Manusia takut sama harimau bukan karena taringnya, kukunya, atau suaranya. Tapi takut karena harimau itu masih punya nyawa (ruh). Buktinya di kebun binatang ada harimau yang sudah mati (diawetkan), anak kecil-pun berani memegang taring dan kukunya yang tajam. Harimau itu tidak mampu lagi berbuat atau bertindak karena ruhnya sudah berpisah dengan badannya (mati).
Begitulah halnya dengan Islam, mati jika dakwah tidak menghidupinya. Antara Islam dan dakwah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak mungkin terpisahkan. Islam ibarat tubuh dan dakwah sebagai ruhnya. Jika dakwah sudah berhenti, maka Islam akan kehilangan arah dan akan mengakibatkan Islam itu lemah dan tidak punya kekuatan.
Dalam keadaan seperti inilah, dikhawatirkan orang munafik atau orang non-Islam akan menyebarkan virus ganas yang merusak akidah umat Islam itu sendiri. Sedangkan proses dakwah masih berjalan, banyak terjadi penyelewengan -penyelewengan atau penyimpangan akidah. Buktinya, banyak muncul aliran-aliran yang tidak jelas kebenarannya, meskipun mereka mengakui bahwa aliran mereka-lah yang benar.
Akhirnya sebagian umat Islam bingung, tidak mengerti mana sesungguhnya Islam yang sebenarnya. Ini menunjukkan betapa pentingnya dakwah dalam Islam, agar Islam tidak dipermainkan orang munafik atau non-Islam.
Ketika Rasulullah Saw diajak dan dirayu kafir Qurays agar menghentikan dakwahnya. Jika mau menghentikannya maka akan diberi imbalan berupa harta, tahta (jabatan), atau wanita sesuai dengan keinginannya. Namun tawaran itu ditolak oleh Rasulullah Saw dengan komitmen; “Walaupun matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, dakwah tidak akan kuhentikan”.
Berkat dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw beserta para sahabatnya, kemudian dilanjutkan oleh generasi sesudahnya membuahkan hasil. Buktinya, dalam waktu yang relatif singkat Islam tersebar dan berkembang ke seluruh penjuru dunia, mulai dari timur sampai barat. Bahkan Islam pernah memegang kekuasaan negara adidaya (super power).
Melihat fenomena ini, dapat dipahami bahwa Islam itu kuat dan jaya karena proses dakwah masih berjalan sesuai dengan yang semestinya. Kemudian umat Islam masih berpegang teguh pada al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Saw. Tentunya, tugas selanjutnya adalah menjaga dan melaksanakan apa yang diwariskan oleh Rasulullah Saw, yaitu masih tetap melanjutkan dakwahnya.
Dalam al-Qur’an dijelaskan oleh Allah Swt, “Dan hendaklah ada segolongan umat di antara kamu yang meyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang yang beruntung” (QS. Ali Imran: 104). Ayat ini menjelaskan bahwa dakwah merupakan tugas moral kolektif yang harus dilaksanakan. Dakwah memang tugas yang sangat berat. Namun Allah telah menjanjikan bagi orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar (dakwah) akan mendapatkan keberuntungan. Karena telah menyelamatkan orang lain yang terombang-ambing dari gelombang kemaksiatan dan kemunkaran.
Perlu untuk diketahui bahwa hakikat dakwah adalah segala daya upaya untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar kepada orang lain dalam segala lapangan kehidupan manusia demi kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Berarti dakwah itu tidak hanya sebatas aspek keagamaan saja, melainkan harus meliputi berbagai macam aspek, baik aspek ekonomi, budaya, sosial kemasyarakatan maupun politik. Karena masyarakat yang akan menerima materi dakwah terdiri dari berbagi macam stratifikasi sosial.
Justru itu, agar dakwah tidak salah sasaran, perlu adanya kerja sama antar komunitas umat Islam. Dengan adanya kerja sama, maka dakwah akan bisa dikemas sesuai dengan kebutuhan dan permintaan umat (dakwah on demand). Tindakan semacam ini bertujuan agar dakwah yang dilakukan tidak mandul. Karena tidak mustahil pelaksanaan dakwah akan mandul disebabkan tidak adanya kerja sama. Jelaslah, kebersamaan merupakan kunci keberhasilan dakwah. Semoga ruh Islam masih tetap hidup, kuat dan jaya berkat adanya dakwah. Wallahu a’lam.
Penulis adalah Pengurus FKRM&M KPIK
Kec. Koto Tangah Kota Padang