Parik Malintang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat mengungkapkan banyak peternak di daerah itu yang menggunakan obat tradisional untuk mengobati ternak yang terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) akibat keterbatasan obat yang dimiliki daerah itu.
"Sebenarnya sebelum PMK mewabah kami memiliki stok obat untuk penyakit ternak, setelah ada kasus obat itu sudah dipakai dan itu gratis. Namun karena tingginya kasus PMK di Padang Pariaman obat itu sudah habis," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertenakan dan Kesehatan Hewan Padang Pariaman Zulkhailisman di Parik Malintang, Kamis.
Ia mengatakan pihaknya mendapatkan informasi pengadaan obat dari pemerintah provinsi melalui dana APBN sebanyak 30 ribu dosis namun belum dibagi dan pihaknya belum mengetahui berapa kuota untuk daerah itu.
Ia menyampaikan karena obat untuk penyakit sesuai gejala yang dialami ternak pada PMK belum tersedia maka banyak peternak di daerah itu menggunakan obat tradisional khususnya untuk meningkatkan stamina dan penurun panas.
"Yang mereka berikan telur, air gula aren dan jenis lainnya untuk meningkatkan stamina dan imun tubuh," katanya.
Selain itu, lanjutnya peternak di daerah itu juga memberikan racikan obat penurun panas. Menurutnya obat tradisional tersebut bisa diberikan kepada ternak selama ramuan itu tidak membahayakan tubuh ternak.
"Setelah diberikan oleh peternak banyak ternak yang sembuh, atau tidak ada laporan kematian ternak yang signifikan karena PMK di Padang Pariaman," ujarnya.
Ia menyebutkan hingga Rabu (20/7) ternak yang terjangkit PMK di daerah itu mencapai 1.966 ekor yang terdiri dari 1.650 ekor sapi, 314 ekor kerbau dan dua kambing. 339 dari ternak yang terjangkit PMK tersebut telah sembuh sedangkan sembilan di antaranya dipotong paksa dan delapan ekor mati.
Sementara itu salah seorang peternak sapi di Kecamatan Sungai Geringging Zainidar mengatakan meskipun ternaknya tidak terjangkit PMK namun ia tetap memberikan obat tradisional guna meningkatkan kekebalan tubuh ternaknya sebagai langkah antisipasi.
Ia menyampaikan dirinya terpaksa memberikan obat tradisional karena tidak adanya obat serta nagarinya tidak menjadi daerah prioritas mendapatkan vaksin PMK sebab sudah ada ternak lainnya di daerah itu yang terjangkit PMK.
"Terpaksa kerja lebih ekstra, harus menghancurkan bahan-bahannya dan merebus. Tapi tidak apa-apa asal ternak saya sehat," tambahnya.