Dokter beri tips kurangi konsumsi gula pada anak guna cegah kecanduan
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak Siska Mayasari Lubis menjelaskan sejumlah langkah untuk mengurangi asupan gula tambahan, dimulai dari mengurangi konsumsi gula secara bertahap, guna mencegah kecanduan yang dapat berdampak pada kesehatan.
Dalam siaran oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di Jakarta Selasa, Siska mengatakan, jika konsumsi gula dihentikan serta merta, maka anak akan menolak. Pengurangan tersebut, katanya, dimulai dengan membatasi makanan manis yang diproses, dan mengurangi gula tambahan secara perlahan untuk menyesuaikan dengan selera makan anak.
"Kemudian mencari alternatif. Misalnya teh herbal atau susu tanpa pemanis, dorong konsumsi air putih sebagai minuman utama, dan dapat ditambahkan dengan irisan lemon atau buah kalau ingin lebih berasa," katanya.
Dokter itu juga menyebut pentingnya melibatkan anak melalui edukasi, misalnya dengan mengajak anak memasak atau memilih makanan sehat bersama, lalu memberitahu tentang dampak buruk makanan dan minuman manis dengan bahasa yang mudah dimengerti anak, sehingga anak lambat laun mengerti dan mau mengurangi konsumsi gula atas kesadaran sendiri.
Dia menyebutkan, batas maksimal asupan gula tambahan adalah di bawah 10 persen dari total asupan energi, dan lebih baik lagi apabila di bawah lima persen. Adapun gula tambahan, katanya, adalah gula yang ditambahkan ke makanan dan minuman selama proses produksinya untuk memberikan rasa manis.
Ketika anak mengonsumsi gula, kata Siska, gula darah meningkat dengan cepat, disertai dengan pelepasan hormon insulin dan dopamin, sehingga gula darah akan menurun dengan cepat.
"Ketika gula darah menurun dengan cepat, ini akan memunculkan lagi rasa ingin minum lagi, nafsu makan menjadi tidak terkontrol, dan keinginan untuk mendapatkan atau minum dari gula yang berlebih," katanya.
Paparan yang berulang-ulang dan dalam konsentrasi yang berlebih, ujarnya, akan menyebabkan perilaku ketergantungan dan mengurangi kemampuan regulasi pada anak.
"Kecanduan gula ini dapat menunjukkan perilaku yang mirip dengan kecanduan zat. Seperti kita jadi memakan berlebihan, kemudian ada gejala putus zat dan ingin makan lagi atau ingin minum lagi, dan adanya keinginan yang kuat untuk mendapatkan makanan ataupun minuman yang manis tersebut," kata Siska.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dokter beri tips kurangi konsumsi gula pada anak guna cegah kecanduan
Dalam siaran oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di Jakarta Selasa, Siska mengatakan, jika konsumsi gula dihentikan serta merta, maka anak akan menolak. Pengurangan tersebut, katanya, dimulai dengan membatasi makanan manis yang diproses, dan mengurangi gula tambahan secara perlahan untuk menyesuaikan dengan selera makan anak.
"Kemudian mencari alternatif. Misalnya teh herbal atau susu tanpa pemanis, dorong konsumsi air putih sebagai minuman utama, dan dapat ditambahkan dengan irisan lemon atau buah kalau ingin lebih berasa," katanya.
Dokter itu juga menyebut pentingnya melibatkan anak melalui edukasi, misalnya dengan mengajak anak memasak atau memilih makanan sehat bersama, lalu memberitahu tentang dampak buruk makanan dan minuman manis dengan bahasa yang mudah dimengerti anak, sehingga anak lambat laun mengerti dan mau mengurangi konsumsi gula atas kesadaran sendiri.
Dia menyebutkan, batas maksimal asupan gula tambahan adalah di bawah 10 persen dari total asupan energi, dan lebih baik lagi apabila di bawah lima persen. Adapun gula tambahan, katanya, adalah gula yang ditambahkan ke makanan dan minuman selama proses produksinya untuk memberikan rasa manis.
Ketika anak mengonsumsi gula, kata Siska, gula darah meningkat dengan cepat, disertai dengan pelepasan hormon insulin dan dopamin, sehingga gula darah akan menurun dengan cepat.
"Ketika gula darah menurun dengan cepat, ini akan memunculkan lagi rasa ingin minum lagi, nafsu makan menjadi tidak terkontrol, dan keinginan untuk mendapatkan atau minum dari gula yang berlebih," katanya.
Paparan yang berulang-ulang dan dalam konsentrasi yang berlebih, ujarnya, akan menyebabkan perilaku ketergantungan dan mengurangi kemampuan regulasi pada anak.
"Kecanduan gula ini dapat menunjukkan perilaku yang mirip dengan kecanduan zat. Seperti kita jadi memakan berlebihan, kemudian ada gejala putus zat dan ingin makan lagi atau ingin minum lagi, dan adanya keinginan yang kuat untuk mendapatkan makanan ataupun minuman yang manis tersebut," kata Siska.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dokter beri tips kurangi konsumsi gula pada anak guna cegah kecanduan