Berlokasi hanya sekitar 100 meter dari pusat Kota Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), terbentang pantai dengan pemandangan biru nan elok.

         Layaknya di daerah pesisir, Pariaman yang dikenal dengan tradisi "Hoyak Tabuik" itu menyajikan banyak pantai yang patut dikunjungi, salah satunya Pantai Gandoriah.

         Pantai yang konon menurut kisah masyarakat sekitar namanya diambil dari seorang perempuan bernama Gandoriah itu, kian hari dikenal secara luas. Sehingga tak heran pada hari-hari libur, pantai tersebut dipilih sebagai daerah wisata yang perlu dikunjungi.

         Tidak hanya masyarakat Sumbar, pengunjung Pantai Gandoriah juga berdatangan dari provinsi tetangga seperti Riau, Jambi, Bengkulu, dan lainnya.

         Di pantai itu pengunjung dapat bersantai menikmati keindahan laut, di balik rindangnya pinus yang tumbuh berjejer. Di samping juga disediakannya fasilitas payung beserta tempat duduk yang dapat dimanfaatkan.

         Sambil menikmati sepoi-sepoi angin laut, pondok-pondok kayu yang dikelola masyarakat pun juga dapat dijadikan tempat bercengkarama santai bersama keluarga, pasangan, atau pun sahabat.

         Wisatawan juga tidak perlu memusingkan tentang kuliner, karena di sekitar pantai itu sudah banyak masyarakat yang mendirikan tempat usaha dan menjual makanan. Di tempat itu pengunjung akan dilayani dengan ramah oleh para pedagang.

         Tidak hanya makanan berat, pilihan sejumlah makanan tradisional juga bakal mengundang selera untuk dinikmati. Sebut saja sala lauak, gulai langkitang, sate lokan, sop pensi (lokan kecil), goreng udang laut, dan banyak pilihan lainnya.

         Selain untuk anak-anak muda, Pantai Gandoriah juga cocok untuk dijadikan sebagai tujuan rekreasi keluarga. Karena tempat itu memiliki bibir pantai yang luas untuk area bermain anak selain berenang di laut.

         Pantai Gondariah juga terus berbenah terkait sanitasi. Salah satunya kakus yang dapat dimanfaatkan pengunjung tak jauh dari pantai. Kakus tersebut saat ini dikelola oleh masyarakat setempat.

         Selain pesona alamnya yang memikat, Pantai Gondariah juga memiliki keunggulan karena akses yang mudah. Jika tak membawa kendaraan pribadi, ada Angkutan Desa (Angdes) sebagai transportasi umum yang dapat digunakan menuju Gandoriah.

         Jika datang dari Padang, wisatawan dapat memanfaatkan kereta api jurusan Padang-Pariaman yang beroperasi setiap hari. Mengingat stasiun akhir di Pariaman, berada di kawasan pantai tersebut.

         Kelebihan lain yang dimiliki adalah letaknya mendukung jika ada wisatawan yang hendak mengunjungi pulau. Karena tepat di hadapan Pantai Gandoriah, terdapat Pulau Angso Duo, pulau indah dengan hamparan pasir putih.

         Untuk mencapai pulau tersebut tak perlu memakan waktu lama dari Gandoriah. Karena waktu tempuh hanya sekitar 10-15 menit menggunakan perahu tempel milik masyarakat setempat.

         Wisatawan juga tak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk pergi menuju pulau. Cukup dengan ongkos kisaran Rp30.000-Rp40.000, untuk biaya pulang-pergi.

         Tidak perlu pusing mencari kapal menuju pulau, karena setibanya di Gondariah pengunjung akan langsung disambut oleh warga sekitar yang menyewakan kapal.

         "Apakah akan ke pulau?" kira-kira demikian pertanyaan yang akan diajukan sebelum diarahkan pada tempat penjualan tiket resmi yang dikelola pemerintah setempat. Karena antara pemerintah dan warga pemilik kapal telah ada mekanisme kerja sama yang dibentuk.

         Pulau Angso Duo adalah pulau yang dibuka lebar dan dapat dinikmati sepuasnya oleh para wisatawan sejak pagi. Batas penyeberangan akhir dari Gandoriah menuju pulau adalah pukul 15.00 WIB, dan pulangnya pada pukul 18.00 WIB.

         Untuk menuju pulau tersebut wisatawan berangkat dari Muaro Pariaman, yang berada di kawasan Pantai Gandoriah. Pada muaro tersebut setiap harinya akan siaga sejumlah kapal yang menunggu giliran secara bergantian.

         Jika memanfaatkan kapal yang bekerja sama dengan pemerintah, penumpang akan diberikan selembar tiket yang nantinya juga diperlukan untuk pulang dari pulau.

         Hal tersebut untuk membedakan antara penumpang yang naik dari Gandoriah, dengan kapal lain milik warga sekitar yang juga melayani penyeberangan menuju Pulau Angso Duo.

         Hamparan laut yang seakan mengerucut di sudut pandang terjauh, dapat menjadi santapan mata ketika di lamun-lamun ombak menuju pulau.

         Pada Pulau Angso Duo wisatawan dapat menikmati seisi pulau dengan berjalan kaki, memanfaatkan jalur yang sudah tersedia di pulau dengan lantai air laut jernih itu.

         Di bagian dalam pulau terdapat sebuah makam sepanjang kurang lebih empat meter yang diyakini sebagai persemayaman Syekh Katik Sangko, memiliki hubungan dengan ulama penyebar Islam di Minangkabau yaitu Syekh Burhanuddin.

         Sehingga tak jarang sejumlah pengunjung muslim ketika mendatangi pulau juga menyempatkan berziarah ziarah di makam tersebut.

         Pada sisi luar pulau juga terdapat terumbu karang, beragam ikan hias, kerang, dan lainnya sebagai daya tarik bagi pengunjung yang memiliki hobi menyelam.

         Pengunjung tak perlu risau jika merasa lapar di pulau karena sudah ada kedai yang menyediakan beragam makanan dan minuman. Salah satunya kelapa muda yang cocok diteguk ketika terik matahari.

         Jika kembali ke Gandoriah pada larut sore wisatawan dapat menikmati eksotisnya matahari yang tenggelam di ujung laut.

         Warna jingga yang membias di permukaan laut, burung yang pulang ke sarang masing-masing, serta pulau dan perahu nelayan yang tampak seperti siluet dari kejauhan. (*)

Pewarta : Fathul Abdi
Editor :
Copyright © ANTARA 2024