Muaro (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Sijunjung mengadakan Rapat Koordinasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), guna percepatan penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir.

Kegiatan tersebut diikuti Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD, Direktur RSUD Sijunjung, Camat, Wali Nagari se-Kabupaten Sijunjung, Kepala Puskesmas, Organisasi Profesi Kesehatan serta undangan lainnya, di Hotel Bukik Gadang Muaro, Kamis.

Dalam sambutannya, Kepala Dinas Kesehatan, Ezwandra menyampaikan P4K ini merupakan salah satu upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir melalui peningkatan akses dan mutu pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pencegahan komplikasi dan keluarga berencana oleh bidan. 

“P4K wajib di fasilitasi oleh bidan dalam rangka meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya komplikasi pada saat hamil, bersalin dan nifas,” jelasnya.

Selain itu, juga termasuk perencanaan menggunakan metode Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan dengan menggunakan stiker P4K, sebagai media pencatatan sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan, dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir, kata Ezwandra.

Pada 2018, ungkap dia, kematian ibu di Kabupaten Sijunjung sebanyak 5 orang dan pada tahun 2019 sebanyak 6 orang. Sedangkan angka kematian bayi pada 2018 sebanyak 70 orang dan pada 2019 sebanyak 55 orang.

"Kesehatan ibu dan anak termasuk ibu hamil adalah tanggung jawab kita semua. Untuk itu, diharapkan kepada semua pihak baik Pemerintah Kabupaten, kecamatan dan nagari mari kita laksanakan seluruh komponen P4K, sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan anak di Ranah Lansek Manih," ajaknya. Pembicara dr. Erly Wirdayani,SPA,M.Biomed menyampaikan materi pada peserta terkait dengan P4K pada rapat koordinasi yang digelar Dinas Kesehatan Sijunjung (Istimewa)
Sementara itu, narasumber rakor tersebut, dr. Erly Wirdayani,SPA,M.Biomed juga mengatakan penyebab kematian ibu terbesar secara berurutan disebabkan karena perdarahan, eklampsia, infeksi, persalinan lama, dan keguguran.

“Penyebab tersebut juga diperberat oleh keadaan 3 terlambat, yakni terlambat dalam pengambilan keputusan, terlambat mencapai tempat rujukan, serta terlambat dalam mendapatkan pertolongan yang tepat di fasilitas kesehatan,” terangnya.

Kondisi inilah yang menjadi salah satu faktor resiko penyebab tidak langsung dari kematian ibu dan bayi baru lahir. Hal ini karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya kesehatan ibu hamil serta faktor-faktor resiko gangguan kehamilan.

Untuk itu, ia berharap agar kader berperan melakukan pendataan ibu hamil, memotivasi ibu hamil, melakukan penyuluhan tanda persalinan dan tanda bahaya, menyiapkan transportasi, biaya dan donor darah, memotivasi KB pasca persalinan dan melakukan rujukan kegawatdaruratan.
 

Pewarta : Dicko
Editor : Siri Antoni
Copyright © ANTARA 2024