Helau!!! Alaaff!! demikian salam Karneval di Jerman. Tahun ini pawai karneval di Braunschweig diadakan pada hari Minggu tanggal 14 Februari 2010 lalu. Karneval Braunschweig adalah karneval terbesar ke 4 di Jerman setelah Koeln, Dueselldorf dan Mainz, serta merupakan karneval terbesar di daerah Jerman Utara.
Pawai karneval tahun ini adalah yang ke 111 kalinya diadakan di Braunschweig. Sedangkan karneval sendiri telah dilaksanakan di Jerman semenjak 700 tahun yang lalu. Pawai karneval pertama diadakan di Jerman di kota Koeln pada tanggal 10 Februari 1827, dimana pada tahun itu telah mendapat sambutan yang meriah dari masyarakat sehingga menjadi tradisi sampai saat ini hampir di setiap kota dan kampung.
Apa sebetulnya yang dimaksudkan dengan karneval di sini?. Karneval adalah 3 hari terakhir sebelum puasa bagi umat Nasrani. Karneval diadakan antara hari Minggu, Senin atau Selasa dan pada hari Rabunya umat Nasrani menjalankan ibadah puasanya selama 6 minggu sampai hari raya Paskah datang.
Selama 6 minggu berpuasa umat Nasrani tidak boleh menikmati makanan manis-manis, makanan mengandung darah (seperti daging, ikan), makanan dan minuman mengandung susu, makanan dan minuman mengandung minyak, makanan dan minuman mengandung alkohol, dan segalanya yang berunsur menikmati seperti pesta, sex, rokok, musik, film dan televisi sepanjang siang dan malam.
Berbeda dengan puasa Ramadan umat Islam dimana puasa dilaksanakan selama siang hari saja selama bulan Ramadan dan setelah matahari terbenam atau malam diperbolehkan menikmati segalanya kembali. Pada bulan puasa itu ummat Nasrani cuma dianjurkan untuk bekerja dan beribadah saja.
Makanya sebelum melaksanakan puasa mereka menikmati segalanya terlebih dahulu dengan pesta dan hura-hura, puncaknya yaitu „Karneval“. Karneval Braunschweig yang disebut „Schoduvel“ yang berarti „menakuti setan atau hantu yang membawa kedinginan dan es serta salju pada musim dingin.
Dengan adanya karneval yang mengenakan pakaian berwarna warni, masker serta musik yang keras, bersama berusaha mengusir hantu dingin ini dari bumi Braunschweig.
Tetapi sekarang karneval diadakan sebagai salah satu tradisi di Jerman dan tidak banyak atau hampir tidak dihubungkan lagi dengan keyakinan Nasrani. Begitu banyak masyarakat Jerman yang tidak tau makna sebenarnya dari karneval, cuma mengetahui bahwa setiap tahun di sekitar bulan Februari selalu ada pawai karneval.
Setiap tahunnya toko-toko memajang dan menjual perlengkapan karneval yang secara tidak langsung akan membuat masyarakat tidak sabar menunggu datangnya pawai dan pesta karneval. Setiap kota dan kampung demam karneval, bahkan di sekolah-sekolah diadakan pesta karneval atau Fasching.
Dalam pawai dan pesta karneval, hampir setiap orang tua, muda, besar, kecil, pejabat,pekerja dan sebagainya baik yang ikut pawai atau sebagai penonton akan memakai pakaian dan kostum karneval yang berwarna-warni serta hiasan yang beragam. Para pengikut pawai akan menebar permen (bon-bon atau kamelle), mainan, dan/atau makanan kepada penonton sambil berteriak „Helau…..!!“ atau „Alaaff!!“ sebagai tanda bersama menikmati sebelum berpuasa. „Brunschwiek helau !!....Brunschwiek helau !!....demikian teriakan karneval di Braunschweig.
Hampir 100.000 penonton memenuhi kota Braunschweig untuk menyaksikan pawai karneval di Braunschweig, mereka datang dari berbagai penjuru Jerman khususnya di belahan utara dan bahkan juga ada penonton dari luar negeri. Tahun ini penonton memang jauh berkurang dari tahun sebelumnya sekitar 250.000 orang.
Hal ini dikarenakan cuaca yang begitu dingin, sekitar minus 8°C dan bersalju untuk berdiri lama menyaksikan pawai akbar kota singa ini. Banyak penonton yang memilih menyaksikan siaran langsung didepan televisi tanpa harus menahan rasa dingin yang mencekam.
Dalam rangka memeriahkan hubungan „Sister City ke 50“ antara kota Bandung (Indonesia) dengan Braunschweig (Jerman), DIG (Deutsch Indonesische Gesellschaft/Perkumpulan Indonesia Jerman), Konsulat Jenderal RI Hamburg dan kota Braunschweig bekerja sama untuk berpartisipasi dalam pawai karneval ke 111.
Indonesia dengan menampilkan „Reog Ponorogo, beca, gamelan dan pakaian adat Indonesia khususnya dari Bandung/Jawa Barat, Padang dan Bali sebagai awal program untuk memeriahkan sister city pertama dan tertua di Asia dan Eropa yang terbentuk pada tanggal 24 Mai 1960. Prasasti kerja sama antar kedua sister city ini diterima dan ditanda tangani oleh wali kota Bandung pada tanggal 6 Juni 1960. Acara puncak peringatan ini direncanakan pada tanggal 5,6 dan 12 Juni di Braunschweig.
Keikut sertaan team Indonesia pertama kalinya dengan nomor 259 ternyata telah membuahkan hasil yang gemilang, dari sekitar 300 peserta karneval, Indonesia menjadi pusat perhatian penonton di sepanjang jalan sejauh 6,5 km dan bahkan berhasil meraih juara pertama.
Suasana karneval sangat terasa di Braunschweig, walaupun kota itu masih diselimuti es dan salju semenjak lebih dari 2 bulan. Petugas kebersihan kota terpaksa sepanjang malam sampai pagi hari sebelum jam 10.00 membersihkan jalan yang akan dilalui pawai dan trotoir tempat berdiri penonton di sepanjang jalan 6,5 km dibebas paksakan dari lapisan es dan salju.
Parade karneval dimulai pada jam 12.45 dan berakhir jam 18.00 yang disiarkan langsung oleh stasiun televisi terbesar pemerintah di Jerman Utara NDR dan beberapa stasiun televisi swasta besar di Jerman seperti Sat 1, RTL, Pro 7, NTV dan TV 38.
Team Indonesia yang menampilkan mobil dan trailer yang dihiasi bendera Indonesia, Jerman dan payung Bali disorot khusus selama beberapa menit dengan membawa motto „ 50 Jahre Staedtischepartnerschaft Braunschweig Braunschweig/ 50 tahun hubungan kota kembar Braunschweig Bandung“. Dengan musik gamelan Indonesia telah banyak membuat penonton bergoyang dijalanan dan semakin dikenal di Manca Negara. ***
Pakaian Adat Minang Tampil di Karneval Braunschweig
Pakaian adat daerah termasuk adat Minang ditampilkan di Karneval Braunschweig