Padang (ANTARA) - Universitas Andalas menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tertinggi keenam skor Science and Technology Intex (SINTA) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan raihan skor mencapai 618.228 dalam tiga tahun terakhir sedangkan SINTA Score Overall 1.245.659.
Skor SINTA merupakan salah satu indikator kinerja publikasi ilmiah di Indonesia yang digunakan oleh Kemendikbudristek. Skor ini juga dikembangkan untuk monitoring dan evaluasi publikasi ilmiah di Indonesia. Portal tersebut berisi pengukuran kinerja ilmu pengetahuan dan teknologi yang meliputi kinerja peneliti, penulis, kinerja jurnal, dan kinerja dari institusi iptek di bawah Kemendikbudristek.
Adapun pemeringkatan SINTA dinilai berdasarkan berbagai aspek seperti publikasi, penelitian, pengabdian masyarakat, IPR (hak cipta), buku, dan network. Dikutip dari laman https://sinta.kemdikbud.go.id/ yang diakses pada Rabu (17/1) Universitas Andalas tercatat di posisi keenam dengan skor Sinta dalam tiga tahun mencapai 618.228 sedangkan SINTA Score Overall 1.245.659 dengan jumlah penulis 1.553 penulis.
Sementara itu, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas Prof. Techn. Marzuki, M.Sc Eng mensyukuri capaian ini.
"Ini semua merupakan capaian kita bersama, mulai dari dosen sebagai peneliti, tenaga kependidikan yang membantu administrasi penelitian, serta pimpinan mulai Rektor hingga Kaprodi," ujarnya.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor Prof. Yuliandri dan Ketua LPPM Dr. Ing Uyung Gatot periode periode sebelumnya yang telah melakukan usaha-usaha kreativ termasuk penyediaan untuk mendorong meningkatnya luaran riset Universitas Andalas.
Prof. Marzuki mengungkapkan peringkat ini sangat dinamis, karena semua Perguruan Tinggi akan mengentrikan datanya ke Sinta.
"Walaupun akan terjadi pergeseran, harapan kita Universitas Andalas bisa tetap bertahan dalam peringkat sepuluh (10) besar," sambungnya.
Untuk tahun 2024, kata dia, akan mendorong semakin meningkatnya atmosfer riset di Departemen. "Selain peningkatan jumlah proposal riset, LPPM juga akan melakukan kegiatan pendampingan penulisan artikel untuk diterbitkan di jurnal internasional secara bergantian di setiap fakultas," tambahnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bagi dosen yang tidak mendapatkan pendanaan riset atau pendanaan riset melarang publikasi seperti dari BRIN, maka LPPM akan memberikan bantuan biaya APC untuk publikasi.
"Harapannya, jumlah publikasi kita dan luaran riset lainnya dapat meningkat secara eksponensial," ujar dia.