Aminuddin juga memperkenalkan slogan baru yang menggambarkan arah pembangunan kota, yaitu Bersolek (Bersih, Elok, Ramah, Sehjahtera, Organik, Lestari, Eduukatif dan Kreatif).
Lurah Mangunharjo Hari menjelaskan tradisi Belah Jimat bukan sekadar acara seremonial, melainkan media edukasi sejarah bagi generasi muda.
“Belah Jimat Mangunharjo itu memberikan wawasan pada generasi muda tentang sejarah berdirinya Kelurahan Mangunharjo dan mempromosikan potensi seni, budaya serta menggerakkan sektor perekonomian dengan melibatkan UMKM,” katanya.
Rangkaian Belah Jimat dimulai sejak Jumat (27/6), diawali dengan ziarah kubur ke kepala Desa Mangunharjo yang pertama sampai yang kelima, di mana waktu itu Mangunharjo masih berstatus desa.
Pada hari yang sama, juga digelar istighatsah dan jamasan Kentongan Lembu Suro yang dibuat oleh kepala desa kedua pada 1918.
Puncak acaranya dilaksanakan arak-arakan Kentongan Lembu Suro yang diikuti oleh seluruh RW se-Kelurahan Mangunharjo pada Minggu.
