Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Produk-produk premium komoditas makanan laut dan olahan asal Indonesia disambut bagus pasar pada ajang Seafood Expo (Seafex) Middle East 2018 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
"Daging rajungan (crabmeat), udang, dan juga tuna untuk konsumsi retail dan horeca (katering) adalah produk premium 'seafood' yang direspons sangat bagus untuk pameran di Dubai ini,' kata Direktur PT Blue Star Anugrah (BSA) Arie Prabawa, yang menghubungi Antara dari Dubai, Rabu malam.
Ia bersama delapan kelompok usaha bidang "seafood" lainnya dari Indonesia, difasilitasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menempati Paviliun KKP Indonesia pada Seafex Middle East 2018, sebuah ajang pameran internasional khusus mengenai produksi seafood terbesar di kawasan Timur Tengah, Afrika dan Asia itu.
Selain BSA -- perusahaan industri perikanan rajungan (Portunus pelagicus) yang berpusat di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah -- peserta lain dari Indonesia di ajang itu adalah Pasific Harvest, Sari Laut Jaya, Fresh On Time Seafood, Giovanni Sukses Makmur, Bahari Biru Nusantara, Toba Surimi Industries, Sarana Tani Pratama, dan Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI).
Ia menjelaskan pada acara Seafex dalam "Autumn Food Shows 2018" yang disponsori oleh KKP itu, mereka sempat dikunjungi rombongan Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Dubai.
"Kunjungan dipimpin langsung Konjen RI Dubai Pak Ridwan Hassan dan wakilnya," katanya.
Konjen disambut rombongan pemilik BSA dan pemilik supermarket "Albaik", M Zulkamirullah, komisaris Agus Kuriadi dan Ita Latifah.
Untuk tema pameran kali, kata Arie Prabawa, pihaknya membawa produk lain di luar daging rajungan, yakni krustasea beku seperti lobster dan udang, ikan tuna dan cakalang beku, kelompok cephalopod beku (squid, baby octopus dan cuttle fish), serta tuna kaleng dalam minyak.
Ia mengharapkan melalui ajang tersebut, komoditas makanan laut dan olahannya dari Indonesia, bisa menembus pasar Timur Tengah dan Afrika, karena para pengusaha Indonesia mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan para pengusaha seafood dari berbagai negara, khususnya di Timur Tengah dan Eropa.
Terlebih, kata dia, Dubai merupakan hub (pusat) perdagangan dan bisnis di Timur Tengah.
Bersamaan dengan Seafex Middle East, pameran yang dilangsungkan di Dubai World Trade Centre sejak Senin (30/10) hingga Kamis (1/11) 2018 itu, pada saat bersamaan juga diselenggarakan festival makanan khusus UAE, Yummex Middle East, dan juga "Gulf Host", pameran makanan dan peralatan khusus yang didukung oleh Gulfood.
Kegiatan itu diperkirakan akan menarik lebih dari 15.000 pembeli ke pusat global untuk layanan makanan internasional dan perdagangan ritel.
Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) melansir bahwa produksi ikan dunia diproyeksikan mencapai 194 juta ton pada 2026, dengan sebagian besar pertumbuhan terkonsentrasi di negara-negara berkembang, terutama di Asia. (*)
"Daging rajungan (crabmeat), udang, dan juga tuna untuk konsumsi retail dan horeca (katering) adalah produk premium 'seafood' yang direspons sangat bagus untuk pameran di Dubai ini,' kata Direktur PT Blue Star Anugrah (BSA) Arie Prabawa, yang menghubungi Antara dari Dubai, Rabu malam.
Ia bersama delapan kelompok usaha bidang "seafood" lainnya dari Indonesia, difasilitasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menempati Paviliun KKP Indonesia pada Seafex Middle East 2018, sebuah ajang pameran internasional khusus mengenai produksi seafood terbesar di kawasan Timur Tengah, Afrika dan Asia itu.
Selain BSA -- perusahaan industri perikanan rajungan (Portunus pelagicus) yang berpusat di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah -- peserta lain dari Indonesia di ajang itu adalah Pasific Harvest, Sari Laut Jaya, Fresh On Time Seafood, Giovanni Sukses Makmur, Bahari Biru Nusantara, Toba Surimi Industries, Sarana Tani Pratama, dan Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI).
Ia menjelaskan pada acara Seafex dalam "Autumn Food Shows 2018" yang disponsori oleh KKP itu, mereka sempat dikunjungi rombongan Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Dubai.
"Kunjungan dipimpin langsung Konjen RI Dubai Pak Ridwan Hassan dan wakilnya," katanya.
Konjen disambut rombongan pemilik BSA dan pemilik supermarket "Albaik", M Zulkamirullah, komisaris Agus Kuriadi dan Ita Latifah.
Untuk tema pameran kali, kata Arie Prabawa, pihaknya membawa produk lain di luar daging rajungan, yakni krustasea beku seperti lobster dan udang, ikan tuna dan cakalang beku, kelompok cephalopod beku (squid, baby octopus dan cuttle fish), serta tuna kaleng dalam minyak.
Ia mengharapkan melalui ajang tersebut, komoditas makanan laut dan olahannya dari Indonesia, bisa menembus pasar Timur Tengah dan Afrika, karena para pengusaha Indonesia mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan para pengusaha seafood dari berbagai negara, khususnya di Timur Tengah dan Eropa.
Terlebih, kata dia, Dubai merupakan hub (pusat) perdagangan dan bisnis di Timur Tengah.
Bersamaan dengan Seafex Middle East, pameran yang dilangsungkan di Dubai World Trade Centre sejak Senin (30/10) hingga Kamis (1/11) 2018 itu, pada saat bersamaan juga diselenggarakan festival makanan khusus UAE, Yummex Middle East, dan juga "Gulf Host", pameran makanan dan peralatan khusus yang didukung oleh Gulfood.
Kegiatan itu diperkirakan akan menarik lebih dari 15.000 pembeli ke pusat global untuk layanan makanan internasional dan perdagangan ritel.
Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) melansir bahwa produksi ikan dunia diproyeksikan mencapai 194 juta ton pada 2026, dengan sebagian besar pertumbuhan terkonsentrasi di negara-negara berkembang, terutama di Asia. (*)