Tapsel (ANTARA) - Penjualan bibit ikan jurung di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, merosot drastis karena sepinya permintaan akibat dampak dari pandemi virus corona penyebab penyakit COVID-19.
Anton Marihot Sihombing, salah seorang peternak ikan jurung di Tapanuli Selatan, Selasa, mengatakan, wabah COVID-19 sangat berdampak pada usaha yang ditekuninya tersebut, karena permintaan dari pasar sangat minim dalam beberapa pekan terakhir.
"Biasanya dalam sebulan penjualan dari bibit ikan jurung bisa mencapai Rp30 juta hingga Rp35 juta. Tapi sekarang merosot drastis karena permintaan turut akibat pandemi COVID-19," katanya.
Dia memiliki 23 petak kolam pembibitan ikan yang beralamat di Desa Padang Lancat, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Selain ikan jurung ia juga pembibitan ikan mas, bibit ikan Koi, bibit ikan baung yang jumlahnya sekarang 40 ribu ekor lebih.
"Pakan ikan setiap harinya wajib diberikan. Tambah honor 3 karyawan. Sebulan pengeluaran wajib plus biaya listrik mencapai Rp10 juta," ungkapnya.
Bila order ke Tapanuli Tengah, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara lancar seperti selama ini, pengeluaran Rp10 juta tersebut masih bisa ditutupi.
"Tetapi hilangnya omset Rp30 juta - 35 juta seperti selama ini, untuk beban pengeluaran wajib Rp10 juta terasa cukup berat juga," sebutnya.
Ia juga menceritakan, selama ini dirinya juga kerab menjadi pemateri dalam pelatihan terkait pengembangan ikan air tawar, namun sejak wabah COVID-19, sama sekali tidak adan pelatihan karena dampak dari "social distancing" dalam upaya mencegah penyebaran virus.
"Permintaan pelatihan dari Dinas Perikanan Kabupaten di Sumatera Utara, Riau, USU, SMK Perikanan Angkola Sangkunur, dan Pusat biasanya rutin sekali sebulan. Sekarang stop akibat wabah virus," katanya.
Anton Marihot Sihombing, salah seorang peternak ikan jurung di Tapanuli Selatan, Selasa, mengatakan, wabah COVID-19 sangat berdampak pada usaha yang ditekuninya tersebut, karena permintaan dari pasar sangat minim dalam beberapa pekan terakhir.
"Biasanya dalam sebulan penjualan dari bibit ikan jurung bisa mencapai Rp30 juta hingga Rp35 juta. Tapi sekarang merosot drastis karena permintaan turut akibat pandemi COVID-19," katanya.
Dia memiliki 23 petak kolam pembibitan ikan yang beralamat di Desa Padang Lancat, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Selain ikan jurung ia juga pembibitan ikan mas, bibit ikan Koi, bibit ikan baung yang jumlahnya sekarang 40 ribu ekor lebih.
"Pakan ikan setiap harinya wajib diberikan. Tambah honor 3 karyawan. Sebulan pengeluaran wajib plus biaya listrik mencapai Rp10 juta," ungkapnya.
Bila order ke Tapanuli Tengah, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara lancar seperti selama ini, pengeluaran Rp10 juta tersebut masih bisa ditutupi.
"Tetapi hilangnya omset Rp30 juta - 35 juta seperti selama ini, untuk beban pengeluaran wajib Rp10 juta terasa cukup berat juga," sebutnya.
Ia juga menceritakan, selama ini dirinya juga kerab menjadi pemateri dalam pelatihan terkait pengembangan ikan air tawar, namun sejak wabah COVID-19, sama sekali tidak adan pelatihan karena dampak dari "social distancing" dalam upaya mencegah penyebaran virus.
"Permintaan pelatihan dari Dinas Perikanan Kabupaten di Sumatera Utara, Riau, USU, SMK Perikanan Angkola Sangkunur, dan Pusat biasanya rutin sekali sebulan. Sekarang stop akibat wabah virus," katanya.