Padang, (Antaranews Sumbar) - Sejarawan dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat, Prof Gusti Asnan mengatakan Rohana Kudus sebagai salah satu pelopor pers Indonesia layak menjadi pahlawan nasional dari Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
"Mengingat jasanya yang besar bagi negara ini seperti salah satunya pendiri sekolah untuk perempuan, beliau layak dijadikan pahlawan nasional," katanya di Padang, Senin.
Ia menyebutkan jasa Rohana, di antaranya mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Kotogadang pada 1911, sekolah yang mendidik keahlian anak-anak perempuan ini merupakan tindak lanjut dari dideklarasikannya perkumpulan perempuan Kerajinan Amai Setia pada 11 Februari 1911 yang dipimpin Rohana.
Perempuan yang lahir di Koto Gadang, Kecamatan Ampekkoto pada 20 Desember 1884 itu hidup pada zaman yang sama dengan Kartini, saat itu akses perempuan untuk mendapat pendidikan yang baik sangat dibatasi.
Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangannya terhadap kaum pribumi, Rohana bahkan turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda.
Kemudian, lanjut Gusti kiprah Rohana di dunia jurnalistik dimulai dari surat kabar Poetri Hindia pada 1908 di Batavia. Koran ini dianggap sebagai koran perempuan pertama di Indonesia.
Rohana dinilai sebagai perempuan Indonesia pertama yang secara sadar memerankan dirinya sebagai seorang jurnalis. Dia bersedia meliput berita sekaligus menulis untuk kemudian dikirimkan ke media massa.
Sebelum mendirikan surat kabar Soenting Melajoe ia berkiprah di surat kabar Oetoesan Melajoe yang sudah terbit sejak 1911. Pengalamannya mendapat apresiasi dari Datoek Soetan Maharadja alias DSM, pemilik Oetoesan Melajoe yang kemudian mendukung Rohana menerbitkan Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.
"Ia adalah pendiri surat kabar perempuan pertama di Indonesia," ujarnya.
Bahkan saat ini masyarakat Sumatera Barat sudah menganggap Rohana Kudus sebagai pahlawan, sehingga beliau memang pantas jadi pahlawan nasional, kata Gusti Asnan.
"Saya pribadi juga berharap sekali ini bisa terwujud, karena jasanya besar terutama bagi kemajuan pers dan pendidikan negara ini," tambahnya.
Sebelumnya Ketua Organisasi Rohana Kudus Yulia Fauzia menyebutkan buku biografi Rohana Kudus telah selesai disusun dari berbagai sumber oleh sejarawan Sumbar Prof Mestika Zed.
Pihaknya bersama Pemprov Sumbar dan Agam juga telah merancang seminar nasional menghadirkan tiga narasumber. Mereka adalah pejabat Kementerian Sosial Afni, Ketua LIPI Prof Taufik Abdullah, dan dosen FIB Unand Yenni PHd. (*)
"Mengingat jasanya yang besar bagi negara ini seperti salah satunya pendiri sekolah untuk perempuan, beliau layak dijadikan pahlawan nasional," katanya di Padang, Senin.
Ia menyebutkan jasa Rohana, di antaranya mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Kotogadang pada 1911, sekolah yang mendidik keahlian anak-anak perempuan ini merupakan tindak lanjut dari dideklarasikannya perkumpulan perempuan Kerajinan Amai Setia pada 11 Februari 1911 yang dipimpin Rohana.
Perempuan yang lahir di Koto Gadang, Kecamatan Ampekkoto pada 20 Desember 1884 itu hidup pada zaman yang sama dengan Kartini, saat itu akses perempuan untuk mendapat pendidikan yang baik sangat dibatasi.
Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangannya terhadap kaum pribumi, Rohana bahkan turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda.
Kemudian, lanjut Gusti kiprah Rohana di dunia jurnalistik dimulai dari surat kabar Poetri Hindia pada 1908 di Batavia. Koran ini dianggap sebagai koran perempuan pertama di Indonesia.
Rohana dinilai sebagai perempuan Indonesia pertama yang secara sadar memerankan dirinya sebagai seorang jurnalis. Dia bersedia meliput berita sekaligus menulis untuk kemudian dikirimkan ke media massa.
Sebelum mendirikan surat kabar Soenting Melajoe ia berkiprah di surat kabar Oetoesan Melajoe yang sudah terbit sejak 1911. Pengalamannya mendapat apresiasi dari Datoek Soetan Maharadja alias DSM, pemilik Oetoesan Melajoe yang kemudian mendukung Rohana menerbitkan Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.
"Ia adalah pendiri surat kabar perempuan pertama di Indonesia," ujarnya.
Bahkan saat ini masyarakat Sumatera Barat sudah menganggap Rohana Kudus sebagai pahlawan, sehingga beliau memang pantas jadi pahlawan nasional, kata Gusti Asnan.
"Saya pribadi juga berharap sekali ini bisa terwujud, karena jasanya besar terutama bagi kemajuan pers dan pendidikan negara ini," tambahnya.
Sebelumnya Ketua Organisasi Rohana Kudus Yulia Fauzia menyebutkan buku biografi Rohana Kudus telah selesai disusun dari berbagai sumber oleh sejarawan Sumbar Prof Mestika Zed.
Pihaknya bersama Pemprov Sumbar dan Agam juga telah merancang seminar nasional menghadirkan tiga narasumber. Mereka adalah pejabat Kementerian Sosial Afni, Ketua LIPI Prof Taufik Abdullah, dan dosen FIB Unand Yenni PHd. (*)