Meski telah memasuki usia senja, ternyata tidak menghalangi seseorang untuk berbuat yang terbaik dan menuai standar pendapatan yang maksimal. Adalah Nurhasan, pria kelahiran 75 tahun silam itu, kini mampu mengantongi uang minimal Rp2,5 juta juta sebulan. Apa sebenarnya pekerjaan Nurhasan? Setelah ‘bersitungkin’ semenjak tahun 2004 lalu, dengan memanfaatkan tanah seluas dua hektar yang diisi dengan 1.500 batang bibit kakao kala itu, kini Nurhasan memetik hasil yang sangat menggiurkan. Tanahnya yang berlokasi di kawasan Desa Kumbayau Kecamatan Talawi itu, menurut Nurhasan ketika ditemui antara-sumbar.com, menganggur sudah puluhan tahun. Selain tidak berisi tanaman produktif, lahan tersebut dipenuhi dengan tanaman liar. Di awal tahun 2004, Nurhasan sempat terpanggil untuk mengaktifkan lahannya tersebut, seiring dengan diluncurkannya program penanaman kakao di Sawahlunto. Nurhasan pun langsung ambil ancang-ancang. Lahan yang tersia-siakan itu pun langsung diolah, dengan mengeluarkan beberapa juta rupiah, dua hektar lahan milik Nurhasan pun bebas dari tanaman liar. Ketika bibit kakao dibagian pemerintah, lahan Nurhasan pun berubah menjadi kebun kakao. “Bahaso awaknyo kopi coklat. Tapi, sabalumnyo ambo kurang yakin akan menghasilkan kopi coklat sabanyak iko dalam sabulan,” ujar Nurhasan sambil tersenyum. Dalam menapaki perkebunan kakao atau kopi coklat itu, perjuangan Nurhasan memang tidak semudah membalik telapak tangan. Wajar saja, kalau saat ini Nurhasan mendapatkan imbal balik yang terbilang besar. Ketika pagi tiba, usai Shalat Subuh, Nurhasan mulai mempersiapkan diri, dengan berbekal cangkul dan parang serta sabit, Nurhasan langsung melangkahkan kakinya menuju kebun yang berjarak sekitar tiga kilometer dari kediamannya. Sampai di kebun, secara berangsur dengan tubuh kurusnya Nurhasan membersihkan bagian daun dan rumput-rumput yang menutupi bagian batang bawah kakao miliknya. Hal itu, menurut Nurhasan berjalan hingga usia kakao berumur empat tahun. Memasuki tahun kelima, kakao mulai menunjukan perkembangannya. Batang yang tumbuh mencapai empat cabang itu, mulai dipenuhi dengan bunga-bunga, cikal bakal buah kakao. Pertama kali berbuah, Nurhasan mengaku menuai penjualan lima ratus ribu rupiah, hal itu dikarenakan buah kakao perdana yang belum maksimal. Namun, dalam satu tahun belakangan, kantong Nurhasan semakin tebal. Sebab, setidaknya dalam satu bulan, Nurhasan mampu memetik kakao dengan berat bersih hingga 120 kilogram. Bayangkan saja, untuk satu kilogram kakao kering Nurhasan dihargai mencapai Rp22 ribu. Sebab, selain mutunya bagus Nurhasan memang peduli dengan kualitas kakao yang ia jual. Setidaknya dalam satu bulan, Nurhasan mampu mengantongi Rp2,5 juta. Kantong Nurhasan akan semakin tebal, ketika musim panen raya datang dimana buah kakao bisa meningkat hingga tiga kali lipat. Biasanya panen raya kakao akan terjadi tiga kali dalam setahun. Jadi wajar saja, Nurhasan sempat disebut-sebut Walikota Sawahlunto, Amran Nur, sebagai Haji Kakao. Sebab, Nurhasan memang membiayai sebagian ongkos hajinya dengan penghasilan yang didapatkan dari panen kakao. “Ambo ingin baliak ka tanah suci dengan hasil buah kopi coklat murni. Ambo yakin dalam babarapo tahun ka muko akan bisa,” ujar Nurhasan. Selain mendapatkan penghasilan yang cukup mensejahterahkan dirinya dan keluarga, Nurhasan dalam membiayai operasional kebunnya memang tidak pernah kehilangan akal. Daun kakao yang begitu rindang juga dimanfaatkan Nurhasan untuk bahan pemupukan. Ketika daun kakao mulai rindang, dengan cepat Nurhasan memetiknya dan langsung diletakkan di bagian batang pangkal kakaonya. Dalam tempo satu hingga dua minggu, daun kakao tadi secara otomatis telah berubah menjadi pupuk organik, yang kembali diserap pohon kakao sebagai gizi dan pertumbuhannya. Di sisi lain, Nurhasan si Haji Kakao juga memanfaatkan kulit buah kakao menjadi makanan tambahan bagi beberapa ekor sapinya, yang parkir tidak jauh dari kebun tersebut. (*/wij)

Pewarta : Fadilla Jusman
Editor :
Copyright © ANTARA 2024