Pemkab Pasaman Barat ikuti ekspos penanganan stunting
Simpang Empat,- (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pasaman Barat, Sumatera Barat (Sumbar), mengikuti ekspos pendampingan percepatan penanganan penurunan stunting dari Tanoto Foundation dan Yayasan Cipta secara daring pada Kamis.
Wakil Bupati Pasaman Barat Risnawanto di Simpang Empat, Kamis, mengatakan pendampingan oleh Tanoto Foundation dan Yayasan Cipta merupakan terakhir pada tahun 2024 ini.
"Pelatihan atau project expose ini dilakukan bersama tujuh kabupaten di Indonesia, termasuk Pasaman Barat," katanya.
Tujuh kabupaten di Indonesia yang mendapat pendampingan dari Tanoto Foundation tersebut yaitu Lombok Barat, Lombok Utara, Rokan Hulu, Kutai Kertanegara, Pandeglang, Garut, dan Pasaman Barat.
Menurutnya, praktik yang sudah dilakukan Pemkab Pasaman Barat dalam menekan angka stunting berupa peran dan kolaborasi sektor swasta.
"Pelibatan perusahaan dengan dana CSR untuk percepatan penurunan stunting melalui program berkolaborasi bersama perusahaan dan intervensi gizi sensitif terpadu," ujarnya.
Dengan pendampingan Tanoto foundation dan Yayasan Cipta, kata dia, pelibatan tokoh kunci masyarakat dapat dilakukan mulai dari tokoh lintas agama dan tokoh lintas budaya dalam upaya komunikasi perubahan perilaku dapat dilaksanakan dengan baik.
"Tokoh lintas agama dan tokoh lintas budaya diharapkan dapat menyampaikan terkait pentingnya mengatasi stunting karena para tokoh kunci pasti lebih didengarkan oleh warga," katanya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bappelitbangda Pasaman Barat Ikhwanri mengatakan pendampingan oleh Tanoto Foundation dan Yayasan Cipta sudah berlangsung sejak tahun 2021 hingga saat ini.
"Kami berharap kerja sama ini akan berlanjut pada 2025 dalam upaya perubahan pelaku masyarakat mengenai stunting," harapnya.
Pihaknya pada 2025 juga menyiapkan anggaran Rp69.605.457.441 untuk penanganan stunting
Dia mengatakan anggaran yang disiapkan itu akan ditempatkan pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD), seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Anak Perempuan, Dinas Perumahan dan Pemukiman, serta dinas lainnya.
Menurut dia, pihaknya telah berhasil menurunkan angka stunting dari 35,5 persen pada 2023 menjadi 29,7 persen pada 2024.
"Dengan kerja sama semua lintas sektor angka prevelensi stunting berhasil turun. Dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2024, angka prevalensi Pasaman Barat berada pada angka 29,7 persen," katanya.
Adapun upaya yang dilakukan, kata dia, adalah dengan intervensi sensitif dan intervensi spesifik.
Intervensi sensitif tu adalah intervensi secara fisik seperti penyediaan air minum layak, sanitasi layak, rumah layak huni, sumber penerangan listrik, memasak dengan gas.
"Penyediaan ini telah berjalan di 11 kecamatan yang ada oleh lintas OPD, seperti Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR), Dinas Perumahan dan Pemukiman (Perkim) dan dana dari Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan kelapa sawit," katanya.
Selain itu juga melakukan intervensi spesifik terkait gizi dan kesehatan mulai dari kandungan, lahir, dan bayi hingga usia 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Pihaknya juga telah menganggarkan Rp71 miliar untuk terus menekan angka stunting pada 2024.
Wakil Bupati Pasaman Barat Risnawanto di Simpang Empat, Kamis, mengatakan pendampingan oleh Tanoto Foundation dan Yayasan Cipta merupakan terakhir pada tahun 2024 ini.
"Pelatihan atau project expose ini dilakukan bersama tujuh kabupaten di Indonesia, termasuk Pasaman Barat," katanya.
Tujuh kabupaten di Indonesia yang mendapat pendampingan dari Tanoto Foundation tersebut yaitu Lombok Barat, Lombok Utara, Rokan Hulu, Kutai Kertanegara, Pandeglang, Garut, dan Pasaman Barat.
Menurutnya, praktik yang sudah dilakukan Pemkab Pasaman Barat dalam menekan angka stunting berupa peran dan kolaborasi sektor swasta.
"Pelibatan perusahaan dengan dana CSR untuk percepatan penurunan stunting melalui program berkolaborasi bersama perusahaan dan intervensi gizi sensitif terpadu," ujarnya.
Dengan pendampingan Tanoto foundation dan Yayasan Cipta, kata dia, pelibatan tokoh kunci masyarakat dapat dilakukan mulai dari tokoh lintas agama dan tokoh lintas budaya dalam upaya komunikasi perubahan perilaku dapat dilaksanakan dengan baik.
"Tokoh lintas agama dan tokoh lintas budaya diharapkan dapat menyampaikan terkait pentingnya mengatasi stunting karena para tokoh kunci pasti lebih didengarkan oleh warga," katanya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bappelitbangda Pasaman Barat Ikhwanri mengatakan pendampingan oleh Tanoto Foundation dan Yayasan Cipta sudah berlangsung sejak tahun 2021 hingga saat ini.
"Kami berharap kerja sama ini akan berlanjut pada 2025 dalam upaya perubahan pelaku masyarakat mengenai stunting," harapnya.
Pihaknya pada 2025 juga menyiapkan anggaran Rp69.605.457.441 untuk penanganan stunting
Dia mengatakan anggaran yang disiapkan itu akan ditempatkan pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD), seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Anak Perempuan, Dinas Perumahan dan Pemukiman, serta dinas lainnya.
Menurut dia, pihaknya telah berhasil menurunkan angka stunting dari 35,5 persen pada 2023 menjadi 29,7 persen pada 2024.
"Dengan kerja sama semua lintas sektor angka prevelensi stunting berhasil turun. Dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2024, angka prevalensi Pasaman Barat berada pada angka 29,7 persen," katanya.
Adapun upaya yang dilakukan, kata dia, adalah dengan intervensi sensitif dan intervensi spesifik.
Intervensi sensitif tu adalah intervensi secara fisik seperti penyediaan air minum layak, sanitasi layak, rumah layak huni, sumber penerangan listrik, memasak dengan gas.
"Penyediaan ini telah berjalan di 11 kecamatan yang ada oleh lintas OPD, seperti Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR), Dinas Perumahan dan Pemukiman (Perkim) dan dana dari Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan kelapa sawit," katanya.
Selain itu juga melakukan intervensi spesifik terkait gizi dan kesehatan mulai dari kandungan, lahir, dan bayi hingga usia 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Pihaknya juga telah menganggarkan Rp71 miliar untuk terus menekan angka stunting pada 2024.