Padang, (Antara Sumbar) - Kepala Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman Sumatera Barat (Sumbar) Suprapto menilai pengemudi di daerah itu kurang disiplin sehingga berkontribusi terhadap kemacetan yang selama ini terjadi terutama ketika mudik Lebaran.

        "Tanpa ada Lebaran saja sering terjadi kemacetan, ini akibat pengemudi yang suka berhenti sembarangan terutama kalau ada rumah makan di jalur Padang-Bukittinggi," kata dia di Padang, Senin.

         Menurutnya berdasarkan survei yang dilakukan  jika satu kendaraan keluar dari rumah makan pada jalur Padang-Bukittinggi  akan menghambat lalu lintas hingga delapan menit.

         "Itu baru satu kendaraan, kalau ada 100 kendaraan yang berhenti di rumah makan bisa dibayangkan berapa lama lalu lintas terhambat," katanya.

         Ia mengatakan untuk mencegah kemacetan saat Lebaran sudah menyiapkan jalur jalur khusus dan membangun infrastruktur pendukung.  

    Apalagi dengan selesainya jaringan-jaringan jalan menuju kota Bukittinggi dipastikan banyak pemudik yang menuju ke kota itu, lanjutnya.

         "Oleh sebab itu kami meminta semua kantor pemerintahan yang memiliki halaman dibuka untuk dapat digunakan sebagai lokasi parkir kendaraan, "katanya.

         Ia melihat selama ini badan jalan banyak yang dipakai sebagai lokasi parkir, sementara kantor pemerintah lahannya kosong namun dikunci sehingga tidak dapat dimanfaatkan.

         Sementara pakar  Transportasi Publik Universitas Andalas (Unand) Padang Dr Yossyafra memperkirakan jalan yang akan mengalami kemacetan cukup parah  saat Lebaran adalah jalur Padang menuju Bukittinggi hingga ke Payakumbuh, karena untuk menuju sejumlah daerah lain harus melewati rute itu.

         Untuk itu ia menyarankan pemudik mengambil  jalur alternatif yaitu Padang Solok via Ombilin bagi yang hendak ke Bukittinggi atau Payakumbuh.

         Walaupun ada penambahan jarak namun berdasarkan waktu tempuh jauh lebih pendek karena rute utama Padang Bukittinggi amat padat, katanya.

         Selain itu ia menilai rute alternatif seperti Sicincin Malalak belum sepenuhnya efektif karena pada sejumlah titik masih ada penyempitan. (*)

Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor :
Copyright © ANTARA 2024