Padang, (Antaranews Sumbar) - Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Sumatera Barat memprediksi jumlah kunjungan wisatawan ke provinsi itu pada libur tahun baru 2019 menurun dibanding tahun sebelumnya.
"Pantuan sementara dari sejumlah agen tour and travel yang tergabung dengan ASITA, tidak begitu banyak orang yang mengonfirmasi datang ke Sumbar akhir tahun ini," kata Ketua ASITA Sumbar Ian Hanafiah di Padang, Rabu.
Menurutnya potensi pariwisata daerah itu sangat bagus dan promosikan yang dilakukan juga sudah cukup baik. Tapi dikarenakan adanya faktor alam seperti bencana membuat para wisatawan berpikir panjang untuk datang.
Bencana itu diantaranya jembatan putus di Kayu Tanam yang memutus akses utama Padang-Bukittinggi, longsor yang beberapa kali terjadi di jalur alternatif Padang-Bukittinggi melalui Sitinjau Laut, Solok dan kondisi jalan alternatif Padang-Bukittinggi melalui Malalak yang juga diragukan.
Tsunami yang melanda Banten dan Lampung juga berpengaruh terhadap psikologi wisatawan yang lebih memilih untuk menjauhi wisata pantai atau pulau.
"Kita juga memperhatikan imbauan dari BMKG terkait gelombang laut tinggi yang berpotensi terjadi hingga penghujung tahun sehingga tidak merekomendasikan wisata pantai, menimbang faktor keselamatan wisatawan," katanya.
Akibatnya wisatawan seolah tidak memiliki pilihan tempat wisata sehingga mengurungkan untuk datang.
Harga tiket pesawat dan hotel yang naik gila-gilaan pada akhir tahun ikut menjadi penyebab lesunya pariwisata Sumbar pada akhir tahun. Hal itu ditambah lagi dengan imbauan dari beberapa kepala daerah di Sumbar agar tidak menyambut pergantian tahun dengan cara hura-hura sehingga banyak even yang batal digelar.
"Kalau semuanya serba mahal tentu wisatawan memilih ke daerah lain atau negara lain. Sebenarnya soal ini bukanlah salah dari Pemprov Sumbar, tetapi tergantung selera dari wisatawannya," kata dia. (*)
"Pantuan sementara dari sejumlah agen tour and travel yang tergabung dengan ASITA, tidak begitu banyak orang yang mengonfirmasi datang ke Sumbar akhir tahun ini," kata Ketua ASITA Sumbar Ian Hanafiah di Padang, Rabu.
Menurutnya potensi pariwisata daerah itu sangat bagus dan promosikan yang dilakukan juga sudah cukup baik. Tapi dikarenakan adanya faktor alam seperti bencana membuat para wisatawan berpikir panjang untuk datang.
Bencana itu diantaranya jembatan putus di Kayu Tanam yang memutus akses utama Padang-Bukittinggi, longsor yang beberapa kali terjadi di jalur alternatif Padang-Bukittinggi melalui Sitinjau Laut, Solok dan kondisi jalan alternatif Padang-Bukittinggi melalui Malalak yang juga diragukan.
Tsunami yang melanda Banten dan Lampung juga berpengaruh terhadap psikologi wisatawan yang lebih memilih untuk menjauhi wisata pantai atau pulau.
"Kita juga memperhatikan imbauan dari BMKG terkait gelombang laut tinggi yang berpotensi terjadi hingga penghujung tahun sehingga tidak merekomendasikan wisata pantai, menimbang faktor keselamatan wisatawan," katanya.
Akibatnya wisatawan seolah tidak memiliki pilihan tempat wisata sehingga mengurungkan untuk datang.
Harga tiket pesawat dan hotel yang naik gila-gilaan pada akhir tahun ikut menjadi penyebab lesunya pariwisata Sumbar pada akhir tahun. Hal itu ditambah lagi dengan imbauan dari beberapa kepala daerah di Sumbar agar tidak menyambut pergantian tahun dengan cara hura-hura sehingga banyak even yang batal digelar.
"Kalau semuanya serba mahal tentu wisatawan memilih ke daerah lain atau negara lain. Sebenarnya soal ini bukanlah salah dari Pemprov Sumbar, tetapi tergantung selera dari wisatawannya," kata dia. (*)