Padang (ANTARA) - Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Nasyith Majidi mengatakan pada tahun 2021, total penghimpunan dari donasi kebaikan meningkat hampir 20 persen meskipun masih di tengah pandemi COVID-19.
"Pandemi masih menjadi momok kemiskinan. Maka terpikir orang enggan berdonasi, bahkan saling menolong. Namun hal tersebut berbanding terbalik di Dompet Dhuafa," ucapnya melalui rilis yang diterima di Padang, Kamis.
Sementara Direktur Business Operation Support Prima Hadi Putra mengatakan dalam mengelola Dompet Dhuafa mempunyai tantangan yang terus dihadapi.
Ia mengatakan melakukan transformasi adalah tantangan yang dihadapi dalam tiga hal besar, yakni SDM, proses dalam pembaharuan, dan membawa teknologi yang tepat guna ke dalam Dompet Dhuafa.
“Alhamdulillah dari 2018-2021 Dompet Dhuafa masih menjadi Top Brand dalam kategori Badan penyalur Zakat dan Amal. Hal tersebut tak terlepas dari kepercayaan donatur," ucapnya.
Di sisi lain Dompet Dhuafa berinovasi dan berkolaborasi bersama mitra dalam membangun Digitalisasi Fundraising, serta penguatan program yang terus digulirkan oleh Dompet Dhuafa.
Secara index demografi di 2021, tercatat indeks kepuasan donatur sebanyak 98 persen, pertumbuhan penghimpunan mencapai 23,05 persen, donor milenial 44 persen, pertumbuhan donatur 15 persen, retensi donor sebanyak 31 persen, serta lebih dari 250 KOL turut berkolaborasi.
Disisi lain, Direktur Pemberdayaan dan Pengembangan Ekonomi Doni Marlan menyampaikan Dompet Dhuafa dengan program ketahanan pangan mengelola 1.007 hektar lahan di Sumatera dan Jawa.
Lahan yang dikelola ada di bidang peternakan tersebar di 14 titik. Kemudian pihaknya juga menggulirkan social trust fund untuk pemberian akses modal ke UMKM.
Doni menambahkan, selain program bantuan langsung ke masyarakat, edukasi terkait zakat dan wakaf juga dioptimalkan.
Melalui Indonesia Wakaf Summit dan Wake Up Wakaf, Dompet Dhuafa terus mendorong dan membangun kesadaran masyarakat terkait keutamaan dan dampak dari wakaf produktif.
Ragam program layanan Dompet Dhuafa terus digulirkan agar selalu menjaga komitmen untuk terus melayani darurat kemiskinan, memberikan akses bagi layanan kesehatan dan pendidikan, serta menguatkan dakwah berbasis budaya masyarakat.
Kemudian, terdapat tiga tantangan besar dalam pengembangan potensi kedermawanan dan filantropi di Indonesia, yakni menyajikan informasi sebagai literasi publik, mengikat kerja sama dengan banyak lembaga dan mempercepat proses penyebaran manfaat sebesar-besarnya.