Padang (ANTARA) - Malam itu Angin sesekali menerbangkan kain terpal di atap rumah. Daun-daun pakis kering berjatuhan di Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Yodi Saputra bersama istri dan dua anaknya belum tertidur meskipun waktu sudah dini hari, Selasa, sekitar pukul 00.30 WIB. Udara makin dingin menusuk kulit. Suhunya mencapai 15 derajat celcius.
Rumah Yodi yang hanya semi permanen itu tidak sanggup menahan dinginnya udara di Jorong Lurah Ingu, Nagari Simpang Tanjung Nan Ampek, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Dari dalam rumah, Yodi menyelimuti tubuhnya dengan sarung, kemudian didengarnya suara plastik mulsa untuk ladangnya seperti diinjak sesuatu. Ia memastikan dengan mengintip dari celah papan dinding.
Ternyata, tepat di depan pintu rumahnya itu ada "Inyiak", atau harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) sedang mengendus-endus sesuatu.
"Saya melihat harimau itu di depan pintu, besar, duduk lama di sana, badan saya langsung gemetaran, takut, " kata Yodi.
Setelah itu, harimau berpindah ke bagian belakang rumah Yodi, cakarnya masuk ke dalam celah-celah papan.
Jarak Yodi dan harimau sumatera hanya sejengkal dipisahkan selembar papan. Ia mengira, "raja hutan" itu akan memanjat dinding dan masuk ke rumah, karena terdapat celah besar di atap rumahnya.
Yodi pun langsung berteriak agar terdengar oleh tetangga sekitar. Ia memanggil warga bahwa ada babi besar mau masuk ke rumah, karena jika disebut harimau, mereka tidak mau menolong.
Warga yang mendengar minta tolong Yodi, juga mengaku melihat harimau itu sedang berusaha menangkap ayam dengan kedua kaki depannya.
Paginya, empat ekor anjing warga serta satu ekor itik mati dimakan harimau.
Warga Solok Yodi memperlihatkan rumahnya bekas cakaran harimau sumatera (Antara/Iggoy El Fitra)
Di ladang markisa
Warga kampung sebelah, yakni di Jorong Rawang Gadang, Nagari Simpang Tanjung Nan Ampek Buncah. Mereka mendapati seekor harimau sumatera melintas di jalan alternatif perlintasan Solok - Pesisir Selatan.
Harimau itu tidak terlihat takut saat berpapasan dengan mobil, bahkan berjalan dengan tenang, kata seorang warga, Syahrial (30).
"Harimau ini mulai terlihat pada hari Ahad, 29 November 2020, ada yang merekam dari dalam mobil dan videonya viral," ujar Syahrial.
Info tersebut beredar hingga ke pelosok kampung yang katanya tidak pernah melihat seekor harimau pun selama 20 tahun terakhir.
Syahrial mengatakan sudah sejak zaman kakeknya ia tidak pernah melihat harimau di kampung itu.
"Meskipun harimau ada di hutan sana, tapi tidak sampai ke kampung ini apalagi sampai menampakkan diri," ujarnya.
Harimau sumatera yang terlihat di Jorong Rawang Gadang memang tidak menyerang manusia, namun justru terlihat tidak takut bertemu warga.
Pada Kamis, 3 Desember 2020, sejumlah petani berlari keluar ladang karena mereka melihat seekor harimau berada di ladang markisa.
Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat dan tim dokter dari Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PR-HSD) Arsari yang sudah berada di kampung itu langsung menuju ladang markisa.
Mereka menyiapkan tembakan bius, meriam dan senapan untuk menghalau harimau agar bisa kembali ke hutan.
Anehnya, harimau itu bergeming. Petugas mengejar keberadaan harimau hingga ke semak belukar pohon pakis.
Di lokasi itu, warga menemukan sebuah sepatu boots yang cabik dimakan harimau.
Selanjutnya, dari jarak sekitar 10 meter, petugas bersama warga melihat keberadaan harimau di balik semak. Matanya terlihat tajam menatap rombongan itu.
Seorang dokter hewan kemudian menembakkan bius yang mengarah tepat ke tengkuk "Si Raja Hutan" itu, yang membuatnya langsung lari menghilang dari pandangan.
Setelah tembakan bius yang ternyata gagal, harimau itu tidak terlihat lagi dan petugas serta warga pun menjauh dari ladang markisa.
Menjelang senja, harimau itu kembali terlihat dari rumah warga, yakni sekitar 100 meter di ladang markisa. Ia berjalan gontai ke arah pemukiman seperti kelaparan, kemudian kembali masuk ke semak-semak hingga menghilang.
Ekonomi lumpuh
Seorang warga Jorong Rawang Gadang, Nurlimawati (35), mengaku sudah lama tidak pergi ke ladangnya karena takut bertemu dengan harimau.
"Kami punya ladang bawang merah, harus disemprot dua hari sekali. Kalau tidak, hancur bawangnya rugi kita," kata Nurlimawati.
Sebagian besar warga di kampung itu merupakan petani yang memiliki ladang bawang, tomat dan cabai.
Warga Jorong Lurah Ingu, Dodi (28) mengaku sudah empat hari tidak berani ke ladang.
"Kami pergi ke ladang di sini jauh, bisa satu jam dari rumah, karena harimau ini ladang kami terbengkalai," katanya.
Oleh karena itu, ia mewakili masyarakat meminta agar petugas segera menangkap harimau sumatera yang meneror kampungnya hingga memangsa ternak.
"Kalau petugas tidak bisa, biarlah cara kami yang dipakai. Memang kami tahu harimau ini dilindungi, tapi kalau setiap hari seperti ini mau makan apa kami?" ujar Dodi.
Ia berkata demikian, karena harimau lapar sudah memakan banyak anjing dan hewan ternak. Anak-anak pun terancam.
Camat Danau Kembar Eka Putra mengatakan masuknya harimau ke daerah itu berdampak ke 70 persen warga Nagari Simpang Tanjung Nan Ampek yang mata pencaharian masyarakat sebagian besar berladang.
"Kita berharap ini kejadian ini segera diatasi karena sangat berdampak ke ekonomi masyarakat," katanya.
Dilepasliarkan
Nagari Simpang Tanjung Nan Ampek, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok, berbatasan langsung dengan suaka margasatwa Tarusan Arau Hilir di bagian utara, dan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di bagian selatan.
Sehari sebelum harimau sumatera terlihat di jalan, warga menyaksikan sejumlah kendaraan khusus gardan ganda masuk ke kawasan hutan tropis itu melewati kampung mereka.
Mereka menduga bahwa tim BKSDA yang melepaskan harimau di hutan itu sehingga kembali ke permukiman.
Pengendali Ekosistem Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat Rully Permana menjelaskan pihaknya memang merilis atau melepasliarkan dua ekor harimau di hutan itu pada 27 November 2020.
"Awalnya ada dugaan bahwa harimau yang masuk ke permukiman ini adalah harimau yang kita rilis, setelah ditangkap dan dicocokan ternyata benar," kata Rully.
Seekor harimau sumatera yang terlihat di ladang markisa itu, masuk perangkap pada Ahad, 6 Desember 2020.
Harimau itu berjenis kelamin betina dan bernama Putri Singgulung.
Rully menjelaskan pihaknya melepaskan dua harimau, yakni Putra Singgulung dan Putri Singgulung di kawasan hutan Suaka Margasatwa Tarusan Arau Hilir, sejauh 7 kilometer dari permukiman.
Menurutnya, lokasi itu sudah memenuhi syarat sebagai lokasi pelepasliaran harimau sumatera.
Awalnya, kata Rully, pelepasliaran akan dilakukan di Suaka Margasatwa Bukit Barisan, tidak jauh dari lokasi ditangkapnya dua harimau itu.
"Tapi, ternyata di lokasi itu, berdasarkan pantauan ada harimau jantan dewasa, maka kita pindahkan ke Suaka Margasatwa Tarusan Arau Hilir," ujarnya.
Sedangkan harimau sumatera lain yang memakan ternak di Jorong Lurah Ingu, kata Rully, kemungkinan individu baru berasal dari hutan TNKS, bukan Putra Singgulung.
Dokter hewan dan Manajer Operasional Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya (PR-HSD) Arsari Kartika Amarilis, menyatakan memang benar harimau sumatera yang ditangkap adalah Putri Singgulung.
Kedua Harimau Sumatera bersaudara itu sebelumnya telah dititiprawatkan selama kurang lebih lima bulan di PR-HSD Arsari yang dikelola oleh Yayasan Arsari Djojohadikusumo kerjasama dengan BKSDA Sumatera Barat.
Putri Singgulung mulai direhabilitasi sejak 14 Juni 2020 dan Putra Singgulung sejak 29 Juni 2020.
"Setelah diidentifikasi ternyata memang benar, itu harimau yang dilepasliarkan, sudah dicocokkan melalui belangnya," kata Kartika.
Mengenai kenapa Putri Singgulung tidak takut dengan manusia sebelum ditangkap, Kartika mengatakan hal itu karena perubahan sifat.
"Sifatnya berbeda, saat direhabilitasi dengan di hutan. Perubahan sifat seperti itu kita tidak bisa prediksi karena harimau itu berada di alam tidak disekat dengan kandang," ucapnya.
Sementara itu, individu harimau sumatera di Jorong Lurah Ingu, kata Kartika, belum bisa dipastikan bahwa itu Putra Singgulung.
"Ada kemungkinan harimau itu satwa dari TNKS," ujarnya.
Meskipun Putri Singgulung sudah ditangkap di Jorong Rawang Gadang, masih ada harimau lain yang belum masuk perangkap di Jorong Lurah Ingu.
Petugas BKSDA menambah sejumlah perangkap di kampung itu, dan sudah mengganti umpannya, dari ayam, anjing, dan kambing.
Suasana masih mencekam. Orang-orang belum berani keluar malam. Udara hutan tropis semakin dingin menghujam.*
Yodi Saputra bersama istri dan dua anaknya belum tertidur meskipun waktu sudah dini hari, Selasa, sekitar pukul 00.30 WIB. Udara makin dingin menusuk kulit. Suhunya mencapai 15 derajat celcius.
Rumah Yodi yang hanya semi permanen itu tidak sanggup menahan dinginnya udara di Jorong Lurah Ingu, Nagari Simpang Tanjung Nan Ampek, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Dari dalam rumah, Yodi menyelimuti tubuhnya dengan sarung, kemudian didengarnya suara plastik mulsa untuk ladangnya seperti diinjak sesuatu. Ia memastikan dengan mengintip dari celah papan dinding.
Ternyata, tepat di depan pintu rumahnya itu ada "Inyiak", atau harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) sedang mengendus-endus sesuatu.
"Saya melihat harimau itu di depan pintu, besar, duduk lama di sana, badan saya langsung gemetaran, takut, " kata Yodi.
Setelah itu, harimau berpindah ke bagian belakang rumah Yodi, cakarnya masuk ke dalam celah-celah papan.
Jarak Yodi dan harimau sumatera hanya sejengkal dipisahkan selembar papan. Ia mengira, "raja hutan" itu akan memanjat dinding dan masuk ke rumah, karena terdapat celah besar di atap rumahnya.
Yodi pun langsung berteriak agar terdengar oleh tetangga sekitar. Ia memanggil warga bahwa ada babi besar mau masuk ke rumah, karena jika disebut harimau, mereka tidak mau menolong.
Warga yang mendengar minta tolong Yodi, juga mengaku melihat harimau itu sedang berusaha menangkap ayam dengan kedua kaki depannya.
Paginya, empat ekor anjing warga serta satu ekor itik mati dimakan harimau.
Di ladang markisa
Warga kampung sebelah, yakni di Jorong Rawang Gadang, Nagari Simpang Tanjung Nan Ampek Buncah. Mereka mendapati seekor harimau sumatera melintas di jalan alternatif perlintasan Solok - Pesisir Selatan.
Harimau itu tidak terlihat takut saat berpapasan dengan mobil, bahkan berjalan dengan tenang, kata seorang warga, Syahrial (30).
"Harimau ini mulai terlihat pada hari Ahad, 29 November 2020, ada yang merekam dari dalam mobil dan videonya viral," ujar Syahrial.
Info tersebut beredar hingga ke pelosok kampung yang katanya tidak pernah melihat seekor harimau pun selama 20 tahun terakhir.
Syahrial mengatakan sudah sejak zaman kakeknya ia tidak pernah melihat harimau di kampung itu.
"Meskipun harimau ada di hutan sana, tapi tidak sampai ke kampung ini apalagi sampai menampakkan diri," ujarnya.
Harimau sumatera yang terlihat di Jorong Rawang Gadang memang tidak menyerang manusia, namun justru terlihat tidak takut bertemu warga.
Pada Kamis, 3 Desember 2020, sejumlah petani berlari keluar ladang karena mereka melihat seekor harimau berada di ladang markisa.
Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat dan tim dokter dari Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PR-HSD) Arsari yang sudah berada di kampung itu langsung menuju ladang markisa.
Mereka menyiapkan tembakan bius, meriam dan senapan untuk menghalau harimau agar bisa kembali ke hutan.
Anehnya, harimau itu bergeming. Petugas mengejar keberadaan harimau hingga ke semak belukar pohon pakis.
Di lokasi itu, warga menemukan sebuah sepatu boots yang cabik dimakan harimau.
Selanjutnya, dari jarak sekitar 10 meter, petugas bersama warga melihat keberadaan harimau di balik semak. Matanya terlihat tajam menatap rombongan itu.
Seorang dokter hewan kemudian menembakkan bius yang mengarah tepat ke tengkuk "Si Raja Hutan" itu, yang membuatnya langsung lari menghilang dari pandangan.
Setelah tembakan bius yang ternyata gagal, harimau itu tidak terlihat lagi dan petugas serta warga pun menjauh dari ladang markisa.
Menjelang senja, harimau itu kembali terlihat dari rumah warga, yakni sekitar 100 meter di ladang markisa. Ia berjalan gontai ke arah pemukiman seperti kelaparan, kemudian kembali masuk ke semak-semak hingga menghilang.
Ekonomi lumpuh
Seorang warga Jorong Rawang Gadang, Nurlimawati (35), mengaku sudah lama tidak pergi ke ladangnya karena takut bertemu dengan harimau.
"Kami punya ladang bawang merah, harus disemprot dua hari sekali. Kalau tidak, hancur bawangnya rugi kita," kata Nurlimawati.
Sebagian besar warga di kampung itu merupakan petani yang memiliki ladang bawang, tomat dan cabai.
Warga Jorong Lurah Ingu, Dodi (28) mengaku sudah empat hari tidak berani ke ladang.
"Kami pergi ke ladang di sini jauh, bisa satu jam dari rumah, karena harimau ini ladang kami terbengkalai," katanya.
Oleh karena itu, ia mewakili masyarakat meminta agar petugas segera menangkap harimau sumatera yang meneror kampungnya hingga memangsa ternak.
"Kalau petugas tidak bisa, biarlah cara kami yang dipakai. Memang kami tahu harimau ini dilindungi, tapi kalau setiap hari seperti ini mau makan apa kami?" ujar Dodi.
Ia berkata demikian, karena harimau lapar sudah memakan banyak anjing dan hewan ternak. Anak-anak pun terancam.
Camat Danau Kembar Eka Putra mengatakan masuknya harimau ke daerah itu berdampak ke 70 persen warga Nagari Simpang Tanjung Nan Ampek yang mata pencaharian masyarakat sebagian besar berladang.
"Kita berharap ini kejadian ini segera diatasi karena sangat berdampak ke ekonomi masyarakat," katanya.
Dilepasliarkan
Nagari Simpang Tanjung Nan Ampek, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok, berbatasan langsung dengan suaka margasatwa Tarusan Arau Hilir di bagian utara, dan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di bagian selatan.
Sehari sebelum harimau sumatera terlihat di jalan, warga menyaksikan sejumlah kendaraan khusus gardan ganda masuk ke kawasan hutan tropis itu melewati kampung mereka.
Mereka menduga bahwa tim BKSDA yang melepaskan harimau di hutan itu sehingga kembali ke permukiman.
Pengendali Ekosistem Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat Rully Permana menjelaskan pihaknya memang merilis atau melepasliarkan dua ekor harimau di hutan itu pada 27 November 2020.
"Awalnya ada dugaan bahwa harimau yang masuk ke permukiman ini adalah harimau yang kita rilis, setelah ditangkap dan dicocokan ternyata benar," kata Rully.
Seekor harimau sumatera yang terlihat di ladang markisa itu, masuk perangkap pada Ahad, 6 Desember 2020.
Harimau itu berjenis kelamin betina dan bernama Putri Singgulung.
Rully menjelaskan pihaknya melepaskan dua harimau, yakni Putra Singgulung dan Putri Singgulung di kawasan hutan Suaka Margasatwa Tarusan Arau Hilir, sejauh 7 kilometer dari permukiman.
Menurutnya, lokasi itu sudah memenuhi syarat sebagai lokasi pelepasliaran harimau sumatera.
Awalnya, kata Rully, pelepasliaran akan dilakukan di Suaka Margasatwa Bukit Barisan, tidak jauh dari lokasi ditangkapnya dua harimau itu.
"Tapi, ternyata di lokasi itu, berdasarkan pantauan ada harimau jantan dewasa, maka kita pindahkan ke Suaka Margasatwa Tarusan Arau Hilir," ujarnya.
Sedangkan harimau sumatera lain yang memakan ternak di Jorong Lurah Ingu, kata Rully, kemungkinan individu baru berasal dari hutan TNKS, bukan Putra Singgulung.
Dokter hewan dan Manajer Operasional Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya (PR-HSD) Arsari Kartika Amarilis, menyatakan memang benar harimau sumatera yang ditangkap adalah Putri Singgulung.
Kedua Harimau Sumatera bersaudara itu sebelumnya telah dititiprawatkan selama kurang lebih lima bulan di PR-HSD Arsari yang dikelola oleh Yayasan Arsari Djojohadikusumo kerjasama dengan BKSDA Sumatera Barat.
Putri Singgulung mulai direhabilitasi sejak 14 Juni 2020 dan Putra Singgulung sejak 29 Juni 2020.
"Setelah diidentifikasi ternyata memang benar, itu harimau yang dilepasliarkan, sudah dicocokkan melalui belangnya," kata Kartika.
Mengenai kenapa Putri Singgulung tidak takut dengan manusia sebelum ditangkap, Kartika mengatakan hal itu karena perubahan sifat.
"Sifatnya berbeda, saat direhabilitasi dengan di hutan. Perubahan sifat seperti itu kita tidak bisa prediksi karena harimau itu berada di alam tidak disekat dengan kandang," ucapnya.
Sementara itu, individu harimau sumatera di Jorong Lurah Ingu, kata Kartika, belum bisa dipastikan bahwa itu Putra Singgulung.
"Ada kemungkinan harimau itu satwa dari TNKS," ujarnya.
Meskipun Putri Singgulung sudah ditangkap di Jorong Rawang Gadang, masih ada harimau lain yang belum masuk perangkap di Jorong Lurah Ingu.
Petugas BKSDA menambah sejumlah perangkap di kampung itu, dan sudah mengganti umpannya, dari ayam, anjing, dan kambing.
Suasana masih mencekam. Orang-orang belum berani keluar malam. Udara hutan tropis semakin dingin menghujam.*