka COVOD-19 cukup tinggi agar ia tak tertular.
Kemudian saat akan bertugas ia rutin mengonsumsi vitamin guna menjaga daya tahan tubuhnya. Tak hanya itu ia juga senantiasa menjaga asupan nutrisi tubuh dengan mengonsumsi makanan yang jelas dapat meningkatkan imunitas tubuh terutama memberi tenaga saat bekerja.
Ia juga berupaya menjaga suasana hati saat akan bekerja Karena jika mood tidak dalam kondisi bagus, dapat berpengaruh pada imunitas tubuh.
"Saat stress atau tertekan, imun tubuh dapat turun dan itu dapat membuat seseorang rentan dimasuki penyakit dan virus," katanya.
Kendati berat Gian tetap bersemangat menjalani tugas dan terus semangat mengedukasi masyarakat agar lebih peduli pada kesehatan dengan diri sendiri dan orang lain yang dengan menerapkan protokol kesehatan yaitu cara menjaga jarak, menggunakan masker dan mencuci tangan dengan sabun agar terhindar dari COVID-19.
Ia pun merasa senang dan bahagia bisa menolong banyak pasien, mendapat berbagai ilmu baru mengenai kesehatan, serta meningkatkan kekompakan antar tim dengan saling menyemangati dan memberi motivasi.
Rujukan
Sebagai rumah sakit rujukan COVID-19, Semen Padang Hospital (SPH) yang merupakan rumah sakit milik PT Semen Padang, berupaya meningkatkan kapasitas layanan untuk pasien di tengah pandemi.
Salah satu dari peningkatan layanan dari rumah sakit yang berada di bawah naungan Yayasan Semen Padang itu, adalah penambahan 23 tempat tidur untuk pasien COVID-19 sejak Oktober 2020.
Sekretaris Yayasan Semen Padang, Eko Bagus Priyuantoro memiliki 95 tempat tidur untuk menangani COVID-19 dengan rincian, 85 tempat tidur untuk rawatan dan 10 untuk ICU. Semua tempat tidur itu berada di kamar perawatan lantai 4 dan 5 SPH.
Penambahan 23 tempat tidur untuk pasien COVID-19 itu dilakukan karena jumlah pasien positif di Sumbar, khususnya Kota Padang, mengalami peningkatan, sementara kapasitas SPH yang ada saat ini yakni 65 tempat tidur untuk rawatan dan 7 untuk tempat tidur ICU untuk pasien positif COVID-19 sudah terutilitasi maksimal semenjak peningkatan kasus beberapa waktu yang lalu.
Eko juga menuturkan SPH merupakan salah satu rumah sakit di Kota Padang yang ditunjuk oleh Gubernur Sumbar sebagai rumah sakit rujukan pasien COVID-19.
Seiring dari penunjukan itu, SPH kemudian menyulap ruang perawatan di lantai 4 dan 5 untuk menampung pasien positif.
Ruang perawatan itu juga dilengkapi dengan Exhaust Fan Hepafilter yang kegunaannya, untuk mensirkulasikan dan memfilter udara dari dalam ruangan sebelum dibuang ke luar. SPH juga menerapkan protokol kesehatan untuk setiap pasien berbagai penyakit maupun pengunjung rumah sakit.
Untuk keluarga pasien, protokol kesehatannya berupa skrining, memakai hand sanitizer, cek suhu, dan diberikan stiker skrining. Kemudian bagi pasien setelah diskrining dan ditemukan adanya gejala penyakit, maka diarahkan ke UGD untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Bagi tim medis, khususnya yang menangani pasien COVID-19, protokol kesehatannya lebih ketat lagi dan protokol tersebut dibagi tiga zona. Untuk zona 1 yang merupakan zona hijau, tim medis, termasuk petugas kebersihan SPH, bisa bebas tanpa menggunakan APD lengkap, namun wajib pakai masker.
"Zona 1 ini adalah tempat untuk memakai APD lengkap, berupa masker N95, Handscoen, sepatu boot (karet) dan kaca mata google," katanya. Kemudian zona 2 adalah ruangan anteroom (ruang antara). Perawat atau dokter, maupun petugas kebersihan yang masuk ke zona 2 ini, wajib menggunakan APD lengkap.
Sedangkan zona 3, adalah tempat pasien COVID-19 dirawat. Setelah dari zona 3, tim medis maupun petugas kebersihan yang keluar dari zona 3, harus melalui ruangan chamber desinfektan dan melepas APD. "Ruangan ini adalah tempat untuk melepas APD," ujarnya.
Petugas sebelum melepaskan APD membersihkan diri dengan cairan disinfektan di dalam bilik, kemudian melepas APD dan ditaruh pada tempat yang sudah disediakan. Selanjutnya, tim medis maupun petugas kebersihan wajib untuk mandi di kamar mandi pada zona 2 yang telah disediakan.
"Sebelum meninggalkan rumah sakit, petugas yang sebelumnya masuk ke zona 3, juga wajib kembali mandi di kamar mandi di zona hijau," ujarnya.
Sejak ditetapkannya Semen Padang Hospital sebagai salah satu rumah sakit yang menampung pasien COVID-19 pada April 2020, para tenaga medis berjuang tak hanya menyembuhkan pasien, namun juga bertarung agar mereka tetap selamat dan sehat menjalani tugas dan tidak ikut tertular.
Dari balik baju hazmat yang panas dan sesak, dedikasi mereka layak diapresiasi karena dalam jangka waktu minimal lima jam harus menahan diri untuk tidak buang air kecil, makan dan minum hingga beribadah.
Tak sebatas itu para tenaga medis merupakan garda depan yang juga rawan tertular yang berujung pada kematian apalagi jika bertemu dengan pasien yang tidak jujur memberikan keterangan.
Belum lagi pandangan dan penerimaan di masyarakat yang masih belum sepenuhnya siap menerima sehingga tak jarang mereka mendapatkan pengucilan.
Siang itu Gian Divel Yevosriera salah seorang perawat di Semen Padang Hospital siap memulai aktivitas rutinnya di IGD.
Rutinitasnya menjadi lebih padat dibandingkan sebelum COVID-19 dan yang pertama kali harus dilakukan adalah memasang Alat Perlindungan Diri mulai dari hazmat, masker, sarung tangan, face shield hingga sepatu khusus.
"Selama pakai APD kami yang bertugas harus siap untuk menahan panas baju APD yang berlapis, menahan haus, lapar hingga menahan keinginan untuk ke toilet," ujarnya.
Sebab APD yang dipakai tak bisa dilepas pasang, begitu selesai harus segera dibuang sehingga harus bertahan minimal lima jam.
Untuk mengatasi berbagai keinginan seperti haus, lapar, ingin ke toilet ataupun beribadah, ia dan petugas medis lainnya biasanya melakukan semua kegiatan itu sebelum memakan APD lengkap.
Jika memang tidak sanggup untuk menggunakannya lebih lama, maka ia meminta gantian dengan rekan kerjanya.
Pandemi COVID-19 membuat Gian dan teman-teman menjadi sangat sibuk agar tidak jatuh korban lebih banyak.
Keberadaan para tenaga kesehatan tersebut menjadi garda terdepan dalam penanganan virus tersebut saat pasien datang.
Di sisi lain, meski berprofesi sebagai tenaga medis, salah satu risiko terbesar yang harus dihadapi adalah tertular COVID-19.
Sebab kendati menggunakan APD lengkap saat di zona kuning dan merah di rumah sakit, namun tak menjamin tidak akan tertular dalam kondisi lainnya, terutama ketika ia sedang tidak menggunakan APD lengkap.
"Penularan juga dapat terjadi melalui masyarakat yang berbohong saat melakukan screening. Hal ini tentunya tidak hanya membahayakan diri sendiri namun juga nakes yang bertugas," katanya.
Untuk mengantisipasi hal itu Gian amat ketat bertemu dengan orang lain apalagi dari daerah yang angka COVOD-19 cukup tinggi agar ia tak tertular.
Kemudian saat akan bertugas ia rutin mengonsumsi vitamin guna menjaga daya tahan tubuhnya. Tak hanya itu ia juga senantiasa menjaga asupan nutrisi tubuh dengan mengonsumsi makanan yang jelas dapat meningkatkan imunitas tubuh terutama memberi tenaga saat bekerja.
Ia juga berupaya menjaga suasana hati saat akan bekerja Karena jika mood tidak dalam kondisi bagus, dapat berpengaruh pada imunitas tubuh.
"Saat stress atau tertekan, imun tubuh dapat turun dan itu dapat membuat seseorang rentan dimasuki penyakit dan virus," katanya.
Kendati berat Gian tetap bersemangat menjalani tugas dan terus semangat mengedukasi masyarakat agar lebih peduli pada kesehatan dengan diri sendiri dan orang lain yang dengan menerapkan protokol kesehatan yaitu cara menjaga jarak, menggunakan masker dan mencuci tangan dengan sabun agar terhindar dari COVID-19.
Ia pun merasa senang dan bahagia bisa menolong banyak pasien, mendapat berbagai ilmu baru mengenai kesehatan, serta meningkatkan kekompakan antar tim dengan saling menyemangati dan memberi motivasi.
Rujukan
Sebagai rumah sakit rujukan COVID-19, Semen Padang Hospital (SPH) yang merupakan rumah sakit milik PT Semen Padang, berupaya meningkatkan kapasitas layanan untuk pasien di tengah pandemi.
Salah satu dari peningkatan layanan dari rumah sakit yang berada di bawah naungan Yayasan Semen Padang itu, adalah penambahan 23 tempat tidur untuk pasien COVID-19 sejak Oktober 2020.
Sekretaris Yayasan Semen Padang, Eko Bagus Priyuantoro memiliki 95 tempat tidur untuk menangani COVID-19 dengan rincian, 85 tempat tidur untuk rawatan dan 10 untuk ICU. Semua tempat tidur itu berada di kamar perawatan lantai 4 dan 5 SPH.
Penambahan 23 tempat tidur untuk pasien COVID-19 itu dilakukan karena jumlah pasien positif di Sumbar, khususnya Kota Padang, mengalami peningkatan, sementara kapasitas SPH yang ada saat ini yakni 65 tempat tidur untuk rawatan dan 7 untuk tempat tidur ICU untuk pasien positif COVID-19 sudah terutilitasi maksimal semenjak peningkatan kasus beberapa waktu yang lalu.
Eko juga menuturkan SPH merupakan salah satu rumah sakit di Kota Padang yang ditunjuk oleh Gubernur Sumbar sebagai rumah sakit rujukan pasien COVID-19.
Seiring dari penunjukan itu, SPH kemudian menyulap ruang perawatan di lantai 4 dan 5 untuk menampung pasien positif.
Ruang perawatan itu juga dilengkapi dengan Exhaust Fan Hepafilter yang kegunaannya, untuk mensirkulasikan dan memfilter udara dari dalam ruangan sebelum dibuang ke luar. SPH juga menerapkan protokol kesehatan untuk setiap pasien berbagai penyakit maupun pengunjung rumah sakit.
Untuk keluarga pasien, protokol kesehatannya berupa skrining, memakai hand sanitizer, cek suhu, dan diberikan stiker skrining. Kemudian bagi pasien setelah diskrining dan ditemukan adanya gejala penyakit, maka diarahkan ke UGD untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Bagi tim medis, khususnya yang menangani pasien COVID-19, protokol kesehatannya lebih ketat lagi dan protokol tersebut dibagi tiga zona. Untuk zona 1 yang merupakan zona hijau, tim medis, termasuk petugas kebersihan SPH, bisa bebas tanpa menggunakan APD lengkap, namun wajib pakai masker.
"Zona 1 ini adalah tempat untuk memakai APD lengkap, berupa masker N95, Handscoen, sepatu boot (karet) dan kaca mata google," katanya. Kemudian zona 2 adalah ruangan anteroom (ruang antara). Perawat atau dokter, maupun petugas kebersihan yang masuk ke zona 2 ini, wajib menggunakan APD lengkap.
Sedangkan zona 3, adalah tempat pasien COVID-19 dirawat. Setelah dari zona 3, tim medis maupun petugas kebersihan yang keluar dari zona 3, harus melalui ruangan chamber desinfektan dan melepas APD. "Ruangan ini adalah tempat untuk melepas APD," ujarnya.
Petugas sebelum melepaskan APD membersihkan diri dengan cairan disinfektan di dalam bilik, kemudian melepas APD dan ditaruh pada tempat yang sudah disediakan. Selanjutnya, tim medis maupun petugas kebersihan wajib untuk mandi di kamar mandi pada zona 2 yang telah disediakan.
"Sebelum meninggalkan rumah sakit, petugas yang sebelumnya masuk ke zona 3, juga wajib kembali mandi di kamar mandi di zona hijau," ujarnya.