New York (ANTARA) - Harga minyak mentah menetap lebih tinggi pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), berbalik menguat dari sehari sebelumnya, karena perusahaan-perusahaan menutup beberapa produksi minyak Teluk Meksiko AS menjelang badai yang mendekat, meskipun lonjakan infeksi virus corona dan peningkatan pasokan Libya membatasi keuntungan.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember ditutup bertambah 74 sen atau 1,9 persen, menjadi 41,20 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) terangkat 1,01 dolar AS atau 2,6 persen, menjadi menetap di 39,57 dolar AS. Kedua kontrak turun lebih dari tiga persen pada Senin (26/10/2020).
Perusahaan-perusahaan termasuk BP, Chevron, Shell dan Equinor ASA mengevakuasi rig atau menutup fasilitas-fasilitas produksi mereka. Sejauh ini para produsen telah menutup 16 persen, atau 294.000 barel per hari (bph) dari produksi minyak karena Badai Tropis Zeta, yang melemah menjadi badai tropis pada Selasa (27/10/2020) akibat badai pada Senin (26/10/2020), kata Pusat Badai Nasional AS (NHC).
Namun, lonjakan harga yang dipicu badai mungkin berumur pendek, dengan permintaan diperkirakan akan melemah lagi dengan meningkatnya kasus virus corona.
"Kami memiliki banyak kelemahan ... tidak ada vaksin, tidak ada stimulus, dan kemungkinan yang sangat nyata dari pemilihan yang mungkin dipertentangkan dalam beberapa hari mendatang, dan pasar saham yang tidak akan bereaksi positif terhadapnya," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
Produksi Libya akan pulih menjadi satu juta barel per hari dalam beberapa minggu mendatang, mempersulit upaya anggota OPEC lainnya dan sekutu untuk membatasi produksi.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, berencana untuk meningkatkan produksi sebesar dua juta barel per hari mulai Januari setelah rekor pemotongan produksi tahun ini.
Mereka akan memotong pengurangan keseluruhan menjadi 7,7 juta barel per hari -- masih merupakan jumlah yang sangat besar menurut standar produsen minyak utama, tetapi itu mungkin tidak cukup untuk mengimbangi permintaan yang lemah.
Presiden Rusia Vladimir Putin, berbicara Kamis lalu (22/10/2020), tidak menutup kemungkinan memperpanjang pemotongan lebih lama.
“Karena virus terus menyebar, kemungkinan tambahan produksi OPEC+ cenderung berkurang dalam membantu memberikan keseimbangan pada pasar,” kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.
Angka persediaan minyak mingguan AS terbaru, yang akan dirilis pada Selasa dan Rabu waktu setempat, diperkirakan menunjukkan peningkatan pasokan. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan stok minyak mentah naik sekitar 1,1 juta barel. (*)
Berita Terkait
Lemak dan minyak penyumbang nilai ekspor terbesar Sumbar Rp1,5 triliun
Jumat, 1 Maret 2024 15:05 Wib
Pemkab Agam olah limbah plastik jadi bahan bakar minyak
Kamis, 22 Februari 2024 9:05 Wib
Pabrik pengolahan minyak sawit di Aceh Tamiang terbakar
Jumat, 16 Februari 2024 5:53 Wib
Polda Sumbar ungkap belasan kasus penyelewengan BBM bersubsidi
Sabtu, 3 Februari 2024 13:24 Wib
Harga CPO pada Februari 2024 naik 4,06 persen
Kamis, 1 Februari 2024 7:56 Wib
Kebakaran gudang penyulingan minyak jelantah di Klaten
Sabtu, 23 Desember 2023 10:40 Wib
Balai Karantina: Minyak kelapa sawit masih dominasi ekspor asal Sumbar
Sabtu, 25 November 2023 16:32 Wib
Andre Rosiade sarankan pemerintah revisi Perpres atur distribusi BBM
Rabu, 22 November 2023 21:50 Wib