Arosuka, (Antaranews Sumbar) - Bank Indonesia (BI) perwakilan Sumatera Barat (Sumbar) memberikan bantuan lima unit instore drying (rumah pengering) bawang kepada sejumlah kelompok tani di Nagari Sungai Nanam, Kabupaten Solok.
"Pemberian rumah pengering bawang ini dari program sosial BI guna mewujudkan ketahanan pangan strategis," kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumbar, Endy Dwi Tjahjono di Solok, Kamis (26/4).
Ia mengatakan untuk mewujudkan ketahanan pangan strategis khususnya komoditas bawang merah di Sumbar, Bank Indonesia sejak September 2017 telah mengembangkan klaster bawang merah di Kabupaten Solok bekerja sama dengan Kelompok Tani Pawuah Sapakek sebagai percontohan.
Sebagai bentuk komitmen pengembangan ekonomi daerah, pihaknya juga ingin berkontribusi terhadap permasalahan pengelolaan pascapanen bawang merah, berupa pemberian bantuan rumah pengering bawang untuk Kelompok Tani Pawuah Sapakek, Kelompok Tani Usaha Ikhlas, dan Kelompok Tani Orida Elba.
"Kelima unit rumah pengering bawang ini senilai Rp291 juta, setelah penyerahan penggunaannya akan terus kami awasi secara berkelanjutan," ujarnya.
Jika menggunakan cara tradisional pengeringan membutuhkan waktu 15-20 hari, sementara dengan menggunakan rumah pengering hanya empat hingga lima hari, dan mampu menampung 14 ton bawang merah, dan sudah dilengkapi mesin pengupas bawang.
Ia menjelaskan ketahanan pangan strategis ini diperlukan untuk memastikan kondisi pasokan komoditas ini terpenuhi di masyarakat. Beberapa komoditas pangan strategis di Sumbar tercermin melalui kontribusinya sebagai penyumbang inflasi, seperti beras, cabai merah, bawang merah, daging dan telur ayam ras, sebutnya.
"Khusus bawang merah Sumbar sebagai sentra terbesar di Sumatera memiliki peran strategis dalam memenuhi ketersediaan pasokan bawang merah di dalam provinsi maupun daerah lain yang membutuhkan," katanya.
Sementara Wakil Bupati Solok Yulfadri Nurdin mengatakan sektor pertanian merupakan sektor pembangunan ekonomi kerakyatan yang memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
"Sumbangan sektor pertanian terhadap perekonomian di Kabupaten Solok mencapai 39,6 persen, apalagi daerah ini memiliki potensi lahan yang luas dan subur untuk pengembangan komoditi hortikultura, khususnya bawang merah," katanya.
Produksi bawang merah pada 2016 mencapai 59.045 ton dengan luas tanam 5.518 hektare, pada 2017 meningkat jadi 82.685,2 ton dengan luas tanam 7.919 hektare.
Kecamatan Lembah Gumanti sebagai daerah komoditi bawang merah terluas dengan 5.051 hektare, dan rata-rata produktifitas sebesar 11,27 ton per hektare.
Kementerian Pertanian menargetkan luas tanam bawang merah ditingkatkan menjadi 10.000 hektare pada 2019. Untuk itu perlu adanya teknologi untuk dapat mencapai target yang tinggi tersebut.
Apalagi pemasaran bawang merah tidak hanya meliputi Sumatera saja, tetapi sudah sampai ke pulau Jawa dan Bali. (*)
"Pemberian rumah pengering bawang ini dari program sosial BI guna mewujudkan ketahanan pangan strategis," kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumbar, Endy Dwi Tjahjono di Solok, Kamis (26/4).
Ia mengatakan untuk mewujudkan ketahanan pangan strategis khususnya komoditas bawang merah di Sumbar, Bank Indonesia sejak September 2017 telah mengembangkan klaster bawang merah di Kabupaten Solok bekerja sama dengan Kelompok Tani Pawuah Sapakek sebagai percontohan.
Sebagai bentuk komitmen pengembangan ekonomi daerah, pihaknya juga ingin berkontribusi terhadap permasalahan pengelolaan pascapanen bawang merah, berupa pemberian bantuan rumah pengering bawang untuk Kelompok Tani Pawuah Sapakek, Kelompok Tani Usaha Ikhlas, dan Kelompok Tani Orida Elba.
"Kelima unit rumah pengering bawang ini senilai Rp291 juta, setelah penyerahan penggunaannya akan terus kami awasi secara berkelanjutan," ujarnya.
Jika menggunakan cara tradisional pengeringan membutuhkan waktu 15-20 hari, sementara dengan menggunakan rumah pengering hanya empat hingga lima hari, dan mampu menampung 14 ton bawang merah, dan sudah dilengkapi mesin pengupas bawang.
Ia menjelaskan ketahanan pangan strategis ini diperlukan untuk memastikan kondisi pasokan komoditas ini terpenuhi di masyarakat. Beberapa komoditas pangan strategis di Sumbar tercermin melalui kontribusinya sebagai penyumbang inflasi, seperti beras, cabai merah, bawang merah, daging dan telur ayam ras, sebutnya.
"Khusus bawang merah Sumbar sebagai sentra terbesar di Sumatera memiliki peran strategis dalam memenuhi ketersediaan pasokan bawang merah di dalam provinsi maupun daerah lain yang membutuhkan," katanya.
Sementara Wakil Bupati Solok Yulfadri Nurdin mengatakan sektor pertanian merupakan sektor pembangunan ekonomi kerakyatan yang memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
"Sumbangan sektor pertanian terhadap perekonomian di Kabupaten Solok mencapai 39,6 persen, apalagi daerah ini memiliki potensi lahan yang luas dan subur untuk pengembangan komoditi hortikultura, khususnya bawang merah," katanya.
Produksi bawang merah pada 2016 mencapai 59.045 ton dengan luas tanam 5.518 hektare, pada 2017 meningkat jadi 82.685,2 ton dengan luas tanam 7.919 hektare.
Kecamatan Lembah Gumanti sebagai daerah komoditi bawang merah terluas dengan 5.051 hektare, dan rata-rata produktifitas sebesar 11,27 ton per hektare.
Kementerian Pertanian menargetkan luas tanam bawang merah ditingkatkan menjadi 10.000 hektare pada 2019. Untuk itu perlu adanya teknologi untuk dapat mencapai target yang tinggi tersebut.
Apalagi pemasaran bawang merah tidak hanya meliputi Sumatera saja, tetapi sudah sampai ke pulau Jawa dan Bali. (*)