Harga kedelai naik dua kali lipat, pengusaha tempe di Baturaja kurangi ukuran cegah kerugian

id Pengusaha tempe, lonjakan kedelai impor, omzet penjualan, daya beli masyarakat, Kota Baturaja

Harga kedelai naik dua kali lipat, pengusaha tempe di Baturaja kurangi ukuran cegah kerugian

Salah seorang pekerja di tempat Hamdani, sedang mencuci kedelai impor yang dijadikan bahan baku utama untuk membuat tempe, Rabu. (ANTARA/Edo Purmana/22)

Baturaja (ANTARA) - Pengusaha tempe di Kota Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan keluhkan lonjakan harga kedelai impor yang saat ini di kisaran Rp13.000 per kilogram atau naik dua kali lipat dari sebelumnya.

"Tentu sangat memberatkan kami sebagai produsen karena kedelai impor merupakan bahan baku utama untuk membuat tempe dengan kualitas baik," kata Hamdani, salah seorang pengusaha tempe di Baturaja, Ogan Komering Ulu (OKU), Rabu.

Menurut dia, kenaikan harga kedelai itu terjadi sejak awal tahun lalu dan pihaknya sendiri terpaksa mensiasatinya agar tidak merugi.

Sebab, kata dia, dengan kondisi pandemi COVID-19 seperti sekarang ini menaikan harga tempe di pasaran dikhawatirkan akan semakin menurunkan daya beli masyarakat.

Oleh sebab itu sebagian besar perajin tempe di daerah itu menyiasati dengan mengurangi ukuran dan ketebalan tempe tanpa menaikan harga jual di pasaran yaitu masih di kisaran Rp5.000 hingga Rp10.000 per batang.

Hamdani berharap pemerintah segera mencarikan solusi guna menurunkan harga kedelai impor sehingga omzet penjualan kembali normal.

"Sekarang ini daya beli masyarakat merosot tajam. Sebelumnya saya bisa menjual tempe sebanyak 350 kilogram per hari. Sekarang paling laku 75 Kg," ungkapnya.