PADANG - Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) bersama Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di Padang, Sumatera Barat pecahkan rekor Muri 2017 melalui Gerakan Apoteker Peduli Obat Aman (Genapoa).
"Kami masuk dalam Museum Rekor Dunia- Indonesia (Muri) 2017 setelah memberikan penyuluhan penggunaan obat aman terhadap 6.200 keluarga dalam waktu tiga jam," kata Ketua Pengda IAI Sumbar Zulkarni R di Padang, Sabtu.
Menurut dia dalam kegiatan ini kami bekerjasama dengan BBPOM yang memiliki program Dagusibu (Dapatkan, gunakan, simpan dan buang obat dengan baik dan benar).
Dalam kegiatan ini pihaknya melibatkan sebanyak 900 apoteker yang melakukan pengabdian terhadap masyarakat di sepanjang 62 kilometer yang dimulai dari Kabupaten Padang Pariaman menuju Batusangkar.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada BBPOM yang telah bekerjasama untuk memecahkan rekor bahkan menghadirkan Kepala BPOM RI dalam kegiatan pada (13/8)" kata dia.
Ia mengatakan pemecahan rekor Muri ini dalam rangka perayaan HUT IAI ke-62. Selama ini perayaan hanya dilakukan secara seremonial namun tahun ini dilakukan dengan bentuk pengabdian kepada masyarakat.
Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Martin Suhendri mengatakan dalam kegiatan tim BBPOM terlibat aktif untuk membantu program penyuluhan ini.
"Kita menyiapkan narasumber dan apoteker yang akan memberikan penyuluhan terhadap 6.200 keluarga tersebut," kata dia.
Menurut dia pelaksanaan pemecahan rekor Muri ini pihaknya dalam kurun waktu yang telah ditentukan turun langsung ke lapangan memberikan informasi cara mendapatkan, mengunakan, menyimpan dan membuang obat dengan baik dan benar.
"Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kehidupan dan kesehatan yang lebih baik dengan mengonsumsi obat dengan benar," kata dia.
Selama ini masyarakat mengunakan berbagai jenis obat-obatan dengan tujuan penyembuhkan penyakit, mengontrol ataupun obat-obatan dengan tujuan aktivitas sehari-hari.
Fenomena ini disebabkan perkembangan penyakit dan produksi berbagai jenis obat-obatan dan suplemen, sehingga masyarakat mudah mendapatkan pengobatannya.
"Perkembangan tersebut menimbulkan berbagai dampak positif dan negatif. Dampak positifnya masyarakat mulai peduli terhadap kesehatan, dengan cara memeriksakan diri ke tempat-tempat pelayanan kesehatan.
Sedangkan dampak negatifnya, kurangnya pengetahuan dan informasi cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang limbah obat yang tidak sesuai dengan kaedah kesehatan yang baik dan benar," kata dia.(adv)