Padang (ANTARA) - Sumatera Barat saat ini menjadi salah satu provinsi sentra produksi kerupuk kulit atau terkenal dengan nama "Karupuak Jangek" di Sumatera.

Beberapa daerah penghasil kerupuk yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau tersebut antara lain di Kabupaten Tanah Datar, Agam dan Kota Bukittinggi.

Bahkan setiap daerah memiliki cara dan proses yang berbeda dalam memproduksi kerupuk kulit seperti di Kabupaten Agam yang tidak menyimpan kulit saat sudah dipotong namun langsung diproses, sehingga menghasilkan kerupuk bersih dan renyah.

Dari data Badan Pusat Statistik pada 2011, Produksi usaha kulit di Agam termasuk kerupuk kulit yang merupakan bagian dari unit usaha industri kecil sandang dan kulit memiliki nilai produksi hingga Rp83.664.038.000 untuk usaha formal dan Rp27.330.751.000 untuk usaha non formal.

Sebagian besar dari produksi tersebut berasal dari usaha kerupuk kulit yang tersebar di seluruh Kecamatan di Agam.

Meskipun demikian, sebagian besar produksi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) kerupuk kulit di Agam masih membutuhkan tambahan teknologi yang bertujuan mempercepat proses dan meningkatkan hasil produksi.

Latar belakang inilah yang menjadikan beberapa dosen dari Fakultas Peternakan Universitas Andalas (Unand) melakukan pengabdian masyarakat di Agam untuk membina UKM kerupuk kulit dalam meningkatkan hasilnya salah satunya melalui penggunaan teknologi tepat guna.

Pengabdian masyarakat ini dilakukan kepada salah satu UKM Kerupuk Kulit di Jorong Aro Kandikia, Kanagarian Gadut Agam yang dipimpin oleh Aulia Hendri.

Pengabdian masyarakat yang pendanaannya berasal dari bantuan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi melalui program pengembangan produk unggulan daerah dan didukung LPPM Unand ini dilaksanakan dalam tiga tahap pada rentang 2017-2019.

Tahun pertama dilaksanakan pengenalan alat pengering "solar tunnel dryer" guna membantu proses pengeringan kerupuk kulit dalam keadaan mentah untuk mendapatkan kerupuk kulit yang bersih.

Tahun kedua melakukan perbaikan sanitasi dan higienis dari proses produksi kerupuk kulit dengan dengan renovasi ruang produksi sesuai dengan "lay out" yang baik guna mengefektifkan kerja.

Tahun ketiga pada 2019 ini tim memperkenalkan alat pengaduk kerupuk kulit yang membantu UKM dalam mengefesiensikan tenaga kerja. Mengingat proses pengadukan kerupuk kulit yang mencapai 1,5 jam dengan bantuan alat tersebut, pekerja juga dapat mengerjakan proses lain antara lain pembersihan kulit, mengemas kerupuk hingga pelabelan.

Alasan memilih UKM Aulia Hendri pada pengabdian masyarakat ini yakni potensi yang dapat dihasilkan dari produksi usaha kerupuk kulitnya. 

Sebagai gambaran UKM Aulia Hendri secara sendirian mampu memproduksi 3 lembar kulit per hari, bila pada hari besar seperti lebaran mampu memproduksi 60 lembar kulit per hari dengan pekerja sebanyak 3 sampai 6 orang.

Di samping itu pembinaan ini juga diharapkan menjadi percontohan untuk UKM lain dalam pengembangan kerupuk kulit di Agam dan seterusnya di Sumbar.

Tim ini diketuai oleh Indri Juliyarsi, MP dan beranggotakan yakni Dr. Sri Melia dan Deni Novia, MP. (*) Tim pengabdian masyarakat Peternakan Unand yang terdiri atas tiga orang dosen yakni Indri Juliyarsi, MP, Dr. Sri Melia dan Deni Novia, MP. (ANTARA SUMBAR/ist) * Penulis tim pengabdian masyarakat Peternakan Unand yang terdiri atas tiga orang dosen yakni Indri Juliyarsi, MP, Dr. Sri Melia dan Deni Novia, MP.

Pewarta : *Tim pengabdian masyarakat Peternakan Unand 2019
Editor : Mario Sofia Nasution
Copyright © ANTARA 2024