Jakarta (ANTARA) - Beberapa perusahaan otomotif global, termasuk Volkswagen, Renault dan beberapa pabrikan Jepang dapat memberikan tekanan kepada Rusia menyusul invasi ke Ukraina.
Dikutip dari Reuters, Minggu, Amerika Serikat mengumumkan pembatasan ekspor besar-besaran terhadap Rusia. Hal itu juga memicu sejumlah perusahaan global untuk mempertimbangkan bahkan mengubah rencana bisnis mereka di Rusia. Berikut ulasannya sebagaimana diwartakan Reuters:
Renault
Produsen mobil Prancis, Renault menghasilkan 8 persen dari pendapatan intinya di Rusia, menurut laporan Citibank. Mereka juga memiliki 69 persen saham di perusahaan patungan Rusia Avtovaz yang menaungi merek mobil Lada dan menjual lebih dari 90 persen produksi mobil untuk pasar domestik Rusia.
Renault Prancis mengatakan akan menangguhkan operasional di pabrik perakitan mobil di Rusia pada pekan depan karena masalah suku cadang yang disebabkan kontrol perbatasan yang lebih ketat imbas invasi itu.
Volkswagen
Produsen mobil Jerman Volkswagen punya dua pabrik yang memperkerjakan 4.000 karyawan di Rusia. Pusat manufaktur itu mampu memproduksi 170.000 mobil di Rusia pada 2021.
Mitsubishi
Mitsubishi memiliki 141 jaringan diler di Rusia. Mereka juga memiliki saham di beberapa proyek pengembangan gas dan minyak Sakhalin II untuk menyuplai gas alam cair (LNG), batu bara, aluminium, nikel, batu bara, metanol, plastik dan bahan lainnya ke Jepang.
Toyota
Selain memiliki kantor pusat penjualan di Moskow, Toyota punya pabrik yang memproduksi Camry dan RAV4 di Saint Petersburg yang memperkerjakan 2.600 karyawan, termasuk warga Jepang.
Rolls-Royce
Pembuat mesin pesawat asal Inggris mengatakan 20 persen material titanium yang digunakan untuk pembuatan mesin jet berasal dari Rusia.
BP
Perusahaan minyak asal Inggris BP adalah investor asing terbesar di Rusia dengan kepemilikan 19,75 persen saham di perusahaan minyak nasional Rosneft. BP juga memegang saham di beberapa proyek minyak dan gas lainnya di Rusia.
Shell
Perusahaan minyak Shell memiliki 27,5 persen dari proyek gas alam cair Sakhali-2, yang memiliki kapasitas tahunan 10,9 juta ton dan dioperasikan oleh Gazprom Rusia.