Padang (ANTARA) - Pakar gempa Universitas Andalas (Unand) Padang, Dr Badrul Mustafa menyampaikan prediksi sejumlah ahli soal potensi gempa dengan magnitudo 8,9  yang akan mengguncang Sumatera Barat bukan berita baru dan sudah lama diperkirakan namun tidak dapat dipastikan kapan akan terjadi.


"Itu berita lama, sejak 2011 sudah mulai diingatkan lagi, bahkan sejak 2005 sebetulnya. Akibat tumbukan lempeng Indo-Australia terhadap Eurasia, di wilayah Indonesia terakumulasi energi yang berpotensi menimbulkan gempa mikro, kecil, sedang sampai kuat dan sangat kuat, kata dia di Padang, Selasa.


Menurutnya potensi ini berasal dari megathrust, yang di Sumbar bersumber dari   dua segmen, yakni segmen Siberut dan Sipora-Pagai. Kedua segmen ini memiliki periode ulang gempa besar setiap 200 tahun.


Akan tetapi ia melihat tetap saja  sebagian orang merasa baru dan menakutkan dan gempa  yang terjadi di Padang pada Selasa pagi tepat  dengan yang disampaikan oleh BPBD Sumbar untuk mengingatkan masyarakat agar tetap waspada.


"Kuncinya  tetap meningkatkan kesiapsiagaan diri dan keluarga untuk menghadapinya, agar  risiko dapat diminimalkan," kata dia.


Ia menjelaskan  di jalur  megathrust Mentawai, potensi gempa besar di segmen Sipora-Pagai sudah keluar dan sudah terjadi periode ulangnya.


Tahun 1833 di segmen ini terjadi gempa sangat kuat berkekuatan 8,9 yg diikuti oleh tsunami. Tapi pada periode ulang yang kemarin potensi gempa kuat ini dicicil menjadi empat kali gempa kuat, yakni 12 September 2007 dengan  kekuatan 8,4,  13 September 2007  pukul  06.55 WIB dengan kekuatan 7,9.


"Kemudian masih 13 September 2007 pukul  11.00 WIB  dengan kekuatan 7,2 dan alhamdulillah ketiga gempa kuat dan sangat kuat ini tidak menimbulkan tsunami karena episentrumnya tidak berada ditempat yang  bisa menimbulkan tsunami," ujarnya.
 

Dan ternyata energi di segmen ini belum habis karena  sisanya keluar  25 Oktober 2010 dengan  kekuatan 7,4  berepisentrum di barat daya Pagai Selatan, dan menimbulkan tsunami.


"Maka, di segmen ini Insya Allah selesai periode ulangnya. Kalau pun terjadi beberapa  kali gempa di segmen ini, tentunya kecil saja sebab energinya sudah habis dan  gempa besar akan terulang lagi 200 tahun mendatang," kata dia.


Akan tetapi, ia mengingatkan  di Mentawai ada satu segmen lagi, yakni segmen Siberut, yang   sejak gempa terakhir pada 1797 belum terjadi gempa besar sehingga perlu diwaspadai.


Ia memastikan potensi gempa di segmen Siberut ini dengan kekuatan di atas 8.5, tidak ada seorang pun yg bisa memprediksi kapan keluar bahkan pakar sekali pun, kata dia.


Badrul memperkirakan sekitar  2.000 tahun sudah bisa keluar sampai 50 tahun ke depan juga bisa. Artinya, kita harus selalu waspada menghadapinya dan itu yang  harus dilakukan sebagai  konsekuensi tinggal di daerah rawan gempa.


Lalu, potensi gempa tersebut juga tidak bisa diprediksi bagaimana cara keluarnya, apakah seperti  di segmen Sipora-Pagai yg dicicil menjadi  empat gempa dengan satu gempa sangat kuat dan tiga gempa kuat.


"Kalau satu gempa utama tunggal, maka kekuatannya bisa diatas 8,5. Kalau empat, maka paling tinggi 8,4 atau 8,3. Kalau dipecah sepuluh, tentu lebih kecil dari itu. Kalau dipecah menjadi sejuta gempa tentu tidak ada yang  merusak. Hanya kecil-kecil saja dan Allah punya kuasa," katanya.


Ia berpesan kita  hanya bisa berikhtiar untuk  mengurangi risiko dengan  melakukan mitigasi, ditambah doa.


Sebelumnya  Selasa, 17 November 2020 pukul 08.44.07 WIB wilayah Kepulauan Mentawai Sumatera Barat diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki parameter awal dengan magnitudo 6,3 yang kemudian dimutakhirkan menjadi 6,0.


Episenter gempa terletak pada koordinat 2,90 LS dan 99,07 BT , atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 112 kilometer  arah Barat Daya Kota Tuapejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat pada kedalaman 13 kilometer.

Baca juga: Prediksi ahli, megathrust Mentawai akan mengakibatkan gempa 8,9 magnitudo





 

Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor : Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2024