Karena Mahyeldi Bukan Malaikat

id berita padang, berita sumbar, mahyeldi, pilgub sumbar

Karena Mahyeldi Bukan Malaikat

Calon Gubernur Sumbar Mahyeldi. (Antara/Istimewa)

Padang (ANTARA) - Sejak ditetapkan sebagai Calon Gubernur Sumbar 2020 oleh KPU Sumbar pada 4 September 2020 tiada hari tanpa turun ke masyarakat bagi Mahyeldi.

Kendati turun dan berjumpa dengan warga adalah rutinitas hariannya sebagai wali kota, namun kini ia menyapa dan berjumpa dengan warga seantero Sumatera Barat hingga ke pelosok.

Nyaris sebulan terakhir ini sang kakek dirindukan oleh para cucu karena kesibukan yang luar biasa membuat tak dapat berjumpa untuk sementara waktu.

Ia pun tak memilih-milih undangan yang diterima mulai dari tokoh masyarakat hingga warga biasa dijabani selagi jadwal tidak bentrok.

Apalagi pada akhir pekan merupakan waktu turun ke masyarakat. Undangan baralek warga sedapat mungkin ia penuhi dan jika berhalangan biasanya istri tercinta yang hadir mewakili.

Kendati berstatus wali kota ia dapat saja memerintahkan bawahan untuk memastikan keadaan kota baik-baik saja. Namun Mahyeldi termasuk tipe pemimpin yang turun tangan langsung ke lapangan.

Pada akhir 2019 selepas Subuh ia memerintahkan ajudan untuk segera menyiapkan kendaraan karena mendapatkan informasi ada longsor di Bungus Teluk Kabung.

Di pagi buta itu di tengah hujan yang turun sejak malam ia mengecek di mana saja daerah yang masih banjir dan ternyata berkat pembenahan riol dan pengangkatan sedimen kondisi genangan air jauh berkurang.

Sesampai di Bukit Lampu ia mendapat laporan dari ada pohon kayuh roboh yang menghalangi jalan. Ia pun bergegas menuju ke lokasi dan baru beberapa meter berjalan kendaraan sudah tak dapat bergerak karena antrean panjang.

"Stop...stop...turun di siko sajo," ucapnya kepada ajudan sembari memilih berjalan kaki ke lokasi tempat kayu rebah.

Ternyata pasukan BPBD telah berada di lokasi dan ia pun ikut membantu dan tak lama berselang jalan kembali lancar.

Sebagai Wali Kota Mahyeldi merupakan manusia biasa yang juga tak luput dari salah dan khilaf. Apalagi manusia adalah tempatnya salah sebagaimana kita semua.

Ia pun tak luput dari kritik bahkan ada warga yang memaki sebagaimana yang dialami saat menegur pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar di Pantai Padang.

Namun Mahyeldi mengaku tidak marah atas perlakuan warga terhadapnya yang terekam dalam video yang telah beredar di berbagai media sosial di Padang. Bahkan ia memastikan tidak memperpanjang persoalan tersebut ke meja hukum.

Baginya sudah menjadi konsekuensi sebagai kepala daerah dan semuanya sudah dimaafkan dan semua respon masyarakat dinikmati saja.

Bahkan saat dimaki ia tetap merespon masyarakat dengan kalimat yang baik karena menyadari tidak semua yang kita lakukan direspon secara baik oleh setiap orang.

Ia memahami setiap kebijakan yang dilakukan tidak semua masyarakat akan menerima dengan baik. Ada yang menerima dan tentu ada pula yang menolak.

Itulah sebabnya Mahyeldi layak didukung karena kita tidak sedang mencari malaikat sebagai gubernur melainkan pemimpin dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki bertekad kuat memajukan Ranah Minang. (adv)

Penulis adalah juru bicara Mahyeldi-Audy Joinaldy