Padang, (ANTARA) -  Penyajian 10 ribu bakcang ayam dan 10 ribu lamang baluo dalam festival 10 ribu bakcang ayam dan lamang baluo, berhasil mencatatkan Kota Padang sebagai penyaji makanan terbanyak dalam catatan Museum Rekor Indonesia.

Adanya keunikan, jumlah penyajian yang sangat banyak serta kolaborasi antara dua kultur masyarakat yang berbeda yakni masyarakat Minang dan Tionghoa menjadi alasan rekor MURI tersebut diberikan. 

"Rekor MURI ini diberikan atas dasar terpenuhinya kriteria penilaian yakni keunikan dan jumlahnya terbanyak. adanya kolaborasi dari dua kultur yakni Minang dengan lamang baluonya dan Tionghoa dengan bakcangnya sehingga terdapat perpaduan yang unik terlebih disajikan sebanyak 10 ribu" kata Senior Manajer Museum Rekor Indonesia, Awan Rahargo, di Padang, Jumat.

Dia menyebutkan MURI memberikan apresiasi yang teramat tinggi kepada penyelenggara dan Pemko Padang, karena menggelorakan makanan tradisional kebanggaan bangsa.

"Tentu saja MURI mengapresiasi kegiatan hari ini dalam rangka menggelorakan semangat kebanggaan bangsa dan melihat khasanah kuliner tradisional dari Sumatera Barat" katanya.

Rekor serupa pernah tercatat dalam buku rekor MURI  untuk penyajian bakcang terbanyak pada tahun 2010 saat imlek di Kota Semarang. namun sekarang rekor tersebut telah direbut oleh Kota Padang.

"Secara spesifik MURI pernah mencatat rekor penyajian bakcang sebanyak 1.087 kue bakcang tahun 2010 di Kota Semarang saat imlek. namun rekor tersebut sekarang sudah terpecahkan oleh Kota Padang," sambung dia.

Awan menilai, rekor yang diperoleh Kota Padang mungkin tidak hanya terbanyak se-Indonesia saja namun bisa jadi se-Dunia. Karena rekor serupa untuk 10 ribu bakcang ayam dan 10 ribu lamang baluo belum ada.

"Mungkin ini juga yang terbanyak di dunia, karena sepanjang pengamatan kami belum pernah mendengar penyajian 10 ribu bakcang dan 10 ribu lamang baluo" kata dia.

Wali Kota Padang, Mahyeldi Ansharullah usai menerima secara langsung Piagam Rekor MURI menyebutkan rekor MURI yang diterima bukan hanya dari segi jumlah tetapi adanya proses penyatuan antar masyarakat.

"Yang terpenting bukan MURI dari segi jumlahnya, tapi proses penyatuan karena ini nilai yang paling mahal dan alhamdulillah kita di Kota Padang semangat kebersamaan ini terbangun dan terjaga secara baik" katanya.

Ia  berharap ini dapat menjadi contoh bagi seluruh masyarakat agar dapat bersatu untuk memajukan Kota Padang ini.

"Kita harapkan masyarakat dari etnis manapun juga seperti itu, sehingga semuanya menyatu dalam rangka kemajuan Kota Padang ini" sambungnya.

Adanya dua rekor yang baru diterima Kota Padang menjadi pelengkap koleksi rekor MURI  lainnya yang sebelumnya sudah didapatkan Pemko Padang.

"Sudah ada waktu itu berkaitan dengan rendang, kegiatan pesantren ramadhan dan beberapa yang lain, cukup banyak yang lain" kata dia.

Untuk kunjungan pariwisata sambung Mahyeldi, even ini menjadi hal yang baru karena membuat perantau yang pulang ke Padang. 

Iini menjadi penahan dan pembeda, jadi perantau - perantau yang pulang kampung terutama ke Kota Padang menjadi pembeda di Lebaran tahun ini" katanya.

Kendati ini menjadi daya tarik baru, dia menyebutkan pada Lebaran yang akan datang kita akan mencarikan even yang bisa menjadi daya tarik yang serupa. Ini dikarenakan ini ternyata hanya pada waktu tertentu saja menurut penanggalan Tionghoa.

"ini menghadirkan hal yang baru, tetapi tahun depan itu tanggalnya 25 juni artinya tidak setelah lLebaran lagi karena ini tergantung pada waktunya. maka dari itu kita carikan kegiatan lainnya pada tahun depan agar bisa meriah seperti tahun ini" jelas Mahyeldi. 

 

Pewarta : Fandi Yogari Saputra
Editor : Ikhwan Wahyudi
Copyright © ANTARA 2024