Maramis Asid (35) panggilan Bhobo putra Tinggam Nagari Sinuruik Kecamatan Talamau Pasaman Barat akhirnya meraih penghargaan Kalpataru dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Selasa (7/6). Bhobo menjadi orang kedelapan di Sumbar yang meraih penghargaan tertinggi di bidang lingkungan dan menjadi peraih Kalpataru termuda di Indonesia. "Saya tidak menyangka akan memperoleh penghargaan ini karena selama ini kegiatan yang saya lakukan merupakan bentuk kepedulian kepada lingkungan. Saya melakukannya dengan ikhlas demi penyelamatan lingkungan terutama kelestarian hutan,"kata Bhobo kepada antara-sumbar.com, Selasa (7/6) usai menerima penghargaan dari Presiden. Kagiatan yang dilakukan Bhobo di antaranya adalah menanam pohon di lahan kritis dan mengajak semua elemen masyarakat untuk menjaga lingkungan. Bahkan, bhobo tidak segan-sehan melawan aparat dan para pembalak liar yang merusak hutan. Perhatian Bhobo terhadap lingkungan terutama hutan dipicu dengan semakin parahnya kondisi hutan yang ada di Pasbar. Hampir 30 persen atau sekitar 112.600 hektar lebih lahan di Pasbar berada pada kondisi kritis. Dari tujuh Daerah Aliran Sungai yang melewati Kabupaten Pasaman Barat, DAS Batang Pasaman memiliki area lahan kritis terbesar yakni 16.600 hektar lebih yang sebahagiannya berada di Kabupaten Pasaman. DAS ini berada di Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat dengan kerusakan lahan sebagian besar disebabkan oleh pola perladangan berpindah – pindah oleh masyarakat yang berada di sekitar daerah aliran sungai beserta di hulu sungai. Miris melihat kondisi itu, Bhobo merasa prihatin dan tergerak hatinya untuk melakukan tindakan penyelamatan lingkungan sesuai kemampuan yang dimilikinya. Putra Almarhum Asgul Idham dan Rosni ini memiliki prinsip kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungan, jadi lebih baik berbuat sekecil apapun untuk kelestarian lingkungan dari pada hanya bicara tanpa tindakan. Kepedulian terhadap lingkungan ini diwujudkan Bhobo dengan melakukan penghijauan lahan kritis dengan pola Agroforesrty. Kegiatan itu diawali tahun 2000 atas kekhawatiran dengan semakin bertambahnya lahan kritis akibat perladangan berpindah yang dilakukan masyarakat pinggir hutan di kampungnya. Pria kelahiran 30 Maret 1978 ini akhirnya membentuk kelompok masyarakat bernama Kelompok Tani Tinggam Ulu Rajang Bestari. Sebagian besar anggota kelompok ini adalah buta huruf dan sejak tahun 2004 Bhobo mulai memperkenlkan penghijauan dengan pola Agroforestry yakni usaha pertanian tanaman semusim diselingi tanaman konservasi seperti Surian, Mahoni dan komoditi perkebunan seperti karet, kakao dll Tidak mudah untuk merobah pola pikir masyarakat yang terbiasa dengan hasil cepat, namun dengan kesabaran dan contoh langsung, maka lahan kritis yang mencapai ratusan hektar secara berangsur–angsur berhasil diperbaiki dan dihijaukan dengan pola pertanian agroforestry, sehingga menjadi lahan produktif. Istri Bhobo bernama Harpendenita merupakan PNS di Kantor Lingkungan Hidup Kota Padangpanjang, pada tahun 2006 mendirikan organisasi yang berkonsentrasi pada lingkungan dengan nama Lembaga Swadaya Masyarakat Harimau Pogangan For flora Fauna atau LSM HPF3 untuk mempermudah membina petani beserta ormas masyarakat dalam kegiatan penyelamatan lingkungan. Lingkungan tempat tinggal serta jalan yang sering dilalui dalam melakukan aktivitas sehari–hari juga menjadi prioritas penanaman oleh ketua LSM HPF3 ini. Dibantu oleh Karang Taruna Jorong Harapan Tinggam dan melibatkan murid sekolah dasar (SD) jalan lintas Talu–Panti yakni jalan yang setiap hari dilewati Bobo menuju Simpang Empat ibukota Pasaman Barat dilakukan penanaman Torus Jalan agar mendatangakan kesejukan ketika melewatinya. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 6–7 Agustus 2007 dengan menanam pohon Mahoni sebanyak 3000 batang sepanjang 5 km. Karena kegigihan Bhobo dibantu oleh anggota LSM HPF3, Karang Taruna serta pelajar SMP, Tsanawiyah, MAN, SMK dan SMA se kecamatan Talamau akhirnya difokuskan penanaman torus jalan di jalan lingkar Talu sepanjang 8 kilometer dengan menanam bibit pohon mahoni sebanyak 6000 batang, saat ini tanaman mahoni sudah mencapai 1–2 meter. Kecintaan terhadap lingkungan juga mendorong Marmis Asid untuk melakukan kegiatan yang cukup mendatangkan resiko yakni pemberantasan illegal logging yang dibeking oleh oknum aparat. Namun, Marmis Asid menjalin kerjasama dengan tokoh masyarakat setempat dan pemuda yang tergabung dalam karang taruna, kelompok tani serta masyarakat hukum adat, pemerintahan Pasbar melalui satuan polisi pamong praja dan polisi hutan. Sehingga berhasil menangkap pelaku illeggal logging di hutan lindung kinali II pada tanggal 28 September 2007 sebanyak 37 meter kubik kayu jenis Banio dan meranti berhasil diamankan. Sebagai langkah antisipasi dan pemeliharaan hutan lindung di Kecamatan Talamau Pasbar yang sebagian besar merupakan hutan ulayat milik kaum adat tahun 2003 Marmis Asid merangkul tokoh Adat dan dan masyarakat sekitar hutan yang melahirkan kesepakatan untuk menghidupkan kembali kearifan lokal guna mengkonversi lebih 1780 hektar hutan di jorong harapan Tinggam, Nagari Sinuruik, Kecamatan Talamau. Sebagai Kawasan Rimbo Larangan atau hutan larangan yang terletak di taratak Aia Kacang Jorong Harapan Tinggam, Nagari Sinuruik, Kecamatan Talamau dengan plang merek bertuliskan Kawasan Rimbo Larangan. Dalam kawasan rimbo larangan ini terdapat jenis kayu yang sudah berumur ratusan tahun diantaranya Banio, Kruing, Rikia dan lain–lain dengan besar lingkaran enam sampai delapan kali depa orang dewasa Kawasan hutan Rimbo Larangan ini memberikan mafaat yang besar dalam menjaga ketersedian air persawahan masyarakat khususnya di Kecamatan Talamau, umumnya di Kabupaten Pasbar. Sekaligus sebagai salah satu hulu DAS Batang Pasaman sehingga upaya yang dilakukan Bhobo juga mendapat dukungan poenuh dari Masyarakat. Untuk menjaga rimbo larangan dari penjarahan oleh pihak luar, Bhobo membentuk kelompok masyarakat yang diserahi tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan dan pengawasan Rimbo Larangan dengan wadah yang diberi nama Kelompok Usaha Produktif TURI. Hasilnya hutan terjaga dari penjarahan, dan terhindar dari perambahan hutan secara liar. Tidak hanya mengajak masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan, Bobo juga melibatkan masyarakat kelompok tani dan masyarakat ekonomi lemah dalam pembibitan pohon Banio (Sorea Sp) dan Bintangur. Kedua pohon ini merupakan jenis pohon langka yang salah satunya terdapat di hutan Pasbar. Pohon Banio merupakan endemic Flora di Pasbar, sedangakan Bintangur atau Collaphyllum yang tumbuh di hutan Pasbar diindikasikan telah berumur ratusan tahun. Getah Bintangur pernah diuji klinis oleh National Cancer Institute, dan hasilnya senyawa yang terkandung dalam getah bintangur mampu menghadapi keganasan virus/strain HIV-1 Diprediksi tahun–tahun mendatang pembibitan ini akan menjadi lapangan kerja tersendiri, mengingat pohon Banio dan Bintangur sudah disertifikasi sebagai pohon indukan untuk bibit oleh Balai Perbenihan Tanaman Hutan Sumatera di Palembang. Untuk saat ini bibit Banio mencapai 30.000 batang dan Bintangur mencapai 20.000 batang. Selain pembibitan Bintangur dan Banio, Bobo juga memberdayakan masyarakat dengan pembibitan tanaman konservasi lain seperti surian, mahoni, karet yang sampai saat ini telah mencapai 300.000 batang, dengan kesibukan masyarakat membibit sampai merawat, maka berimbas terhadap pemeliharaan pohon indukan dan terjaganya kelestarian Rimbo Larangan. Bhobo juga melakukan pengembangan dan pembudidayaan pohon aren. Bhobo berupaya meningkatkan mutu produk gula aren melalui kemasan, sehingga mampu menembus pasar, memberi pelatihan kepada petani gula aren menjadi gula semut dan dikemas dengan packing yang menarik. Saat ini Bhobo sedang melakukan uji kesehatan untuk mendapatkan 50 sampel dari produksi 100 batang pohon aren, guna dilakukan pelabelan ke Departemen Kesehatan RI. Bobo berupaya menjadikan gula butiran (gula semut) aren sebagai produk unggulan bagi Kabupaten Pasaman Barat. Masyarakat yang diberdayakan melalui pengembangan pohon Aren ini berjumlah 60 KK yang dihimpun dalam wadah Kelompok Uasaha Produktif TURI. Usaha pemeliharaan hutan dan kelestarian lingkungan tidak cukup hanya mengajak orang dewasa melakukan penanaman dan pemeliharaan, tetapi usaha pemeliharaan lingkungan harus ditanamkan sejak usia dini. Untuk menanamkan cinta lingkungan pada generasi muda Marmis Asid melakukan penyuluhan pada murid Sekolah Dasar (SD) hingga SMA di Kecamatan Talamau. Kegiatan penyuluhan juga diikuti dengan penanaman bibit di lahan–lahan kritis dan di torus jalan termasuk lingkungan sekolah. Saat ini Marmis Asid menjadikan SMK Negeri Talu sebagai sekolah percontohan dalam pelestarian keanekaragaman hayati. Sebab, pada waktu lalu Bhobo juga telah memberikan bantuan bibit siap tanam pada SMK seperti bibit pohon Cempaka, Kiara Payung, Mahoni, Bintanggur, sedangakan pohon yang bernilai ekonomis seperti Mangga, Saus, Nangka, Petai, Sukun serta Manggis juga ditanam di sekolah tersebut. Kegiatan penghijauan yang dilakukan Marmis Asid tidak hanya sebatas pada masyarakat luas, tetapi narapidana penghuni Lembaga Pemasyarakatan terbuka Kabupaten Pasaman Barat juga diberdayakan melakukan penanaman agar tumbuh rasa cinta dan kepedulian terhadap alam. Dalam rangka menggalakkan gerakan penghijauan pada bulan Januari 2010 lalu Marmis Asid bekerjasama dengan Balai PDAS Agam Kuantan memberikan bantuan bibit tanaman konservasi sebanyak 25.000 batang terdiri dari bibit matoa, mahoni, surian, karet untuk ditanami di areal lapas seluas 25 Hektar. Semua kegiatan penyelamatan lingkungan yang dilakukan Marmis Asid ini tidak lepas dari kecintaannya terhadap lingkungan karena manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. "Mudah-mudahan penghargaan yang saya terima semakin memotivasi saya untuk lebih peduli pada lingkungan. Kepada semua warga diharapkan benar-benar peduli pada lingkungan karena jika bersahabat dengan lingkungan maka bencana alam bisa dihindari,"kata Bhobo mengakhiri. (*)
Sukses Gerakkan Masyarakat Hijaukan Lingkungan
Maramis Asid panggilan Bhobo (35) saat menerima penghargaan Kalpataru dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara.