Lubuksikaping, (Antaranews Sumbar) - Bupati Pasaman, Yusuf Lubis mengatakan, tanaman serai wangi kini sudah menjadi komoditas primadona bagi kalangan petani di daerah itu.
Pasalnya, tanaman bernama latin Cymbopogon nardus L ini merupakan salah satu penghasil bahan baku minyak atsiri yang sangat baik. Selain itu, harga jual dari komoditi ini juga sangat menjanjikan.
Dari hasil penyulingan daunnya diperoleh minyak serai wangi yang dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama Citronella Oil.
"Di Pasaman, saat ini serai wangi jadi komoditas pertanian baru. Serai wangi menjadi idola baru bagi petani dari sekian komoditas pertanian lainnya," ujar Bupati Yusuf Lubis kepada Antara, usai peresmian Teras BRI Nusantara Serai Wangi di Lundar, Jumat.
Hal itu, kata Bupati dibuktikan dengan luas area tanam serai wangi di daerah itu yang mencapai 2.030 hektar, tersebar di 12 kecamatan. Dengan total produksinya mencapai 106,400 Kilogram per tahun.
"Dari luas itu, 1.251 hektar tanaman sudah menghasilkan. Sementara, 779 hektar tanaman belum menghasilkan," ungkap Bupati Yusuf Lubis.
Lanjut dia, tiga kecamatan di daerah itu, yakni Mapattunggul Selatan, Mapattunggul dan Duokoto merupakan wilayah paling luas area tanamnya. Disusul, Rao Selatan, Padanggelugur, Lubuksikaping, Panti, Tigonagari, Simpati, Rao, Rao Utara dan Bonjol.
"Untuk Kecamatan Mapattunggul Selatan mencapai 850 hektar, Mapattunggul itu 650 hektar, Duokoto 125 hektar, Rao Selatan 113 hektar dan Padanggelugur 70 hektar," katanya.
Menurutnya, serai wangi merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat, di antaranya sebagai penghasil minyak atsiri. Tanaman ini mudah dibudidayakan dan tidak menuntut perlakuan khusus, sehingga bagi masyarakat yang berminat mengembangkannya terbuka peluang yang besar.
"Pemerintah daerah akan terus mendorong pengembangan komoditas ini. Serai wangi, kalau dikembangkan tentu akan mendukung peningkatan perekonomian daerah sendiri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya.
Saat ini, harga minyak yang dihasilkan dari tanaman serai wangi ini mencapai Rp350 ribu per kilogramnya. Tingginya harga minyak serai ini pula yang membuat para petani tergiur untuk menanamnya. Sehingga mereka juga merambah lahan untuk menanam serai, meski lahan tersebut merupakan kawasan hutan lindung.
Pasalnya, tanaman bernama latin Cymbopogon nardus L ini merupakan salah satu penghasil bahan baku minyak atsiri yang sangat baik. Selain itu, harga jual dari komoditi ini juga sangat menjanjikan.
Dari hasil penyulingan daunnya diperoleh minyak serai wangi yang dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama Citronella Oil.
"Di Pasaman, saat ini serai wangi jadi komoditas pertanian baru. Serai wangi menjadi idola baru bagi petani dari sekian komoditas pertanian lainnya," ujar Bupati Yusuf Lubis kepada Antara, usai peresmian Teras BRI Nusantara Serai Wangi di Lundar, Jumat.
Hal itu, kata Bupati dibuktikan dengan luas area tanam serai wangi di daerah itu yang mencapai 2.030 hektar, tersebar di 12 kecamatan. Dengan total produksinya mencapai 106,400 Kilogram per tahun.
"Dari luas itu, 1.251 hektar tanaman sudah menghasilkan. Sementara, 779 hektar tanaman belum menghasilkan," ungkap Bupati Yusuf Lubis.
Lanjut dia, tiga kecamatan di daerah itu, yakni Mapattunggul Selatan, Mapattunggul dan Duokoto merupakan wilayah paling luas area tanamnya. Disusul, Rao Selatan, Padanggelugur, Lubuksikaping, Panti, Tigonagari, Simpati, Rao, Rao Utara dan Bonjol.
"Untuk Kecamatan Mapattunggul Selatan mencapai 850 hektar, Mapattunggul itu 650 hektar, Duokoto 125 hektar, Rao Selatan 113 hektar dan Padanggelugur 70 hektar," katanya.
Menurutnya, serai wangi merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat, di antaranya sebagai penghasil minyak atsiri. Tanaman ini mudah dibudidayakan dan tidak menuntut perlakuan khusus, sehingga bagi masyarakat yang berminat mengembangkannya terbuka peluang yang besar.
"Pemerintah daerah akan terus mendorong pengembangan komoditas ini. Serai wangi, kalau dikembangkan tentu akan mendukung peningkatan perekonomian daerah sendiri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya.
Saat ini, harga minyak yang dihasilkan dari tanaman serai wangi ini mencapai Rp350 ribu per kilogramnya. Tingginya harga minyak serai ini pula yang membuat para petani tergiur untuk menanamnya. Sehingga mereka juga merambah lahan untuk menanam serai, meski lahan tersebut merupakan kawasan hutan lindung.