Padang, (Antaranews Sumbar) - Bank Indonesia mencatat laju inflasi di Sumatera Barat pada Juli 2018 mencapai 0,56 persen dan merupakan yang tertinggi kedua di Sumatera setelah Bengkulu.
    "Laju inflasi Sumatera Barat pada Juli 2018 juga berada di atas pergerakan angka  nasional yang  mencapai 0,28 persen," kata Kepala BI perwakilan Sumbar Endy Dwi Tjahjono di Padang, Jumat.
    Ia menyampaikan secara tahunan, inflasi Sumbar  pada Juli 2018 sebesar 3,25 persen, atau lebih tinggi dibandingkan laju inflasi Nasional sebesar 3,18 persen.
    Sementara  laju inflasi Sumatera Barat berdasarkan kalender tahun berjalan  dari Januari  Juli 2018 mencapai dua persen  atau masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,18 persen  (ytd). 
    Ia memaparkan tekanan inflasi Sumatera Barat pada bulan Juli 2018 disumbang oleh semua kelompok inflasi dengan laju inflasi tertinggi berasal dari kelompok "volatile food" atau pangan bergejolak.
     "Laju inflasi kelompok volatile food pada bulan Juli tercatat mengalami inflasi sebesar 1,18 persen  atau naik dibandingkan bulan Juni 2018 sebesar 0,44 persen," katanya.
     Secara spesifik ia menyebut tekanan inflasi kelompok ini terutama berasal dari kenaikan harga komoditas daging ayam ras yang mengalami inflasi 0,10 persen, beras 0,08 persen, jengkol 0,07 persen, dan telur ayam ras 0,08 persen.
     Menurutnya kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam ras  terjadi  akibat kenaikan harga pakan impor yang dipicu oleh pelemahan nilai tukar dan kenaikan harga jagung di pasar internasional. 
     Selain itu, ia menilai  implementasi kebijakan pelarangan penggunaan obat antibiotics growth promotors  berdampak pada penurunan produktivitas ayam penghasil daging dan telur, mengakibatkan turunnya pasokan daging dan telur ayam ras.
      Sedangkan tingginya harga jengkol disebabkan oleh kurangnya pasokan mengingat sebagian aktivitas petani/pengambil jengkol belum kembali normal setelah Lebaran, kata dia.
    Terkait kenaikan harga harga daging ayam dan telur ayam ras, Tim Pengendali Inflasi Daerah  Sumatera Barat telah melakukan rapat koordinasi  bersama  instansi terkait, peternak, distributor, dan pengusaha ayam ras guna meredam kenaikan harga daging dan telur ayam ras.
     Sementara itu, laju inflasi kelompok "administered prices" atau barang yang diatur pemerintah  terpantau melambat namun masih cukup tinggi. 
     Kelompok barang yang diatur pemerintah tercatat mengalami inflasi sebesar 0,40 persen  atau  turun dibandingkan  Juni 2018 sebesar 0,64 persen.
    Kenaikan harga pertamax per 1 Juli 2018 mengakibatkan komoditas bensin menyumbang inflasi bulanan sebesar 0,10 persen  pada bulan Juli, ujarnya. 
    Selain itu, masih berlangsungnya momen arus balik usai Lebaran, diiringi  berakhirnya periode liburan sekolah dan penyelenggaraan beberapa even nasional di Kota Padang berdampak pada tingginya permintaan jasa transportasi angkutan udara walau relatif lebih rendah daripada Juni 2018.
     Ia menyampaikan kondisi tersebut tercermin dari tarif angkutan udara yang memberikan sumbangan inflasi bulanan sebesar 0,07 persen  terhadap keseluruhan inflasi Sumatera Barat.(*)

 

Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor : Mukhlisun
Copyright © ANTARA 2024