Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Hasil kajian Ombudsman Republik Indonesia menunjukkan bahwa jumlah stok komoditas beras yang ada pada saat ini dinilai relatif memadai sehingga tidak diperlukan impor kecuali kalau ada kejadian luar biasa yang membuat beras dibutuhkan.

    
"Jangan salah melakukan manajemen stok," kata Anggota Ombudsman RI, Ahmad Alamsyah Saragih di Jakarta, Senin.

    
Alamsyah Saragih memaparkan, total impor beras dalam kurun waktu empat tahun (2015-2018) adalah sebesar 4,7 juta ton sedangkan pada kurun waktu 2010-2014 mencapai 6,5 juta ton.

    
Menurut dia, dengan jumlah stok yang relatif memadai yaitu 2,1 juta ton pada akhir 2018, diperkirakan pemerintah tidak perlu memerlukan impor pada 2019, kecuali terjadi krisis besar.

    
Ia mengingatkan bahwa ketidakpastian data produksi akibat maladministrasi pendataan yang berpangkal kepada konflik kepentingan dalam penetapan data produksi telah mengakibatkan BPS mengumumkan penghentian publikasi data produksi pada tahun 2015.

    
Perbaikan metode pendataan kemudian, lanjutnya, menghasilkan koreksi surplus produksi beras menjadi 2,85 juta ton pada tahun 2018.

    
Sebagaimana diwartakan, kalangan pengusaha beras menjamin stok dan harga dalam kondisi aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga beberapa bulan ke depan.

    
Jaminan tersebut disampaikan para pengusaha beras dalam pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta, Kamis (24/1).

    
Para pengusaha beras itu antara lain pengusaha yang tergabung dalam Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), perwakilan pedagang beras di Pasar Induk Cipinang Jakarta, serta Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia.

    
Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa stok cadangan beras untuk kebutuhan pangan nasional aman dan mencukupi sampai delapan bulan ke depan.

    
Menteri Amran merinci stok beras tersebut terdiri dari stok beras yang ada di gudang Bulog mencapai 2,2 juta ton ditambah dengan stok beras sebesar 8 juta sampai 9 juta ton beras tersebar di rumah tangga (produsen padi dan konsumen), pedagang, penggilingan, hotel dan restoran katering. 
    
"Kalau 8 juta ton stok tersebar ditambah 2 juta ton di Bulog, berarti ada 10 juta ton. Jika kebutuhan konsumsi beras masyarakat Indonesia 2,5 juta ton per bulan, maka itu cukup sampai empat bulan," kata Amran usai melakukan panen jagung di Desa Randu Merak, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, 16 Januari 2019. (*)

Pewarta : M Razi Rahman
Editor : Mukhlisun
Copyright © ANTARA 2024