Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Sekitar 800 lebih pelari berbagai daerah di pulau Sumatera mengikuti lomba lari yang dikemas dalam kegiatan "Sawahlunto Night Run 2016" di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Sabtu malam (3/12).
"Kegiatan ini merupakan rangkaian perayaan hari jadi kota yang ke-128 dan diselengarakan untuk yan kedua kalinya," kata Wali Kota setempat, Ali Yusuf di Sawahlunto, Minggu.
Pada lomba tersebut, para peserta akan berlari menempuh jarak sejauh 2 x 1.888 meter yang mana angka 1.888 tersebut melambangkan tahun pertama saat potensi batubara mulai ditemukan di kota itu oleh penjajah kolonial Belanda, sebelum Sawahlunto tumbuh menjadi salah satu daerah pertambangan terkemuka di dunia.
Tahun kelahiran kota tersebut, jelasnya, juga menjadi standarisasi penetapan hadiah yang diperebutkan, yakni sebesar USD1.888 dikalikan dua pada pelaksanaannya untuk yang kedua kalinya atau sekitar Rp96 juta lebih untuk berbagai kelas dan kelompok umur yang dilombakan.
"Dengan kata lain nilai hadiah akan terus ditingkatkan pada pelaksanaan berikutnya dengan mengacu pada angka 1888 masehi," ujarnya.
Untuk target jumlah peserta, menurutnya masih belum bisa tercapai sepenuhnya dimana panitia diharapkan mampu menghadirkan para pelari minimal 1.888 orang dan mengupayakan penambahan pada pelaksanaan selanjutnya sesuai kelipatan angka tersebut.
Sehingga, lanjutnya, masih dibutuhkan penyesuaian strategi promosi melalui peningkatan kerjasama dengan media massa serta pihak terkait lainnya agar bisa terselenggara lebih meriah dan diminati oleh para pelari dari kota-kota di Indonesia dan dunia.
"Karena dasar pemikiran dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk menunjang pertumbuhan minat kunjungan wisatatawan ke kota yang memiliki visi menjadi kota wisata tambang yang berbudaya ini, dari sektor "sport tourism" yang menjadi salah satu ikon unggulan dari Sawahlunto," kata dia.
Sementara itu, salah seorang peserta lomba asal provinsi Jambi, Ridho (19) mengatakan lomba tersebut cukup unik dan menantang adrenalin para peserta.
"Kami harus memiliki persiapan fisik dan mental secara khusus, karena harus berlari di malam hari dengan melintasi jalur tanjakan dan turunan meskipun dengan jarak yang tidak terlalu jauh jika dibandingkan lomba lari maraton yang lazim dikenal masyarakat," ungkapnya.
Peserta asal provinsi Riau, Sri Lestari(14) yang turun di kelas kelompok umur tingkat Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP), menambahkan jalur lintasan yang menantang tersebut sangat dinikmatinya karena selama berlomba ia juga bisa menyaksikan keindahan kota tua peradaban bangsa eropa pada malam hari.
"Pemandangan indah itu mampu mengurangi rasa kejenuhan kami ketika menaklukkan lintasan dan tentu saja hadiah yang ditawarkan panitia sangat menggiurkan," imbuhnya. (*)