Padang, (Antaranews Sumbar) - Peneliti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sicincin, Sumatera Barat Rizky A Saputra mengemukakan penyebarluasan peringatan dini tentang cuaca ekstrem akan dapat mengurangi risiko bencana alam seperti banjir dan longsor.

     "Selama ini  informasi yang disebarluaskan oleh BMKG kepada pemangku kepentingan  terkait misalnya BPBD masih minim diterima masyarakat yang lebih luas sehingga bencana alam seperti banjir sulit diantisipasi lebih awal," kata  dia di Padang, Senin.  
 
   Ia mengemukakan selama ini kendala yang dihadapi  dalam mengurangi dampak risiko bencana adalah penyebarluasan peringatan cuaca/iklim ekstrim lewat peringatan dini.

     "Peringatan dini dilakukan  menggunakan alat otomatis dibagian hulu daerah aliran sungai, "kata dia.

     Menurutnya daerah rawan bencana banjir longsor diharapkan memiliki alat otomatis yang akan memberikan peringatan dini yang dapat diteruskan instansi kepada kelompok siaga bencana.

     Selain itu pelestarian lingkungan dengan merawat hutan sebagai penyangga derasnya aliran permukaan dan penahan air  penting dalam mitigasi bencana.  

     Ia menilai semua pemangku kepentingan perlu memperluas sosialisasi sehingga masyarakat dapat mudah memahami informasi dan penguatan kerja sama serta  pemetaan daerah rawan bencana terus dilakukan untuk mengurangi korban.

    Terkait banjir yang merendam dua kawasan di Padang Pariaman yaitu Sungai Limau dan Kayu Tanam pada pekan pertama Agustus  ia mengatakan  kejadian tersebut  akibat meluapnya sungai Batang Anai.  
 
  Kondisi dihulu sungai  pada saat itu juga terjadi banjir yang merusak objek wisata di Lembah Anai, kata dia.

    Banjir yang terjadi di Anduring Kayu Tanam jika ditinjau dari curah hujan yang diukur pada pos hujan terdekat Kandang Ampek pada saat kejadian yaitu 130 milimeter perhari atau masuk kategori ektrem/amat deras. (*)
 

Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor : M R Denya
Copyright © ANTARA 2024