Wall Street berakhir turun tajam

id Wall Street,indeks Dow,indeks S&P 500,indeks Nasdaq,varian baru,aksi jual

Wall Street berakhir turun tajam

Ilustrasi - Seorang pialang sedang memantau pergerakan saham di Bursa Efek New York, Wall STreet, Amerika Serikat. ANTARA/REUTERS/am.

New York (ANTARA) - Wall Street turun tajam pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), saat Dow anjlok lebih dari dua persen menyeret pasar yang lebih luas dengan saham perjalanan, bank, dan terkait komoditas menanggung beban aksi jual yang dipicu oleh penemuan varian virus corona baru dan mungkin kebal vaksin.

Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 905,04 poin atau 2,53 persen, menjadi menetap di 34.899,34 poin. Indeks S&P 500 merosot 106,84 poin atau 2,27 persen, menjadi berakhir di 4.594,62 poin. Indeks Komposit Nasdaq tergelincir 353,57 poin atau 2,23 persen, menjadi ditutup pada 15.491,66 poin.

Sesi perdagangan dipersingkat, yang berakhir lebih awal pada pukul 13.00 siang sebagai bagian dari pengaturan selama liburan Thanksgiving.

Semua dari 11 sektor utama di bawah Indeks S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor energi dan sektor keuangan masing-masing merosot 4,04 persen dan 3,27 persen meminpin kerugian.

Operator kapal pesiar Carnival Corp, Royal Caribbean Cruises dan Norwegian Cruise Line masing-masing anjlok lebih dari 9,0 persen, sementara saham di United Airlines, Delta Air Lines dan American Airlines merosot hampir 10 persen.

Indeks saham berkapitalisasi kecil Russell 2000 yang berfokus di dalam negeri jatuh 3,6 persen, mencapai level terendah dalam lebih dari empat minggu.

Indeks bank S&P 500 kehilangan 5,1 persen karena investor mengurangi spekulasi kenaikan suku bunga AS yang lebih cepat.

Indeks volatilitas CBOE, yang dikenal sebagai pengukur ketakutan Wall Street, melonjak ke level tertinggi sejak 20 September.

Pasar saham global dilanda aksi jual tajam setelah laporan bahwa varian baru terdeteksi di Afrika Selatan, dengan para ilmuwan mengatakan itu memiliki kombinasi mutasi yang tidak biasa, mungkin dapat menghindari respons imun dan bisa lebih menular.

Uni Eropa, Inggris dan India termasuk di antara tempat-tempat yang mengumumkan kontrol perbatasan yang lebih ketat. Seorang pejabat tinggi penyakit menular AS mengatakan larangan penerbangan dari Afrika Selatan adalah suatu kemungkinan.

"Ekuitas bereaksi negatif karena tidak diketahui pada titik ini sejauh mana vaksin akan efektif melawan jenis baru, dan dengan demikian meningkatkan risiko penguncian baru yang mengarah pada pukulan terhadap ekonomi," kata Peter Garnry, kepala strategi ekuitas di Sakso Bank.

Inflasi AS yang meningkat, ditambah dengan data ekonomi yang kuat dan pencalonan kembali Jerome Powell sebagai ketua Fed oleh Presiden Joe Biden, telah mendorong pelaku pasar untuk meningkatkan taruhan mereka pada kenaikan suku bunga awal tahun depan, menjatuhkan saham AS dari level rekor mereka minggu ini.

"(Berita varian baru) tampaknya menjadi katalis besar yang menambahkan beberapa hal negatif ke pasar yang sudah dinilai terlalu tinggi untuk mencari alasan untuk beristirahat," kata Jeff Carbone, Managing Partner di Cornerstone Wealth.

Saham-saham yang diuntungkan dengan perintah "tetap di rumah" seperti Netflix Inc, Peloton Interactive dan Zoom Video Communications melonjak antara 1,3 persen dan 8,4 persen.

Sektor perawatan kesehatan defensif berkinerja lebih baik, didorong oleh pembuat vaksin termasuk Pfizer Inc dan mitranya BioNTech SE serta Moderna Inc yang melambung antara 7,3 persen hingga 21,9 persen.