Painan (ANTARA) - Sekitar satu jam ketika akan memasuki waktu shalat Dzuhur matahari semakin terik, namun semangat puluhan pemuda Nagari Lakitan Tengah, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat tak juga surut saat memperbaiki jalan menuju objek wisata alam Air Terjun Palano.
Mereka begitu energik, sekitar dua sampai tiga orang terlihat memasukan batu seukuran kepalan tangan orang dewasa ke dalam gerobak dorong, dan setelah penuh pemuda 30 tahunan pun langsung mendorongnya ke titik badan jalan yang akan diperbaiki.
Sebagian dari mereka terlihat memanfaatkan karung yang lengkap dengan dua buah kayu pada kedua sisinya, kayu tersebut merupakan pegangan untuk mempermudah pengangkutan setelah terisi batu.
Sementara pemuda lainnya terlihat antusias memindahkan batu secara estafet, gelak tawa tak bisa disembunyikan ketika diantara mereka tidak mampu menangkap batu yang dilempar.
"Kegiatan tersebut merupakan kerja bakti pemuda Nagari Lakitan Tengah untuk memperbaiki jalan yang rusak akibat terkikis luapan air," kata Wali Nagari Lakitan Tengah, Irwandi.
Air Terjun Palano merupakan objek wisata alam di nagari setempat yang mulai menggeliat meski Pesisir Selatan dan Indonesia secara umum dilanda pandemi COVID-19.
Selain peran masyarakat, intervensi dari Dinas Kehutanan Sumatera Barat juga menentukan arah pengembangan wisata alam yang yang dimaksud, karena lokasinya berada di dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas.
Dalam prosesnya antara nagari melalui kelembagaan yang ditunjuk menjalin kemitraan dengan Dinas Kehutanan Sumatera Barat sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Perhutanan Sosial.
Pembangunan wahana Sepeda Gantung dan "waterfall climbing".
Sebagai bentuk komitmen dalam membangun dan mengembangkan objek wisata alam Air Terjun Palano tahun ini Dinas Kehutanan Sumatera Barat membangun dua unit wahana wisata di lokasi yakni Sepeda Gantung dan "waterfall climbing".
"Kami menargetkan pertengahan Desember 2020 pembangunan wahana tuntas, dan segera beroperasi," kata pejabat Dinas Kehutanan Sumatera Barat, Madrianto.
Ia menyebut pembangunan wahana didukung dengan Dana Insentif Daerah (DID) 2020 sebesar lebih kurang Rp180 juta.
Setelah wahana beroperasi pihaknya yakin kunjungan akan meningkat signifikan, sehingga mampu memperkuat pundi-pundi pendapatan nagari melalui pungutan retribusi.
Selanjutnya juga akan menumbuhkembangkan berbagai usaha yang dirintis secara swadaya oleh masyarakat setempat, seperti usaha kuliner, berbagai usaha sewa dan lainnya.
Dengan adanya wahana wisata, pihaknya memprediksi kedatangan wisatawan per minggu paling sedikit mencapai 300 orang, dan jika di total selama sebulan tentu jumlahnya 1.200 orang.
Masing-masing wisatawan mesti membayar karcis masuk Rp5.000 yang di dalamnya sudah termasuk asuransi, maka pendapatan dari penjualan karcis mencapai Rp6 juta.
Jika 480 wisatawan atau 40 persen dari total kunjungan per bulan menjajal sepeda gantung atau "waterfall climbing" maka pendapatan akan semakin bertambah.
"Jika sewa wahana Rp10 ribu untuk sekali menjajalnya, maka per bulan dari kegiatan ini BUMNag akan meraih pendapatan Rp4,8 juta, sehingga jika ditotal seluruh pendapatan per bulan mencapai lebih kurang Rp10,8 juta," ungkapnya.
Anggrek Putih dan Bunga Bangkai di Air Terjun Palano
Tidak hanya dua wahana yang menantang adrenalin yang membuat wisatawan datang ke objek wisata Air Terjun Palano, namun kedatangan mereka juga bisa karena terdapat tanaman eksotis di lokasi yakni Anggrek Putih.
Tanaman Anggrek Putih bisa dengan mudah ditemui di kawasan Air Terjun Palano, dan sesuai rencana kembang cantik tersebut akan dijadikan sebagai ikon kawasan.
Mewujudkannya secara bertahap pengelola akan memperbanyak tanaman dengan berbagai teknik vegetatif.
Selanjutnya ditanam di beberapa lokasi strategis sehingga menjadikan lokasi semakin indah, serta memperbanyaknya di media tanam polybag dan dijadikan sebagai buah tangan bagi wisatawan.
Uji coba "waterfall climbing" di objek wisata alam Air Terjun Palano. (antarasumbar/Didi Someldi Putra)
Sebelumnya pada akhir November 2019 Dinas Kehutanan Sumatera Barat bersama peneliti dan mahasiswa dari Universitas Andalas juga mendeteksi keberadaan tiga batang Bunga Bangkai (amorphophallus titanum) di lokasi.
Hanya saja waktu itu ketiga bunga yang dilindungi tersebut masih dalam tahap fase vegetatif dan selanjutnya secara bertahap masuk fase generatif.
Sesuai dengan fase saat itu, di atas umbi bunga tumbuh batang tunggal yang daunnya menyerupai daun pepaya.
Selanjutnya, setelah batang tunggal dan daun bunga layu, maka umbi yang tersisa di dalam tanah memunculkan bunga yang menggantikan batang dan daun, fase ini dikenal dengan fase generatif.
Setidaknya dibutuhkan waktu lebih kurang empat tahun dari fase saat itu hingga ke mencapai fase generatif, namun dengan catatan batangnya tidak boleh ditebang atau dirusak.
Ulasan keindahan Air Terjun Palano
Objek wisata alam Air Terjun Palano masih terjaga keasriannya, kicauan berbagai jenis burung bisa didengar saban hari di lokasi, dan khusus di pagi hari akan terdengar suara ratusan Siamang yang bersahutan.
Di sana terdapat tujuh titik air terjun dengan keindahan yang beragam, dan pastinya akan membuat siapa saja yang datang betah berlama-lama.
Air terjun pertama diberi nama Air Terjun Palano, di lokasi terdapat air terjun setinggi 40 meter, serta terdapat batu yang menyerupai sadel sepeda yang biasa disebut oleh masyarakat dengan nama "palano".
Air Terjun Palano dinamakan masyarakat sekitar karena mereka familiar menyebutkan sadel sepeda dengan sebutan "palano".
Air terjun kedua diberi nama Air Terjun Sampik, "sampik" berasal dari bahasa lokal yang artinya sempit.
Di sana terdapat air terjun setinggi 15 meter yang jatuh ke lokasi yang agak sempit, jika dibanding lokasi sekitar yang secara keseluruhan melengkung.
Ketiga Air Terjun Sumu-Sumu, nama ini juga berasal dari bahasa lokal yang jika diartikan menjadi Sumur-Sumur.
Sesuai dengan namanya di lokasi terdapat bebatuan seperti sumur yang terisi air, yang tidak kalah indah airnya berasal dari air terjun setinggi satu hingga dua meter.
Keempat Air Terjun Barangin, di lokasi terdapat air terjun setinggi 25 meter, tidak hanya satu namun terdapat dua titik air terjun.
Selanjutnya, Air Terjun Golek-Golek, dilokasi terdapat hamparan bebatuan berdiameter hampir 50 meter dan di lokasi memungkinkan puluhan orang untuk rebahan.
Berikutnya Air Terjun Cik Baruak atau Timbulun Kotoran Beruk, nama tersebut disematkan karena di lokasi terdapat kerikil yang menyerupai kotoran Beruk.
Dan yang terakhir terdapat air terjun setinggi 15 meter, nama lokasi ini diambil dari masyarakat setempat karena pada dekade 80-an yang bersangkutan terjatuh di lokasi ketika pulang dari ladangnya.
Kerja bakti pemuda memperbaiki jalan yang rusak menuju objek wisata alam Air Terjun Palano. (antarasumbar/Didi Someldi Putra)
Mereka begitu energik, sekitar dua sampai tiga orang terlihat memasukan batu seukuran kepalan tangan orang dewasa ke dalam gerobak dorong, dan setelah penuh pemuda 30 tahunan pun langsung mendorongnya ke titik badan jalan yang akan diperbaiki.
Sebagian dari mereka terlihat memanfaatkan karung yang lengkap dengan dua buah kayu pada kedua sisinya, kayu tersebut merupakan pegangan untuk mempermudah pengangkutan setelah terisi batu.
Sementara pemuda lainnya terlihat antusias memindahkan batu secara estafet, gelak tawa tak bisa disembunyikan ketika diantara mereka tidak mampu menangkap batu yang dilempar.
"Kegiatan tersebut merupakan kerja bakti pemuda Nagari Lakitan Tengah untuk memperbaiki jalan yang rusak akibat terkikis luapan air," kata Wali Nagari Lakitan Tengah, Irwandi.
Air Terjun Palano merupakan objek wisata alam di nagari setempat yang mulai menggeliat meski Pesisir Selatan dan Indonesia secara umum dilanda pandemi COVID-19.
Selain peran masyarakat, intervensi dari Dinas Kehutanan Sumatera Barat juga menentukan arah pengembangan wisata alam yang yang dimaksud, karena lokasinya berada di dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas.
Dalam prosesnya antara nagari melalui kelembagaan yang ditunjuk menjalin kemitraan dengan Dinas Kehutanan Sumatera Barat sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Perhutanan Sosial.
Pembangunan wahana Sepeda Gantung dan "waterfall climbing".
Sebagai bentuk komitmen dalam membangun dan mengembangkan objek wisata alam Air Terjun Palano tahun ini Dinas Kehutanan Sumatera Barat membangun dua unit wahana wisata di lokasi yakni Sepeda Gantung dan "waterfall climbing".
"Kami menargetkan pertengahan Desember 2020 pembangunan wahana tuntas, dan segera beroperasi," kata pejabat Dinas Kehutanan Sumatera Barat, Madrianto.
Ia menyebut pembangunan wahana didukung dengan Dana Insentif Daerah (DID) 2020 sebesar lebih kurang Rp180 juta.
Setelah wahana beroperasi pihaknya yakin kunjungan akan meningkat signifikan, sehingga mampu memperkuat pundi-pundi pendapatan nagari melalui pungutan retribusi.
Selanjutnya juga akan menumbuhkembangkan berbagai usaha yang dirintis secara swadaya oleh masyarakat setempat, seperti usaha kuliner, berbagai usaha sewa dan lainnya.
Dengan adanya wahana wisata, pihaknya memprediksi kedatangan wisatawan per minggu paling sedikit mencapai 300 orang, dan jika di total selama sebulan tentu jumlahnya 1.200 orang.
Masing-masing wisatawan mesti membayar karcis masuk Rp5.000 yang di dalamnya sudah termasuk asuransi, maka pendapatan dari penjualan karcis mencapai Rp6 juta.
Jika 480 wisatawan atau 40 persen dari total kunjungan per bulan menjajal sepeda gantung atau "waterfall climbing" maka pendapatan akan semakin bertambah.
"Jika sewa wahana Rp10 ribu untuk sekali menjajalnya, maka per bulan dari kegiatan ini BUMNag akan meraih pendapatan Rp4,8 juta, sehingga jika ditotal seluruh pendapatan per bulan mencapai lebih kurang Rp10,8 juta," ungkapnya.
Anggrek Putih dan Bunga Bangkai di Air Terjun Palano
Tidak hanya dua wahana yang menantang adrenalin yang membuat wisatawan datang ke objek wisata Air Terjun Palano, namun kedatangan mereka juga bisa karena terdapat tanaman eksotis di lokasi yakni Anggrek Putih.
Tanaman Anggrek Putih bisa dengan mudah ditemui di kawasan Air Terjun Palano, dan sesuai rencana kembang cantik tersebut akan dijadikan sebagai ikon kawasan.
Mewujudkannya secara bertahap pengelola akan memperbanyak tanaman dengan berbagai teknik vegetatif.
Selanjutnya ditanam di beberapa lokasi strategis sehingga menjadikan lokasi semakin indah, serta memperbanyaknya di media tanam polybag dan dijadikan sebagai buah tangan bagi wisatawan.
Sebelumnya pada akhir November 2019 Dinas Kehutanan Sumatera Barat bersama peneliti dan mahasiswa dari Universitas Andalas juga mendeteksi keberadaan tiga batang Bunga Bangkai (amorphophallus titanum) di lokasi.
Hanya saja waktu itu ketiga bunga yang dilindungi tersebut masih dalam tahap fase vegetatif dan selanjutnya secara bertahap masuk fase generatif.
Sesuai dengan fase saat itu, di atas umbi bunga tumbuh batang tunggal yang daunnya menyerupai daun pepaya.
Selanjutnya, setelah batang tunggal dan daun bunga layu, maka umbi yang tersisa di dalam tanah memunculkan bunga yang menggantikan batang dan daun, fase ini dikenal dengan fase generatif.
Setidaknya dibutuhkan waktu lebih kurang empat tahun dari fase saat itu hingga ke mencapai fase generatif, namun dengan catatan batangnya tidak boleh ditebang atau dirusak.
Ulasan keindahan Air Terjun Palano
Objek wisata alam Air Terjun Palano masih terjaga keasriannya, kicauan berbagai jenis burung bisa didengar saban hari di lokasi, dan khusus di pagi hari akan terdengar suara ratusan Siamang yang bersahutan.
Di sana terdapat tujuh titik air terjun dengan keindahan yang beragam, dan pastinya akan membuat siapa saja yang datang betah berlama-lama.
Air terjun pertama diberi nama Air Terjun Palano, di lokasi terdapat air terjun setinggi 40 meter, serta terdapat batu yang menyerupai sadel sepeda yang biasa disebut oleh masyarakat dengan nama "palano".
Air Terjun Palano dinamakan masyarakat sekitar karena mereka familiar menyebutkan sadel sepeda dengan sebutan "palano".
Air terjun kedua diberi nama Air Terjun Sampik, "sampik" berasal dari bahasa lokal yang artinya sempit.
Di sana terdapat air terjun setinggi 15 meter yang jatuh ke lokasi yang agak sempit, jika dibanding lokasi sekitar yang secara keseluruhan melengkung.
Ketiga Air Terjun Sumu-Sumu, nama ini juga berasal dari bahasa lokal yang jika diartikan menjadi Sumur-Sumur.
Sesuai dengan namanya di lokasi terdapat bebatuan seperti sumur yang terisi air, yang tidak kalah indah airnya berasal dari air terjun setinggi satu hingga dua meter.
Keempat Air Terjun Barangin, di lokasi terdapat air terjun setinggi 25 meter, tidak hanya satu namun terdapat dua titik air terjun.
Selanjutnya, Air Terjun Golek-Golek, dilokasi terdapat hamparan bebatuan berdiameter hampir 50 meter dan di lokasi memungkinkan puluhan orang untuk rebahan.
Berikutnya Air Terjun Cik Baruak atau Timbulun Kotoran Beruk, nama tersebut disematkan karena di lokasi terdapat kerikil yang menyerupai kotoran Beruk.
Dan yang terakhir terdapat air terjun setinggi 15 meter, nama lokasi ini diambil dari masyarakat setempat karena pada dekade 80-an yang bersangkutan terjatuh di lokasi ketika pulang dari ladangnya.