Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Direktorat Pembinaan Kemampuan di Kedeputian II Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan menggelar latihan mitigasi aksi terorisme integratif dalam rangka pengamanan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019.
Latihan yang melibatkan kementerian/lembaga/dinas/instansi, Polri dan TNI tersebut digelar di Lapangan Silang Monas dan di Stasiun Gambir, Jakarta, Rabu (6/3).
Pasukan elit Gultor 81 Kopassus AD, Denjaka AL, Bravo 90 AU, dan Gegana Polri pun dilibatkan dalam simulasi itu.
"Ini untuk melatih kemampuan kita terintegrasi bagaimana menghadapi situasi jika terjadi aksi terorisme, sehingga kita tidak terdadak jika ada kejadian," kata Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius.
Menurut dia, dalam setiap kegiatan besar, tidak tertutup kemungkinan adanya gangguan terorisme. Untuk itu, aparat harus mempersiapkan diri mengidentifikasi dan melakukan prosedur operasi standar (Standard Operating Procedure/SOP).
"Latihan yang kita laksanakan saat ini merupakan bentuk dari pola 'hard approach' sebagai penguatan bagi TNI, Polri, dan instansi terkait lainnya dalam rangka penanggulangan terorisme," kata mantan Sekretaris Utama Lemhannas itu pula.
Stasiun kereta api dipilih sebagai tempat pelatihan mitigasi ini, karena merupakan salah satu objek vital yang berpotensi menjadi sasaran aksi terorisme yang dapat menimbulkan instabilitas.
"Kami sangat mendukung kegiatan yang digelar BNPT ini. Tentu harapan kami bisa menjadi konsentrasi bersama dari pihak BNPT dalam rangka memitigasi semua risiko yang dapat terjadi dan menghasilkan korban dan lain-lain," ujar Direktur Pengelolaan Prasarana PT KAI Muhammad Nurul Fadhilah.
Ia mengatakan ada 600 lebih stasiun di wilayah Jabotabek, 76 stasiun di antaranya dengan konsentrasi penumpang yang sangat tinggi.
"Ada sebanyak 1 juta penumpang yang kita angkut," ujar mantan Direktur Utama PT Kereta Api Commuter Indonesia (KCI) ini lagi.
Deputi II Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT Irjen Pol Budiono Sandi menjelaskan latihan ini penting untuk menyamakan dan mengnyinergikan SOP yang sudah dimiliki masing-masing K/L dan instansi.
"Tentunya di sini kita sinergikan SOP yang sudah dimiliki instasi terkait dengan BNPT sebagai 'focal point' untuk melaksanakan tugas dengan baik di lapangan," katanya.
Hadir pada acara itu Sestama BNPT Marsda TNI Asep Adang Supriyadi, Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Mayjen TNI Henri Paruhuman Lubis, Direktur Pembinaan Kemampuan Brigjen Pol Imam Margono, Direktur Penindakan Brigjen Pol Torik Triyono, Direktur Penegakan Hukum Brigjen Pol Eddy Hartono, Direktur Bilateral Brigjen Pol Kris Erlangga, Kepala Biro Umum Brigjen TNI Dadang Hendrayudha, dan Inpektur BNPT Amrizal.
Hadir pula Danjen Kopassus Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa, Dankorpaskhas Marsda TNI Seto Purnomo, Asops Kapolri Irjen Rudy Sufahriadi, Waasops Panglima TNI Marsma Chairil Lubis, dan para pejabat dari berbagai instansi terkait lainnya. (*)
Latihan yang melibatkan kementerian/lembaga/dinas/instansi, Polri dan TNI tersebut digelar di Lapangan Silang Monas dan di Stasiun Gambir, Jakarta, Rabu (6/3).
Pasukan elit Gultor 81 Kopassus AD, Denjaka AL, Bravo 90 AU, dan Gegana Polri pun dilibatkan dalam simulasi itu.
"Ini untuk melatih kemampuan kita terintegrasi bagaimana menghadapi situasi jika terjadi aksi terorisme, sehingga kita tidak terdadak jika ada kejadian," kata Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius.
Menurut dia, dalam setiap kegiatan besar, tidak tertutup kemungkinan adanya gangguan terorisme. Untuk itu, aparat harus mempersiapkan diri mengidentifikasi dan melakukan prosedur operasi standar (Standard Operating Procedure/SOP).
"Latihan yang kita laksanakan saat ini merupakan bentuk dari pola 'hard approach' sebagai penguatan bagi TNI, Polri, dan instansi terkait lainnya dalam rangka penanggulangan terorisme," kata mantan Sekretaris Utama Lemhannas itu pula.
Stasiun kereta api dipilih sebagai tempat pelatihan mitigasi ini, karena merupakan salah satu objek vital yang berpotensi menjadi sasaran aksi terorisme yang dapat menimbulkan instabilitas.
"Kami sangat mendukung kegiatan yang digelar BNPT ini. Tentu harapan kami bisa menjadi konsentrasi bersama dari pihak BNPT dalam rangka memitigasi semua risiko yang dapat terjadi dan menghasilkan korban dan lain-lain," ujar Direktur Pengelolaan Prasarana PT KAI Muhammad Nurul Fadhilah.
Ia mengatakan ada 600 lebih stasiun di wilayah Jabotabek, 76 stasiun di antaranya dengan konsentrasi penumpang yang sangat tinggi.
"Ada sebanyak 1 juta penumpang yang kita angkut," ujar mantan Direktur Utama PT Kereta Api Commuter Indonesia (KCI) ini lagi.
Deputi II Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT Irjen Pol Budiono Sandi menjelaskan latihan ini penting untuk menyamakan dan mengnyinergikan SOP yang sudah dimiliki masing-masing K/L dan instansi.
"Tentunya di sini kita sinergikan SOP yang sudah dimiliki instasi terkait dengan BNPT sebagai 'focal point' untuk melaksanakan tugas dengan baik di lapangan," katanya.
Hadir pada acara itu Sestama BNPT Marsda TNI Asep Adang Supriyadi, Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Mayjen TNI Henri Paruhuman Lubis, Direktur Pembinaan Kemampuan Brigjen Pol Imam Margono, Direktur Penindakan Brigjen Pol Torik Triyono, Direktur Penegakan Hukum Brigjen Pol Eddy Hartono, Direktur Bilateral Brigjen Pol Kris Erlangga, Kepala Biro Umum Brigjen TNI Dadang Hendrayudha, dan Inpektur BNPT Amrizal.
Hadir pula Danjen Kopassus Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa, Dankorpaskhas Marsda TNI Seto Purnomo, Asops Kapolri Irjen Rudy Sufahriadi, Waasops Panglima TNI Marsma Chairil Lubis, dan para pejabat dari berbagai instansi terkait lainnya. (*)